Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 37 - 37. Aku Takut Terapi!

Chapter 37 - 37. Aku Takut Terapi!

Randy keluar dari rumah nya dan menatap Dahlia yang sedang melemparkan batu kedalam kolam ikan milik ayah nya yang selalu dia rawat dan jaga sekali. Bahkan tidak ada yang berani menyenggol nya sedikit pun, dia adalah orang besar di dunia yang kejam ini.

Ferry Wijaya, bahkan anak dan istrinya sendiri saja takut dengan pria ini. Yang ber-uang memang selalu menang, itu kata kata yang selalu muncul dalam artikel yang memberitakan tentang ayah nya. Semua nya begitu kejam sekali di dunia ini.

"Kak, kenapa kakak ada disini?" Tanya Randy dengan menatap Dahlia yang rupanya sedang galau sekali di pinggir kolam ikan ini.

Lalu dia tersenyum lebar, dan mengatakan jika dia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri. Sehari yang lalu akhirnya Randy paham jika Dahlia di kurung di ruangan itu bukan untuk belajar melainkan karena kakak nya itu di penjara.

"Aku tau kakak dalam hari hari yang sulit sekarang. Tapi jangan membuat kakak kedinginan seperti ini. Ayo masuk..." Kata Randy dengan menyuruh kakaknya itu untuk masuk.

"Ya, masuklah lebih dulu. Kakak akan menyusul nanti... Kakak hanya ingin menenangkan pikiran kakak saja." Dahlia sekali lagi tersenyum sabar menatap adiknya itu.

Beberapa hari terakhir dokter psikologi nya Randy mengatakan jika kesadaran Randy mulai memulih meski dia sering berkunjung ke dalam dunia imajinasi nya, sekarang adalah 80 persen. Sisanya adalah dunia yang dia buat.

Dan Randy yang dulunya cuek semenjak ada Rio dan Clara dia sudah mulai berbeda. Dan jadi seorang pria yang peduli apalagi pada perempuan.

"Aku hanya lelah..." Kata Dahlia dengan suara nya yang pelan sekali. Bahkan Randy tidak bisa mendengarkan nya.

Randy terus berjalan dan masuk kembali ke dalam kamar nya. Ini terasa membosankan sekali dan karena itulah dia mulai ingin masuk kedalam dunia imajinasi seketika itu juga.

"Aku hanya ingin makan burger. Paman Vincent, Mister Viu meninggal. Apakah kah sudah mendengar nya?" Tanya Randy dengan menatap dunia sekitarnya.

Wush... Seolah seperti mimpi yang panjang sekali, dunia fantasi dan berbagai pulau kapuk itu ada dimana mana. Randy berlari untuk menatap pelangi dan menyapa beberapa belalang yang ada diantara dedaunan. Sungguh ini adalah hal yang membuat nya bangga sekali. Lihatlah dia bahkan bisa menatap awan pelangi yang datang 1 tahun 4 kali. Itu adalah pengalaman yang langkah sekali.

Randy menatap beberapa orang yang ada disana. Yang wajah nya berwarna merah dan biru. Jika mereka suku perempuan, maka mereka berwarna merah jika mereka suku lelaki maka mereka akan berwarna biru.

Ini adalah hal yang benar benar mengaggumkan sekali.

"Terimakasih sudah membuat kan kami dunia baru Randy. Kita sangat berterimakasih banyak padamu." Ucap Paman Vincent.

Ini adalah ritual yang ada di dunia nya Randy. Dimana ada seseorang yang meninggal di dunia itu maka mereka harus segera pindah ke dunia yang baru, dan nuansa baru.

Randy mengangguk. Dia memakan burger yang baru saja di angkat dari penggorengan. Ini adalah daging sapi yang terasa enak sekali. Paman Vincent adalah chef terbaik menurutnya.

"Kamu baik baik saja Randy? Ku dengar kamu beberapa kali sakit dan di masukkan kedalam rumah sakit?" Tanya Paman Vincent.

Dia tau sekali jika kebanyakan orang yang membuat dunia imajinasi, mengalami gangguan Autism dan karena itulah dia mulai khawatir ketika para pembuat dunia ini menghilang karena sakit.

"Mmm... Aku baik baik saja. Hanya saja ada anak yang membully ku saat dia mabuk. Karena itu lah aku masuk rumah sakit." Kata Randy.

"Apakah kamu sudah ikut terapi?" Tanya Paman Vincent.

Dia tau sekali jika Randy adalah anak yang malas sekali untuk di ajak pergi ke tempat terapi. Ada saja alasan nya, tak lain adalah karena Randy takut oleh seseorang yang menanyakan ini dan itu padanya.

"Tidak. Aku sudah satu tahun tidak mendatangi nya. Lagian kenapa aku harus pergi kesana? Apakah itu tempat yang wajib untuk di datangi?" Tanya Randy yang merasa penasaran sekali.

"Ya. Itu wajib untuk di datangi terutama nya dengan anak jenius seperti mu ini." Kata Paman Vincent.

Wush. Seketika itu juga dunia imajinasi Randy terhenti karena suara alarm yang rupanya sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Dia harus segera pergi bersekolah. Gawat! Dia sudah terlambat sekali sekarang.

Yang lebih menyenangkan di dunia ini adalah Randy bisa tidur puas di dunia imajinasi nya itu. Sehingga dia kadang bisa tidur dalam keadaan dan dalam posisi apapun. Itu adalah hal yang benar benar absurd tapi sering terjadi padanya.

.

.

.

.

Randy turun dari mobil mewah nya yang kini berwarna hitam dan seseorang melambaikan tangan nya, itu adalah Justin. Teman sekelas nya itu jadi dekat sekali dengan nya karena tergabung dalam satu proyek yang sama. Mereka juga kerja sama dalam membuat dan memilih konsep robot.

"Hai, kamu sudah buat laporan nya?" Tanya Justin dengan mengeluarkan buku catatan kecil nya.

"Sudah." Balas Randy dengan singkat sekali.

Sebelum masuk kelas 1 jam mereka di habiskan untuk diam di perpustakaan dengan mencatat buku mereka yang awal nya kosong menjadi penuh dengan tinta hitam dan merah.

"Jika listrik ini di gabung dengan kabel A bisa di buat nyalakan?" Tanya Justin pada seorang yang sangat jenius ini.

Randy mengangguk lalu dia berpamitan untuk masuk ke dalam kelas nya dulu, karena bell sudah berdering dan memanggil mereka untuk masuk ke dalam kelas.

Randy masuk ke dalam kelas nya dan dia merasakan kepala nya yang sangat pusing sekali, bahkan hidung nya mengeluarkan darah saking parahnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Sedangkan dirinya sangat lelah sekarang.

"Ah... Gelap sekali." Kata Randy dengan mengucek mata nya.

"Randy? Kamu baik baik saja?" Tanya Justin yang baru saja balik dari perpustakaan.

Randy mengangguk dia keluar dari ruang kelas nya dan berjalan sambil mata satu nya yang dia tutup. Ini adalah kabar yang paling membuat nya sebal sekali. Hidung nya kembali berdarah itu adalah tugas dari Rio untuk membantu Randy.

Namun entah kenapa sejak tadi pagi Randy tidak mendengarkan dan tidak melihat pria itu ada di sekolah. Mungkin sedang sakit, itulah yang dia kira.

"Kamu baik baik saja nak Ran?" Tanya Bu Sulis kepala sekolahnya itu bahkan sampai datang ke UKS sekolah nya.

"Iya... Hanya berdarah."

"Ikutlah terapi nak... Kau butuh itu." Kata Bu Sulis.

Dia benci terapi! Orang yang selalu ada disana adalah orang yang menatap nya dengan rendah sekali. Bahkan dia tidak nyaman di sana.

"Mereka tidak menakutkan Randy..."

"Aku takut terapi!" Teriak Randy dengan merengek dan menutup telinga nya sambil terus berteriak teriak.

Bu Sulis langsung memenangakan murid nya itu.