Chereads / Sexy Husband / Chapter 14 - Flashback II

Chapter 14 - Flashback II

Warna air yang keruh berubah menjadi merah darah yang sangat terang, semua air yang berada di kolam itu bukan lagi memiliki warna coklat melainkan warna merah akibat darah dari para mayat yang baru saja mati itu.

Di tempat lain Shido sudah menyuruh pengawal yang dikurungnya tadi untuk keluar. Pengawal tersebut keluar dengan wajah yang semakin takut.

"Katakan padaku, apa yang kau sembunyikan?" Dengan wajah yang begitu seram seperti zombi Shido mengeluarkan pisau dari balik jasnya dan meletakkannya di pipi pengawal itu.

"Tidak ada, Tuan."

"Kau berani mengelak? Pisau ini akan memasuki wajahmu. Itu sangat seru bukan?" Shido mulai menekankan pisaunya pada kulit pengawal itu.

"Sakit, Tuan! Aku tidak melakukan apa pun." Pengawal itu membela dirinya sambil memegangi pergelangan tangan Shido yang mulai menyayat pipinya.

"Sepertinya pisauku haus akan darahmu Laxus." Dengan sekali sayatan pipi Laxus langsung mengeluarkan darah yang sangat kental dan berbau amis berwarna merah kegelapan.

Laxus atau pengawal itu langsung memegang pipinya namun dihalang oleh Shido. Darah itu semakin lama semakin mengalir sangat deras dari pipi Laxus menuju lehernya bahkan menuruni semua tubuhnya.

♡♡♡

"Tuan kami sudah sampai," panggil Shido dan Ayato kemudian membungkuk di depan Shui, Shui tersenyum kemudian masuk ke dalam mobil diikuti oleh Shido dan Ayato.

"Ke mana kita akan pergi Tuan?" tanya Ayato.

"Mungkin kita akan bersenang-senang." Dengan senyuman sinis yang terukir di wajah Shui, membersihkan pisau kecil yang ada di tangannya. Beberapa menit kemudian, mobil yang dinaiki Shui berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar.

Shui pun turun sambil memegang pisau yang dibersihkannya tadi di tangan kiri dan sebuah tembak di tangan kanan. Diikuti oleh Shido, Ayato dan beberapa pengawal Shui yang juga membawa tembak di tangan mereka masing-masing.

"Shido, mungkin dia ketakutan. Kau bisa menjemputnya di hutan bagian timur bukan?" titah Shido yang membuat Shido merasa bingung tapi dia tetap pergi ke hutan sebelah timur.

Shui dengan paksa memasuki rumah itu, para pengawalnya mendobrak pintu masuk. Dengan sigap salah satu dari mereka menembakkan satu tembakan ke atas, membuat pemilik rumah kaget dan berlari menuruni tangga dan melihat siapa pelaku dari kejadian yang barusan terjadi.

Ketika pemilik rumah tersebut melihat bekas tembakan yang ada di atap rumahnya, dia langsung memanggil anak buahnya. Dalam waktu sekejap semua anak buahnya berkumpul, Shui terkekeh melihat tingkah yang dilakukannya.

"Lakukan sekarang!" titah Shui, tanpa basa-basi barisan pengawal yang ada di belakang Shui langsung menyerbu mereka. Pemilik rumah tersebut pun melihat sinis ke arah Shui.

"Apa kau menginginkan istrimu?" tanyanya.

"Aku tidak membutuhkannya, yang kubutuh kan hanyalah kepalamu saja." Dengan senyum sinis Shui langsung menembak pemilik rumah itu tepat di bagian perut. Pemilik rumah tersebut pun meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yang sudah berlumuran darah.

Para pengawalnya langsung berdatangan melindungi tuannya, tapi salah satu dari mereka dengan lancangnya mengarahkan satu tembakan ke arah Shui. Dengan cepat Shui langsung menarik pengawalnya dan membuatnya menjadi tameng, pengawal tersebut jatuh akibat tembakan yang tepat berada di jantung.

Pengawal yang lain ketakutan dan hanya mematung memandangi mayat sekutunya. "Kau membuat pengawalmu menjadi tameng? Apa kau tidak punya hati?" tanya pemilik rumah itu sambil terus memegangi perutnya.

"Hati? Aku tidak membutuhkannya." Shui pun berjalan ke arah pemilik rumah berniat mendekatinya tapi para pengawal pemilik rumah itu menghalanginya. Shui langsung mengeluarkan pisaunya yang sedari tadi sempat disimpan.

Dengan sekali tusukan tepat di bagian hati, pengawal yang menghalangi tersebut langsung mati. Dengan senyum iblisnya Shui memandangi mayat tersebut sambil menghirup aroma darah yang ada di pisau. Kemudian Shui kembali melihat pemilik rumah tersebut. "Tadao Komori," panggil Shui.

"Apa kau tidak merasa takut atas perbuatan yang kau lakukan sekarang? Putrimu sudah mati di tanganku bahkan aku sudah mengirimkan kepalanya bukan? Oh, atau mungkin kau ingin bernasib sama seperti putrimu?" Shui pun mencengkeram pipi Tadao dengan sangat kuat, bahkan di pipi Tadao sampai terdapat bekas cakaran karena kuku Shui yang sangat tajam.

Tadao pun melepaskan cengkeraman yang ada di pipinya lalu memandang Shui sambil tertawa terbahak-bahak. Shui agak sedikit heran dengan sikap Tadao, tapi dia tidak menunjukkannya.

"Sepertinya benar kau ingin mati?" Dengan sentuhan pisau di pipi Tadao, Tadao hanya tersenyum menatap Shui bahkan dia memegang tangan Shui dan menyayat pipinya sendiri menggunakan tangan Shui.

Shui langsung melepaskan pisau tersebut sambil memandang ke arah Tadao, seketika dia tersenyum lalu mengambil pisau tersebut dan memberikannya pada Tadao Tadao memandang pisau tersebut sebentar lalu menerimanya, Shui berpikir Tadao akan membunuh dirinya sendiri.

Namun ternyata semua jauh dari dugaan, Tadao memandang pisau yang ada di tangannya lalu menatap Shui dan seketika wajahnya tersenyum, langsung menusuk perut Shui, Shui dengan refleks memegang perutnya.

"Seri bukan?" Tadao pun melemparkan pisau tersebut tepat di hadapan Shui. Dengan wajah yang marah Shui mengambil pisau tersebut dan berniat menusuk Tadao dari belakang. Tadao mengetahuinya dan langsung berbalik menangkap tangan Shui, Shui tidak tinggal diam. langsung saja dia memukul Tadao dengan tangannya yang satu lagi.

Dan membuat Tadao melepaskan tangan Shui dengan cepat Shui langsung menusuk mata Tadao dengan pisau tersebut. Di pikiran Shui hanya satu Tadao harus mati, Tadao pun meringis kesakitan sambil memegangi matanya yang mengeluarkan banyak darah, kemudian dia melihat Shui dan mengambil tembak dari saku celananya, tidak tinggal diam juga Tadao menembak Shui di bagian kakinya, membuat Shui bergumam kotor.

Para pengawal hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh tuan mereka, tidak ada satu pun yang berani menolong karena belum diperintahkan sama sekali. Shui ikut meringis kesakitan memegang kakinya. Tidak mau kalah juga, Shui mengambil tembaknya dan menembak Tadao, begitu juga dengan Tadao dia bersiap untuk menembak Shui.

Dor!

Suara tembakan tersebut bergema di rumah besar yang di tempati mereka sekarang, tangan, kaki, paha bahkan bagian perut Shui terluka akibat pesta tembak tadi, Tadao tersenyum karena dia tidak terluka parah.

Hanya lengannya saja yang kena akibat perang tadi, sisanya Tadao berhasil menghindar. Melihat Tadao tersenyum, Shui memberikan aba-aba pada pengawalnya untuk menangkap Tadao dan pengawal secara diam-diam.

Pengawal yang mengerti maksud Shui langsung menyuruh pengawal lain untuk melakukan perintah yang dia berikan. Mereka langsung menangkap Tadao dan pengawalnya, lalu melemparkan Tadao tepat di hadapan Shui.

Sedangkan pengawalnya dibawa masuk ke dalam mobil untuk menjadi santapan buaya milik Shui. Shui langsung menarik rambut Tadao dengan begitu kuat sampai membuat kepalanya ikut tertarik.

Tadao bukan merasakan kesakitan, dia malah senang dengan apa yang diperbuat Shui padanya. Padahal perut, lengan bahkan matanya sudah terluka parah dan mengeluarkan banyak darah, itu bisa saja membuatnya kekurangan banyak darah.

Shui merasa bosan memandang wajah Tadao, dia langsung melemparkan Tadao ke arah Ayato. Ayato membawa Tadao masuk ke dalam mobil diikuti dia di belakangnya. Mobil yang dinaiki mereka berjalan tidak tahu ke mana, mobilnya memasuki hutan lalu kemudian berhenti di tengah hutan tersebut.

Keadaan Tadao semakin lemah karena kekurangan banyak darah, bahkan bangku yang didudukinya tadi sudah berlumuran darah. Shui melemparkan Tadao dari mobil, persis seperti yang dilakukan anak buahnya pada Mirai.

Terapi ini berbeda, Shui tidak meninggalkannya di hutan. Padahal anak buah Tadao meninggalkan Mirai di hutan. Mungkin itu wajar, karena Shui tidak mengetahuinya atau dia mempunyai rencana lain.

Shui turun dari mobil dan mengambil sebuah cambuk yang cukup panjang, entah untuk apa guna cambuk itu. Berjalan ke arah Tadao dengan sikap yang mengerikan dan cambuk di tangannya, itu cukup membuat Tadao merasa ketakutan walaupun dia tidak menunjukkannya dan malah berbalik tersenyum.

Shui tanpa aba-aba langsung mencambuk Tadao ketika dia sudah tepat di hadapan Tadao. Bekas cambukkan yang ada di bagian dada cukup mengerikan untuk dilihat, baju Tadao yang terbuat dari kulit ular itu pun langsung tersobek dicampur dengan darah dan bau amisnya.

Tadao kali ini tidak mengerang atau pun melawan Shui, dia hanya melihat Shui lalu tersenyum lagi seperti orang gila. Shui merasa marah akibat sikap yang dilakukannya, kali ini Shui mencambuk Tadao bertubi-tubi, tapi tetap saja dia memandang Shui dengan senyum di wajahnya.

Padahal badanya sudah penuh banyak luka, darah mengalir di mana-mana bahkan baju yang dikenakannya sudah tidak berbentuk lagi. "Perlakukan Mirai dengan baik ya," ucap Tadao lalu tertidur dengan wajah tersenyum di wajahnya.

Shui kaget, dicampur penasaran akibat perkataan Tadao. Selama ini Tadao memang tahu kalau dia tinggal bersama seorang wanita, tapi tidak ada yang tahu siapa nama dari wanita itu. Mengapa Tadao bisa mengenalnya? Apa hubungan Tadao dengannya?

Shui menampakkan wajah gelisah sambil memandang Tadao, dia memeriksa denyut nadi Tadao. Apakah Tadao masih hidup atau tidak? Tangan Shui menyentuh leher Tadao dan merasakan denyut nadinya. Masih ada harapan! Denyut nadi Tadao masih ada walaupun sangat lemah dan hanya beberapa detik saja berdenyut.

Shui langsung menyuruh pengawalnya untuk membawa Tadao dengan segera ke rumah sakit. Dia harus tahu apa maksud dari perkataan Tadao? Dan yang paling penting apa hubungan Tadao dengan Mirai? Satu-satunya cara adalah dia menanyakannya langsung pada Tadao.

Mungkin karena itu Shui menolong Tadao, dan membawanya langsung ke rumah sakit. Setelah Tadao di bawa ke rumah sakit, Shui mengambil ponselnya dan menghubungi Shido. "Apa kau sudah bertemu dengannya?" ucap Shui saat telepon itu tersambung.

"Sudah! Tetapi sekarang dia sedang tertidur," jawab Shido sambil memandang wajah Mirai yang kelelahan. Shui yang sudah tahu dari awal kalau Mirai berada di hutan, tidak mengungkapkannya pada siapa pun.

Apa tujuan dia melakukan ini? Mengapa dia membiarkan Mirai disiksa dulu baru ditolong? "Bawa dia pulang."

"Baik Tuan." Shido pun membawa Mirai pulang, dan begitulah mengapa Mirai bisa ada di rumah tanpa dia sadari. Yang tidak mungkin hanya satu.

Shido mengatakan kalau dia tertidur di hutan, tapi mengapa dia tidak bangun saat Shido menggendongnya, pikiran Mirai berkecamuk.

Walaupun dia melakukannya perlahan Mirai pasti akan terbangun, lagi pula perjalanan dari hutan ke rumah berkisar 5 jam. Tidak mungkin dia tidur selama 5 jam, apa yang dilakukan Shido padanya. Seingat Mirai memang dia tertidur, tapi dia tidak pernah tidur siang selama 5 jam.

Flashback off

Author Pov End