Chereads / Sexy Husband / Chapter 12 - Tebusan

Chapter 12 - Tebusan

Tebusan

Dia langsung mencekik leherku, aku langsung kesulitan untuk bernapas melawan juga tidak bisa rasanya juga sangat sesak aku seperti ingin mati saja. "Begitukah! Apa dia tidak peduli padamu?" tanyanya.

Dia pun langsung melepaskan tangannya dari leherku kemudian mengambil ponsel dari saku celananya. Menelepon seseorang, sepertinya dia menelepon Shui, lalu meminta tebusan, dasar pencuri.

"Apa kau Shui Sakamaki?" ucapnya saat telepon itu tersambung.

Aku dibawa oleh mereka tanpa sepengetahuan Shui, tidak tahu apa reaksinya nanti ketika melihatku tidak ada, mungkin dia akan membiarkanku atau pun mencariku. Semuanya terserah pada dia aku hanya bisa diselamatkan olehnya.

"Apa urusannya denganmu," jawab seseorang dari telepon itu, sepertinya aku mengenal suara itu. Suara itu milik Shui. Aku mendengar percakapan mereka karena dia membesarkan suara ponselnya.

"Apa kau tidak sayang pada istrimu ini?" ucapnya kemudian tersenyum ke arahku.

"Apa maumu?" tanya Shui.

"Wah, kau langsung ke intinya ya, seratus juta. Harga yang sangat kecil bagimu bukan?"

"Baiklah," balas Shui.

"Di Taman Asoka, kita akan melakukan barter di situ," ajak pria itu kemudian memutuskan telepon dengan Shui, seratus juta bagi Shui hanyalah uang kecil dia yakin minta uang sebanyak itu, jika aku maka meminta lima ratus juta hal yang bagus.

***

"Kau datang sendiri kan?" tanya penjahat itu sambil mencengkeram tanganku kuat di hadapan Shui, sialan kenapa aku yang menjadi korban padahal jelas dia hanya datang sendiri.

"Ini maumu." Shui pun melempar sebuah koper, mungkin saja isinya itu uang yang akan diberikan sebagai imbalanku. Aku melihat koper itu melayang dan jatuh tepat di hadapan penjahat ini.

"Aku akan memeriksanya terlebih dahulu." Penjahat itu melemparku ke teman yang ada di sebelahnya, sambil memeriksa koper itu dan memperhatikan setiap uang yang ada di dalam koper itu.

"Kau melakukan kesalahan!" ucap penjahat itu kemudian lari membawaku dan segera memasukkanku ke mobil. Aku hanya melihat Shui tersenyum dan pergi begitu saja tanpa melihat ke arah mobil yang membawaku pergi.

Aku berpikir, aku tidak berhak mendapat pertolongan dari Shui. Itu sebabnya dia pergi tanpa rasa kecewa di wajahnya. Uang sebesar seratus juta bagi dia itu sangat mudah untuk didapatkan, bahkan kalau tidak salah dengar dia bisa mendapatkan satu miliar dalam waktu sehari.

Mobil ini berjalan ke arah yang tidak tentu kadang belok kanan, putar kiri dan balik ke jalan sebelumnya dan pada akhirnya sampai di hutan yang sangat lebat. Para penjahat itu menarikku secara paksa dan melemparku keluar dari dalam mobil.

"Hahaha ... kau akan mati," ucap penjahat itu kemudian menutup pintu mobil dan pergi.

Aku sendirian di dalam hutan tidak ada satu orang pun di sini, yang terlihat oleh mataku hanya pepohonan besar dan beberapa burung yang beterbangan dari dahan yang satu ke dahan yang lain.

Aku tidak bergerak sama sekali, hanya duduk dan bersandar di pohon yang berada di dekatku. Hingga akhirnya aku merasa mengantuk dan tertidur di situ.

***

Aku membuka mataku perlahan, cahaya lampu yang ada di atasku membuatku sulit untuk membuka mata. Kututup kembali mata dan kubiarkan sebentar untuk beradaptasi pada cahaya itu.

"Di mana aku?" gumamku saat mata ini terbuka.

"Kau sudah sadar pembawa masalah?" ucap seorang pria dari arah sebelah. Mataku mencari-cari sosoknya yang akhirnya aku temui juga.

"Tuan," lirihku saat melihatnya duduk di sofa.

"Seorang gadis yang akan menikah tidur di dalam hutan dengan pakaian acak-acak kan. Apa kau mau jual diri?!" bentak Shui, dia bukannya sudah tahu aku dicuri lalu kenapa marah seperti tadi.

"Eh, mengapa aku bisa di sini Tuan?" tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan, karena aku tidak tahu harus menjawab apa? Dia sungguh pria gila yang otaknya kadang ada.

"Kau menanyakan itu padaku? Bukan pada dirimu?" Lagi-lagi aku tidak mengerti apa yang diucapkan Shui, akhirnya aku diam biarkan saja dia marah sendirian, masih ada Kak Ayato dan Kak Shui yang menjawabnya nanti.

"Tuan, apa kau marah?" Dia mendadak tersenyum dan mendekat ke arahku, menidurkan tubuh ini lagi dan menimpanya dengan sempurna dengan kedua tangan di samping kanan dan kiri sebagai penopang.

Aku salah di mana lagi sehingga dia mau menyentuhku. "Bagaimana kau akan membayar tebusan tadi," bisiknya memakan telingaku dan mengulumnya, aku harus jawab apa. Apa iya aku bilang dengan tubuh ini.

"Tuan," panggilku gugup dan dia hanya diam mengelus bahu ini dan menurunkan bajuku lalu menjilat bahu tersebut dengan lihai, sialan dia memang memberi kode agar aku mengatakannya.

"Apa?" tanyanya lagi kali ini dengan meremas dadaku, aku mendesah akibat sentuhan mendadak dan dia hanya tersenyum. "Katakan, bagaimana kau membayar tebusan tadi?" tanyanya lagi.

"Tu-tuan, apa aku bisa membayarnya dengan tubuhku," ucapku sedikit gugup dia langsung tersenyum.

"Tentu saja," jawabnya merusak bajuku dengan paksa, sialan dia begitu agresif tidak ada cara untuk menghindar darinya lagi, dia mengelus seluruh tubuhku dengan tangan kekar miliknya.

Lalu memperhatikan setiap lekuk tubuh ini, kenapa dia menjadi sedikit mesum semenjak kejadian itu. Aku mengerang saat dia mengulum dada ini dengan sedikit kasar membuatnya perih.