Terbaring lemas di atas kasur rumah sakit adalah hal yang sudah biasa terjadi dengan Randy, bahkan mungkin semua penghuni rumah sakit ini sudah mengenal Randy dengan sangat dekat sekali.
"Ada apa dengan Randy?" Tanya Rio bertanya pada sang dokter.
"Ada yang tidak beres dengan otak nya Randy... Apakah dia punya penyakit?" Tanya Dokter nya.
Clara menoleh ke arah Rio, bolehkan dia mengatakan ini? Itu sedikit membuat Randy jadi terhina hanya dengan pengucapan ini.
Sang dokter Mengangkat alis nya dan tersenyum menunggu jawaban dari Clara.
"Hmm... Dia punya gangguan autism. Autistic Disorder." Kata Clara.
"Sudah berapa lama dia mengidap nya?" Tanya sang dokter.
Randy mengangkat kepala nya dan berusaha mengingat ingat pernyataan rumah sakit.
"Mungkin 12 atau 13 tahun an. Ia tidak pernah terapi sejak usia nya yang ke 14 tahun. Entahlah... Katanya itu membuat dunia nya rusak. Beberapa hari yang lalu, Randy mengatakan jika teman nya tuan Vincent meninggal dunia. Dan katanya dunia nya akan segera hancur. " Kata Rio dengan terus mengingat ingat perkataan Randy.
Sang dokter terbelalak dia segera memberikan nomor telpon seseorang. Itu adalah sesuatu yang membuat Randy jadi ketakutan. Terapi? Itu hanya akan membuat dunia nya hancur. Karena saat dia sudah kembali menjadi normal, dia tidak bisa bertemu dengan semua orang yang ada di dalam dunia nya.
"Jika begitu terimakasih banyak Bu..."
"Randy baik baik saja. Hanya saja dia sedikit syok dengan dunia nya. Kamu akan segera mengetahui nya setelah kamu pergi kesana."
Rio menganggguk. Dia segera menelepon Dahlia dan mengatakan jika dia akan pergi ke Batu. Kota batu adalah tempat yang akan dia tuju sekarang.
Randy tersenyum lebar ke arah Clara.
"Kamu mau ikut dengan ku?" Tanya Rio.
"Tapi aku harus memberi kan makan untuk adik adik ku."
"Tak apa. Aku akan mengantarkan mu kesana."
Clara mengangguk. Dia segera keluar dari rumah sakit dan pergi melesat dengan sepeda motor Rio.
---***---
Dunia itu menjadi putih sekali membuat mata Randy tidak bisa menatap apa apa saking silau nya. Dia kembali berjalan terus. Menerjang cahaya flash yang terus menyorot nya. Ini adalah hal yang buruk sekali sebenarnya untuk di telusuri. Tapi Randy tidak punya pilihan lain.
"Dimana kau tuan Vincent?" Tanya Randy dengan terus melangkah kan kaki nya dengan langkah kepastian.
"Ikut aku Randy!" Teriak seseorang dengan melambai-lambai tangan nya. Jarak nya sekitar 50 meter dari nya. Jauh sekali.
Randy menyipit kan matanya. Tentu saja itu adalah Tuan Vincent. Dia harus segera mengejar nya demi kembalinya dunia milik nya. Randy terdiam cukup lama. Karena pria yang tadi melambaikan tangan nya hanyalah seekor kunang kunang berwarna kuning.
"Tuan Vincent?" Tanya Randy sekali lagi.
"Ikuti aku Randy! Jangan menjadi anak lambat!" Teriak Tuan Vincent.
Randy terus berlari dan akhirnya dia mendapat kan sesuatu yang dia inginkan itu. Ini adalah hal yang membuat nya senang sekali. Itu adalah gubuk berwarna oranye yang terlihat begitu menyenangkan sekali.
Terbuat dari gumpalan awan yang menyatu dengan lengkap sekali.
"Astaga!! Ini benar benar menyenangkan sekali! Apakah ini buatan mu tuan Vincent?!" Tanya Randy.
Namun saat dia hendak menginjak kan kakinya tiba tiba saja dia terpental 2 meter ke belakang.
"Awh... Sakit sekali..." Kata Randy dengan menangis.
"Jangan menangis!! Segera bangkit! Kau tau! Semua orang jadi susah karena mu!" Bentak seseorang yang terdengar begitu jahat sekali.
Randy segera menghapus air matanya dan dia berhenti menangis. Itu adalah Jeyq anak yang selalu membuat masalah dimana mana. Bahkan Randy sangat takut sekali dengan nya.
Dia adalah anak paling nakal di dunia nya. Bahkan Randy tidak sengaja membuat tokoh itu ada dalam dunia nya.
"Jangan terlalu keras Jeyq. Randy berdirilah. Kau baik baik saja?"
"Randy baik baik saja..." Kata Randy dengan menjulurkan lidah nya pada Jeyq.
Disana sudah banyak sekali seseorang yang berkumpul di ruangan yang terasa sempit jadinya. Randy masuk dengan bajunya yang sedikit lusuh karena lumpur. Dan dia menatap sekitaran ruangan itu.
Tidak ada orang yang tersenyum padanya. Padahal sebelum nya semua orang orang ini selalu tersenyum dan menyanjung Randy bak seorang pangeran Inggris. Randy duduk di salah satu kursi di sebelah Jeyq. Karena hanya kursi itu yang tersisa. Randy menatap sekeliling tempat nya lagi, dan menghela napas nya.
"Ada apa ini Tuan Vincent?" Tanya Randy dengan menatap beberapa orang yang membawa senjata runcing nya.
"Kau yang sudah membuat dunia ini rusak Randy. Kamu harus menanggung semua akibat nya." Kata Tuan Vincent dengan tersenyum jahat.
---***---
Kini Clara dan Rio masuk ke dalam rumah yang lebih mirip kandang sapi. Rio bahkan tidak tau jika yang sedang dia duduki sekarang adalah sofa. Ada banyak sekali serangga disini. Dan Rio kesusahan untuk menginjak dan mematikan nya.
"Rio... Bisa bantu aku sebentar?" Tanya Clara dengan menarik lengan Rio ke dalam kamar nya.
"Eh. Ada apa Clar?" Tanya Rio dengan sedikit salah tingkah.
Clara membuka jaket nya karena merasa gerah sekali. Dan dia berusaha menggapai amplop coklat yang berisi uang dari Rio dengan susah payah.
Astaga kemana perginya kursi kecil yang selalu dia gunakan untuk memanjat?
"Tinggi mu kan 170 cm, kenapa tidak bisa menggapai nya?" Tanya Rio dengan tertawa lebar.
Clara cemberut. Dia menatap jam dinding yang berdetak dengan lambat sekali.
"Ada apa dengan mu?! Aku benar benar tidak bisa menggapai nya... Ayolah bantu aku sebelum ayah ku pulang." Kata Clara dengan panik..
Rio mengangguk dia segera mengambil amplop itu dengan mudah nya. Tapi dia malah mengangkat nya lebih tinggi lagi dengan tangan nya yang lebih panjang dari Clara.
"Hey! Kembalikan Rio! Aku harus segera membeli makanan!" Kata Clara dengan panik.
Biasanya ayah nya sudah pulang di jam segini. Tapi bagaimana jika dia malah ketahuan dengan Rio disini?! Itu akan sangat gawat sekali.
"Rio! Ah!" Teriak Clara dengan tidak sengaja membuat otot kaki nya terkilir dan membuat dirinya jatuh bersama Rio ke atas kasur. Itu membuat nya terkejut sekali.
"Kau baik... Baik saja?" Tanya Rio dengan menatap gadis yang jarak dengan nya hanya 5 cm saja.
Clara terdiam. Dia menahan rasa sakitnya. Sedangkan Rio ada di atas tubuh nya. Itu sangat dekat sekali dan membuat beberapa tubuh nya merasakan tubuh pria itu.
"Jangan bergerak." Kata Rio saat Clara hendak berdiri.
"Kenapa?" Tanya Clara.
"Diamlah. Untuk beberapa saat." Kata Rio dengan menghembuskan napas nya dengan pelan. Membuat Clara. Bisa merasakan nya karena jarak mereka yang hanya 5 cm.
Ceklek. Seseorang membuka pintu kamar Clara yang sedikit terbuka. Menatap adegan mesra dari Rio dan Clara.
"Hey! Apa yang kalian lakukan?!" Bentak Ayah Clara dengan mata yang melotot lebar.