Pasar Malam
Hari-hariku berjalan seperti ini, aku selalu berada di rumah tidak pernah melihat yang lain hanya rumah ini ada beberapa pengawal dan pelayan. Namun, sekarang ssdikit berbeda wanita kemarin yang aku lihat di taman, kini menjadi penjagaku. Ayato, dia juga berada di sebelahku dia tidak ikut dengan Tuan dan Shido untuk melakukan bisnis.
Walaupun tidak tahu bisnis apa yang telah mereka lakukan sampai sekarang ini. "Mirai dia Niana. Dia dan aku akan menjadi pengawalmu selama kamu hamil, jika wanita ini melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, kamu bisa mengatakannya kepadaku. Aku ingin pergi bermain-main."
"Tuan, kamu yakin membiarkan wanita ini bersamaku? Bisa saja dia membunuhku ketika kamu langsung pergi. Bagaimana, jika Tuan Shui mengetahuinya maka kamu akan dalam bahaya bukan?:
"Ya, aku mengetahuinya apa yang kamu inginkan."
"Ajak aku berjalan-jalan denganmu."
"Tuan Shui, tidak, jika dia sampai mengetahui kamu keluar dari rumah makan semuanya akan berbahaya."
"Jika kamu tidak memberitahunya, Tuan tidak akan tahu jika kita bermain keluar."
"Mirai, aku tidak mau melibatkan diriku dalam bahaya kamu mengerti."
"Tuan, kamu ingin melihat adik tersayangmu ini menderita di dalam rumah terus-menerus. Lagian aku sedang hamik kamu tidak boleh membuatku stres."
"Baiklah, persiapkan dirimu dan kamu, wanita itu bantu dia untuk melengkapi pakaiannya." Aku mengangguk rasanya sungguh bahagia bisa keluar dari rumah ini wanita itu mengikutiku dari belakang.
Tatapannya cukup abeh, dia tidak mengatakan sepatah katapun hanya mengikuti perintahku. Ternyata begini rasanya menjadi seorang bos, itu sebabnya Tuan semena-mena melakukan kekerasan kepada pengawalnya. Aku menyuruh wanita itu membawa semua pakaianku dan dia mengiyakannya, kenapa dia tidak melawannya sama sekali aku ingin mendengar dia berbicara.
Kami menuruni anak tangga, Ayato sudah menunggu kami dia menyiapkan mobil, ada berbagai pengawal juga. "Kenapa kamu mengambil beberapa pengawal, kita bertiga saja sudah cukup bukan?"
"Aku tidak mau mati kamu mengerti Mirai?"
"Ya aku mengetahuinya, baiklah mari kita jalan-jalanakan membunuhku jika ada yang memberitahunya." Aku hanya tertawa melihat Ayato dalam keadaan yang buruk. Saat kami ingin memasuki mobil, Tuan datang dan ini cukup menyebalkan.
Aku melihat tuaan keluar dari mobilnya, lalu menatal kami bertiga dengan tatapan tajam dia mendekat ke Ayati lalu memperhatikanku dengan tatapan seperti ingin mencekikku. Aku tidak tahu, apa yang harus aku katakan sekarang dia pasti akan sangat membenciku dan ya mungkin dia akan benar-benar membunuhku.
"Kalian ingin ke mana?" tanya Tuan.
"Istrimu memaksaku untuk pergi keluar dia sangat bosan di rumah." Tuan menatapku.
"Mengapa wanita itu juga ikut bersamamu?" tanya Tuan.
"Hanya berjaga-jaga saja jika, Mirai menginginkan hal lain,' jawab Ayato. Tuan mendekatkan wajahnya kepadaku.
Dia kemudian tersenyum, "Apakah ingin keluar atau ingin mati?" bisiknya, aku diam lalu menunduk semua harapanku untuk pergi keluar akan sia-sia.
"Aku tidak akan kabur Tuan, aku hanya ingin pergi keluar sebentar saja rasanya sangat bosan di dalam rumah."
"Baiklah, nanti malam kita akan pergi ke pasar malam." Aku membulatkan mataku tidak percaya Tuan mengatakan hal itu, pasar malam? Itu adalah tempat yang rame apa dia yakin mengatakan hal itu atau dia hanya bergurau saja.
***
Di pasar malam, aku melihat sekelilingku banyak orang berlalu lalang, aku menatap satu pria. Dia tampak sangat tampan. Tuan memegang tanganku lalu menarikku.
"Kita naik apa?" tanyanya dan aku diam, semua permainannya mengerikan aku takut ketinggian lagi. Aku melihat setiap permainan yang ada, dan benar saja semuanya sungguh menegangkan.
"Kita makan saja," ucapku menunjuk ke tukang es krim. Dia terdiam lalu pergi menghampiri, aku kira dia bakalan tetap di situ. "Belikan aku," bisikku dan dia melihatku sedikit malas.
Dikeluarkannya dompet miliknya lalu memberikan beberapa lembar uang padaku. Aku langsung membeli dua dan memberikan dia satu, dia memakannya dengan sangat nikmat.
"Kita akan naik itu setelah es krim ini habis." Dia menunjuk ke arah permainan yang sangat es trim. Dengan ketinggian yang bahkan saat aku melihat ke atas aku sudah pusing.
"Kita ke situ saja," tunjukku ke rumah hantu. Walau itu lebih seram, tapi lebih baik dari pada aku teriak minta ampun saat di atas nanti. Di sana aku bisa menutup mataku.
Saat kami ke sana, aku kira ini rumah hantu biasa rupanya rumah hantu rel kereta api. Jika hantunya tiba-tiba muncul aku mana bisa kabur karena gerbongnya menjepitku.
Tuan sudah membeli tiketnya dan dia memaksa aku naik. Mau tidak mau aku naik, saat pintunya ditutup semuanya tampak gelap. Gerbong pertama sudah dijalankan begitu pun dengan gerbong kedua dan ketiga.
Sangat jelas mereka berteriak minta tolong, sedangkan Tuan tersenyum manis. Kini giliran gerbong kami, saat gerbongnya jalan aku langsung memeluk tangan Tuan.
Benar saja saat melewati tirai semuanya gelap dan aku merasakan kaki dan rambutku dielus. "Aa!" teriakku dan Tuan malah terkekeh, aku mengikat rambutku langsung dan menaikkan kakiku ke paha Tuan.
"Lihat setannya lucu," ucapnya dan aku tetap menutup mataku memeluk tangannya. "Lihatlah, buka saja matamu, tidak ada setan di sini. Hanya tempatnya saja yang gelap." Aku membuka mataku perlahan, dan ternyata benar tidak ada apa-apa hanya gelap saja.
Tiba-tiba boneka setan jatuh dari atas. Aku berteriak sampai kerongkonganku kering. Matanya sama mataku bertatapan. Aku menangis dan Tuan memelukku sambil terkekeh sedikit.
Aku terus menutup mataku sampai ada cahaya yang terang, aku membuka mataku. Dan melihat setan yang mengerjaiku tadi. "Tidak lucu tahu, seram!" ucapku langsung keluar, sedangkan Tuan hanya tersenyum.
"Kamu yang ajak malah kamu yang ketakutan," ucapnya dan aku memalingkan wajahku dari dia. "Sudah jangan menangis lagi." Dia mengelus kepalaku dan memelukku.
"Kita naik itu saja ya," ucapnya dan aku menggeleng.
"Aku takut ketinggian," jawabku dan terdengar jelas bahwa dia menahan tawa.
"Ya sudah, kita pulang saja. Aku yakin Ayato dan Shido sudah menunggu."
Pulang? Secepat ini? Aku ingin bermain-main kembali di luar, tapi jika aku menolak Tuan maka dia akan marah. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku melihat Tuan dan dia mengangkat alisnya sebelah.
Aku juga susah sangat mengantuk, mungkin lebih baik pulang saja. Aku mengangguk dan Tuan memegang tangan ini berjalan menuju mobil. Permainan tadi membuatku pusing dan mual, harusnya aku tidak menaiki hal tersebut
Mata ini melihat tukang es krim kembali, aku ingin memakannya lagi. Tuan hanya fokus ke depan, perlahan tangan ini memegang bajunya lalu Tuan menatap dengan tatapan seram. Kenapa wajahnya selalu begitu, padahal tadi dia bersenang-senang.