Sekali lagi Randy kebingungan, dimana jalan pulang nya. Yah, ibunya masih terus menegak kan peratuan pada anak nya, yaitu berusaha untuk mandiri dan terus menjadi anak yang sederhana, meski mereka adalah orang kaya. Salah satu caranya adalah mengurangi mobilitas. Terutama untuk Randy, ibunya ingin Randy terbiasa dengan dunia luar, meski dia tau sekali jika kondisi nya Randy tidak mumpuni untuk itu semua.
Giliran diri nya yang memanggil angkutan umum itu, dia duduk dengan wajah yang sedikit tegang. Tentu saja dia akan tegang. Ini benar benar membuat nya panik. Bagaimana jika nantinya dia kembali tersesat?
Meski ini sudah sering kali terjadi, dia akan tetap untuk terus mencari jalan nya. Pokok nya sampai dia benar benar pulang ke rumah nya. Yeah, Randy sedikit keras kepala akan hal ini.
"Kamu anak yang tinggal di perumahan elit itu yah?" Tanya sang sopir.
Anak anak semua memanggil nya sebagai Mang Aad. Dia adalah sopir angkot yang sering kali mengantarkan Randy pulang kerumah.
Randy menganggukan kan kepala nya, sambil celingak-celinguk agar tidak salah jalan. Karena menghapal jalan begitu sulit sekali bagianya.
"Oh kamu hafal jalan nya?" Tanya Mang Aad yang seperti nya sedikit merasa aneh dengan Randy.
Randy menggelengkan kepala nya. Meremas jemarinya karena takut, dia berkeringat. Itu keringat yang sangat dingin sekali. Dia sudah kelelahan menghapal kan jalan, astaga ap yang harus dia lakukan? Akankah menyerah dan lebih memilih untuk menelepon Rio?
"Ya sudah, Mang Aad antar yah..."
Randy mengangguk. Disaat dia hendak turun untuk pulang tiba tiba saja dia tersenyum lebar. Inilah area yang dia ingat sekali, astaga akhirnya dia bisa pulang.
Randy merogoh saku baju nya dan memberikan uang seratus ribu untuk Mang Aad.
"Benarkah? Kamu mau kasih mang Aad uang sebanyak itu?" Tanya Mang Aad yang merasa bahagia sekali.
"I... Iyah. Makasih udah nganterin saya." Kata Randy dengan memberikan uang berwarna merah itu.
Mang Aad tersenyum lebar. Inilah suatu rejeki yang tidak terduga. Bahkan Mang Aad tidak percaya orang seperti Randy mempunyai hati yang dermawan seperti ini.
Randy berjalan di pinggir jalan besar itu. Dia menatap ponselnya dan mengatakan pada Rio jika dia sudah pulang ke rumah.
"Baiklah aku akan menjemputmu. Tunggu yah!"
Randy mengangguk. Dia masuk ke dalam rumah nya setelah berusaha keras untuk membuka pintu gerbang yang sangat berat sekali.
Seluruh karyawan, pembantu, dan sopir nya bertepuk tangan untuk Randy, tersenyum lebar karena keberhasilan nya bisa pulang dengan benar. Dan dia juga pulang dengan tepat waktu. Meski sedikit terlambat beberapa menit.
"Wah anak mama udah pulang... Ayo makan dulu Randy!" Kata Mamanya dengan memberikan nasi mahal itu untuk Randy.
Kini makanan mereka bernuansa Saudi Arabia dan itu ada banyak sekali bumbu bumbu kari yang Randy sendiri tidak tau makanan apa itu. Dia hanya memakan nya karena dia lapar.
Ayah nya tersenyum lebar menyaksikan anak nya yang begitu tampan semakin dewasa ini.
"Wah anak papa jadi tampan sekali. Bagaimana dengan pekerjaan mu di sekolah? Apakah kau bisa menjawab kuis nomor 5? Itu adalah nomor jebakan sekali." Kata Ayah nya dengan tersenyum lebar. Membelai rambutnya dengan lembut.
Randy mengangguk. Dia tentu saja bisa menjawab semua soal jarang sekali dia pulang dengan kabar bahwa dia mendapat kan nilai selain seratus.
"Bagaimana dengan proyek robot mu?" Tanya Ibunya.
Randy tidak percaya bahwa kedua orang tua sibuk nya ini masih mengingat pekerjaan pekerjaan sekolah nya.
Randy tersenyum lebar pada ibunya dan mengeluarkan sertifikat dalam tas nya. Dia bahkan sampai mengiler karena terus terusan tertawa dengan mulut penuh sup kari.
"Wah anak mama hebat sekali... Kamu juara satu lagi?!" Tanya Mamanya dengan merasa kagum sekali.
"Iya... Randy dapat uang lagi. Ini akan Randy simpan ke celengan ayam Randy!"
"Simpan lah sesuka mu nak... Kita masih punya banyak di bank. Hahahaha..." Kata Ayah nya dengan tertawa lebar.
Setelah itu Randy di tinggal sendirian lagi di dalam kamar nya karena kedua orang tua nya itu harus kembali ke kantor. Dahlia belum pulang dari les bimbel tambahan nya, yah dia sudah mau kuliah kegiatan belajar nya jadi Lebih sibuk.
Drt. Drt. Drt.
Seseorang menelepon nya dan rupanya itu adalah Rio. Dia mengatakan jika dia dan Clara sudah dekat dari rumah nya. Namun mereka harus membeli kuota terlebih dahulu.
"Di rumah ku kan ada WiFi..." Kata Randy.
"Kita kan mau belajar di luar. Ayo segeralah berganti." Kata Randy.
Yah mereka akan segera belajar di taman alun alun kota malang. Tempat itu jadi indah kembali saat tempat nya di bersihkan. Rumput nya bahkan seperti mainan anak anak.
Randy mengangguk. Dia berjalan ke arah lemari nya dan seketika itu juga dia merasakan pusing sekali.
"Aku tidak ingin berpindah tempat..." Kata Randy dengan memegang kepala nya.
360 derajat. Itu berbalik dengan sangat cepat sekali, dunia nya berputar bak gasing yang begitu gesit sekali. Apa yang harus di lakukan oleh nya?
Randy memegang ujung kasur nya dan saat dia membuka matanya dengan perlahan. Wush! Angin langsung berhembus dan itu membuat nya jadi terkejut.
"Ada apa Tuan Vincent?!" Tanya Randy.
Seolah seperti maut yang menerjang, dunia nya Randy jadi sangat gelap sekali. Awan awan yang tadinya berwarna pink menjadi gelap legam. Hitam bak lambang kematian.
Randy menatap Tuan Vincent yang sudah melambaikan tangan nya dengan tersenyum lebar ke arah nya. Randy berlari untuk mengejar tuan Vincent. Paman kesayangan nya yang selalu ada di samping nya.
"Ya!! Kenapa kalian menjauh?! Jangan pergi ke sana Tuan! Kau bisa masuk jurang!!" Teriak Randy.
Dia berlari. Padahal di dunia nyata Randy sedang berlari kencang dari lantai 5 ke bawah dengan langkah gesit menuruni tangga.
"Ahh!!! Ah!!!" Teriak Randy yang langsung terjatuh ke lantai 3. Tubuh nya berguling guling terus. Membuat nya jadi begitu sakit sekali.
Tulang nya seolah olah patah. Dia tidak ingin masuk rumah sakit lagi, kepala nya berdarah seolah akan bocor lagi.
"Aku tidak bisa sendirian. Tuan Vincet... Kembalilah. Jangan membuat ku sendirian." Kata Randy.
"Aku tidak punya siapa siapa lagi selain anda."
Ngingggg.....
Suara berdenging di telinga nya membuat dirinya begitu merasa kesakitan sekali. Matanya perlahan lahan tertutup, dan dia bisa mendengarkan suara Clara dan Rio yang berlari ke arah nya dengan samar samar.
'Randy!!!"
Itu terdengar seperti sedang berada di goa. Suara nya menggema samar dia tidak bisa bangkit berdiri.
'Bangunlah!! Astaga! Rio segeralah angkat tubuh nya!' pinta Clara dengan sangat panik.
"Aku tidak bisa tinggal sendirian..." Ucap Randy dengan pelan sekali.