Clara yang ada disana terdiam sejenak, lalu dia memutuskan untuk pulang segera sebelum dia mengetahui koka di rumah nya ada Ayah nya yang sudah pulang. Itu akan menjadi kabar buruk baginya. Sedangkan Randy sekarang juga telah bersiap siap untuk pulang.
Kabarnya besok pagi akan banyak sekali orang orang yang datang dengan membawa kamera dan pergi memadati ruangan ini dengan menanya tanyakan tentang siapa sebenarnya kedua anak dari konglomerat nomor satu di Indonesia ini?
Clara melambaikan tangan nya pada Randy dan dia pergi pulang bersama dengan Rio dan Ferdi bersama sama, belum malam benar benar larut, pasti masih banyak angkutan umum yang nge tem di pinggiran jalan untuk ngejar setoran bukan?
"Kamu juga harus bersiap siap Ran! Byee!!" Kata Clara dengan melambaikan tangan nya.
Kini Randy sendirian lagi hanya di temani oleh Ayah nya yang sudah membereskan semua barang barang nya. banyak sebenarnya pembantu disini, Namun ayah nya sengaja melakukan hal ini mengikuti arahan dokter.
Karena menurut nya Randy butuh perhatian tingkat tinggi, karena kondisi dan keadaan nya yang selalu ingin di perhatikan.
Pengidap autistik Disorder pastilah mengetahui hal ini, setiap kali mereka di cueki pasti mereka akan merasa tidak di anggap di dunia ini. Mereka akan merasa sangat asing sekali, mereka tidak akan tau apa itu namanya kasih sayang selama orang itu tidak pernah mendekatinya.
Randy menatap Ayah nya yang sedang membereskan barang barang saja itu sudah cukup untuk nya, melegakan dan hatinya berbunga-bunga untuk itu.
"Ayo naiklah dan duduk di kursi roda ini. Kaki mu pasti masih lemas bukan?"
Randy mengangguk. Lalu dia segera berdiri dan duduk di kursi roda itu. Lihatlah ayah nya bahkan mendorong kan kursi roda nya. Ini adalah hal yang benar benar menyenangkan sekali.
Setelah berjalan sekitar 100 meter akhirnya mereka sampai di gedung parkiran dan dari sanalah semua tindakan dan urusan tentang Randy di lakukan oleh para pembantu nya.
"Pa. Aku ingin bertanya." Kata Randy tiba tiba saja.
Mobil mereka segera berjalan, sopir dengan kacamata hitam nya itu fokus sekali dengan jalanan yang ramai sekali, ini adalah jam pulang kerja para pekerja kantoran. Karena itulah di Malang tentu nya, semua orang akan memadati jalan di saat saat itu.
Ayah nya mengangkat alisnya dan bertanya apa yang hendak di tanyakan oleh Randy itu?
"Apakah aku anak abnormal?" Tanya Randy tiba tiba saja. Bahkan sang sopir dan pembantu nya yang ada disana juga terkejut sekali.
Papa nya berpikir sebentar, apa yang harus dia jawab? Tidak mungkin ia harus menjawab dengan jujur. Bisa jadi Randy akan sakit hati dengan ungkapan itu. Terdiam sejenak dalam diam nya, Pak Ferry akhirnya membuka suara.
"Kamu adalah anak normal. Orang orang yang tidak normal saja yang mengejek mu seperti itu... Buktinya papa ga keberatan sekali kamu ada disini. Ya kan?"
Randy mengangguk, dia bersandar di kursi mobil dan memutuskan untuk tidur saja disana. Karena perjalanan antara rumah sakit dan rumah nya juga cukup jauh sekali.
.
.
.
.
Perumahan elit itu sudah ada di depan mata mereka. Hingga akhirnya benar benar tiba di tempat seorang konglomerat. Lihatlah rumah nya bahkan terbuat dari emas tiang tiang nya dan ini adalah hal yang indah sekali untuk di lihat.
Randy keluar dair mobil nya dengan keadaan yang sangatlah lelah sekali.
"Juragan! Ada kabar gawat, mereka sudah tau semua tentang alamat rumah kami...." Kata sang bodyguard yang mengejek di bagian sistem dan teknologi untuk meretas para wartawan yang terus terusan datang untuk membuat mereka takut saja.
"Baiklah Seperti ini sajaz bagaimana pun caranya pokok nya kita harus benar benar mengusir mereka dari sini ingat ya?"
Sang bodyguard itu mengangguk dan berlari ke ruangan nya untuk mengkoordinasikan semua nya dengan sempurna.
Randy tidak peduli dengan apa yang di urus oleh orang orang yang ada di sekitar nya. Dia sibuk mengurusi dirinya sendiri. Bum. Dia menghempaskan tubuh lemas nya yang penuh sekali dengan perban dan luka luka parah yang sampai sekarang masih sangat membekas sekali. Dan karena inilah dia merasa tidak nyaman sekali.
"Aku lelah sekali tuhan!!" Teriak Randy dengan suara nya yang begitu lantang sekali.
"Aku harus makan dengan cepat..." Kata Randy.
Namun saat dia berdiri tiba tiba saja pandangan nya buram sangat di sayang kan sekali, padahal dia tidak darah rendah, tekanan darah nya sangatlah normal dan di kategori kan sebagai anak yang sehat dan kuat dengan tekanan darah itu.
Namun kenapa Randy selalu mengeluhkan kepala nya yang sakit sekali matanya yang terus terusan cenat cenut. Entahlah mungkin dia sedang mengalami kerusakan pada saraf pada bagian mata. Dan karena itulah ia sangat sulit sekali untuk memfokuskan pandangan nya.
Bahkan matanya sampai menyipit untuk menatap tulisan tulisan yang ada di depan dan ada dia membaca banner, dan tulisan itu benar benar kabur sekali. Mungkin Randy sudah mengidap minus hingga katanya perlu memakai kacamata atau apapun itulah.
"Baiklah aku harus menahan nya." Kata Randy.
Kasihan sekali pria kecil ini. Malang sekali nasib nya, bahkan semua orang tidak percaya jika Randy masih hidup meski sudah di pukul berkali kali.
Dan karena itulah semua orang percaya dengan keajaiban yang di berikan tuhan oleh nya. Itu sangat sangat membantu nya untuk beberapa waktu yang akan terjadi.
"Kaka ngga makan kah? Kakak kan belum makan nasi tadi di rumah sakit. Ayo turun. Apa mau mama gandeng?" Tanya mamanya.
"Aku akan menyusul kalian. Aku sedang beristirahat sebentar." Kata Randy dengan mengusap wajah nya dengan air bersih dan mencoba untuk tetap tenang tenang saja. Karena ini adalah di rumah sekarang dan bukan seperti rumah sakit yang memberikan nya segala fasilitas untuk memanggil dokter dan lain sebagai nya. dia harus menahan nya.
"Aduh aku lelah sekali disini.... Tuhan bisakah kau mengantarkan ku sebagai nama yang Solehah?" Tanya Randy yang tiba tiba sana mengikuti kata-kata yang udah ucapkan oleh pemain di drama nya.
Dan setelah bosan akhirnya Randy turun. Di saat masuk ke dalam lift dia juga merasakan aneh sekali. Kepalanya sakit sekali, meski dia bisa menahan nya namun jika terus terusan seperti ini maka dia tidak bisa menahan nya lagi. Ini benar benar menakutkan.
"Baiklah aku harus menjadi pria yang kuat!" Kata Randy dengan semangat empat lima nya itu.
Dan dia duduk di meja makan yang sudah di siapkan makana untuk nya. Ayah nya yang jarang sekali ada di rumah nya itu akhirnya muncul juga dan makan malam dengan nya bersama sama meski tanpa Dahlia untuk sementara.