Dua bulan kemudian, akhirnya Randy bisa memulihkan dirinya sendiri, rencana pertamanya adalah datang ke tempat rehabilitasi nya kakaknya. Dan kakaknya itu akan dibebaskan setelah 3 bulan masa percobaan, ayah nya sudah mengadakan uji banding dan akhirnya mereka mendapatkan keringanan dari pihak polisi yang tahu jika hal ini sudah menyangkut Randy, yang merupakan seorang pengidap autisme.
Randy berjalan di Lobby kelas nya, semua nya sudah pulang sekolah sepertinya Randy terlalu banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan milik sekolah. Dia berusaha untuk menggeledah dimana tempat nya untuk buku komik, namun rupanya kepala sekolah nya menyembunyikan buku itu karena katanya tidak pantas di baca untuk anak anak di SMA. Padahal kan itu bukan buku 18+ atau apapun itu.
Randy terus berjalan di Lobby itu hingga dia menemukan ke anehan yang terjadi padanya. Di bagian bawah hidung nya ada bulu bulu tipis. Dia berusaha untuk mencabut nya, namun saat dia tarik itu sangat sakit sekali. Bahkan rasanya seperti mau putus.
"Ada apa Randy?" Tanya Bu Sulis, kepala sekolah perempuan nya itu menyapa nya dengan ramah sekali.
"Ada yang aneh dengan mulut ku." Kata Randy dengan menunjukkan bulu bulu rambut itu, yang merupakan sebuah kumis tipis.
"Ya ampun itu namanya kumis Randy. Kamu sudah tau pelajaran soal ini kan? Soal pubertas?" Tanya Bu Sulis dengan menggelengkan kepalanya seolah tak percaya.
Randy segera mengangguk. Dia tidak akan percaya jika dirinya telah dewasa seiring berjalan nya waktu. Padahal dia masih ingat sekali dimana dia merasakan bermain bola dengan teman nya di lapangan bola saat usia nya baru saja 9 tahun. Dan mungkin juga, itu adalah kali terakhir dia di hormati di dunia yang kejam ini.
Bu Sulis hanya bisa menggelengkan kepala nya, yang tak menyangka Randy akan bertanya hal hal seperti itu.
Randy naik angkutan umum berwarna biru. Itu adalah angkutan yang sudah ramai sekali di jalanan umum. Mau dia kaya atau miskin, semua nya tau angkutan umum ini. Bahkan ada yang bilang jika kota Malang lebih sering menggunakan angkutan umum di bandingkan mobil pribadi dan nya umum.
Randy memainkan jemari dan karet nya itu, beberapa orang menatap aneh ke arah nya. Yang anak lainnya berbisik serta berniat untuk menganggu Randy.
Namun pemandangan mereka teralihkan dengan adanya Clara disini. Clara dan rok pendek nya itu, tentu saja membuat semua mata lelaki tertuju padanya. Randy tau itu, tapi dia tidak tau harus melakukan apa, sedangkan Clara beberapa kali salah tingkah. Kebingungan harus melakukan apa. Bahkan berkali kali ada seorang lelaki yang ingin sekali menyentuh paha dan merogoh paha nya.
Namun dengan sigap nya juga Randy menepis tangan para lelaki itu. Tentu saja, ini sudah termasuk perbuatan buruk, mereka akan di tangkap oleh polisi dengan kasus dan tuduhan Pelecehan seksual.
"Pakai ini." Bisik Randy, suara nya bergetar karena hal ini. Dia benar benar merasa takut dan tidak enak juga dengan Clara. Ada banyak sekali pria termasuk dirinya juga.
Randy juga bisa menatap rok mini itu namun dia tidak tertarik dan tidak peduli juga, berbeda dengan anak anak yang ada di sebelah nya Clara yang mata keranjang, suka menatap rok mini nya anak perempuan.
"Kamu mau pergi kemana? Ke tempat kak Dahlia?" Tanya Clara dengan tersebut lebar.
Randy mengangguk, "kiri pak!" Teriak Randy dan dua langsung turun untuk pulang. Sedangkan Clara yang ada disana juga pulang dengan angkutan umum itu. Mereka terpisah sekarang, hanya bisa melambaikan tangan saja. Kini Randy masuk ke dalam ruangan rehabilitasi anak anak remaja.
Disana ada banyak sekali anak remaja yang hdup sepertinya. Untung saja Randy adalah anak orang kata yang masih dirawat. Jika tidak mungkin saja dia sudah di masukkan di tempat yang sangat menakutkan ini.
Dahlia sudah memakai pakaian rapih nya untuk bersiap siap untuk pulang.
"Halo kak!" Teriak Randy dengan memeluk Kakaknya seolah tidak pernah bertemu selama 10 tahun saja. Dahlia hanya tertawa saja menatap kegemesan adik nya itu.
Dia langsung berinisiatif untuk memperkenalkan teman nya ini. Namanya ialah Hanifah, mereka sama sama satu nasib. Sama sama di tuduh ini dan itu. Karena itulah mereka kenal satu sama lain.
"Oh kalian sekarang ini temenan ya?" Tanya Randy dengan menjabat tangan Hanifah. Gadis ini sangatlah cantik sekali. Mungkin umur nya sama dengan Clara 16 atau 17 tahun an.
Tinggi nya sekitar 162 cm an dan dia terlihat pendek sekali jika ada di sebelah nya Randy.
"Adik mu tinggi sekali Dahlia..." Kata Hanifah dengan tertawa lebar. Tidak akan menyangka jika adik nya Dahlia akan sebesar dan setinggi ini. Dia terlihat seperti semut di sebelah nya Randy.
---***---
Sedangkan di dalam angkot sana, Clara terus terusan di ikuti oleh 5 kelompok pria yang terus terusan menatap paha dan hendak menarik rok nya. Padahal Clara sudah menutupi nya dengan jaket milik Randy. Namun tetap saja tidak ada yang berubah. Semua nya tetap mengikuti dia pergi kemana.
"Mbak mau ikut check in ngga? Aku udah punya mobil 2, apartemen 3, aku juga udah mau lulus SMA." Kata salah satu seorang pria.
Clara tidak mendengarkan omong kosong itu. Lagian dia tidak tertarik dengan cowok cowok ini. Asing sekali menurut nya.
"Hey kenapa kamu diam saja? Ayolah... Mau mas genjot gak?" Tanya yang lainnya yang lebih parah.
"Mas? Bisa. Ngga sih ngga ganggu in saya?! Lebih baik mas nya pulang deh, lagian percuma mas. Saya ini tuh ga suka sama tipe cowok kaya kalian. Mata keranjang!" Bentak Clara dengan menunjukkan semua anak yang ada disana.
Namun dia saat Clara diam menasehati mereka, di saat itu lah seseorang membawa nya pergi di gendongan nya. Ini membuat Clara meronta-ronta dan terus menangis.
"Woy!! Lepasin temen gue!" Bentak seseorang yang tiba tiba saja datang dan membuat keributan semua nya. Clara terlempar ke aspal yang kasar sekali. 4 orang itu melawan Randy sedangkan bos nya yang tidak di lihat oleh Randy itu mendekati nya.
Menekan pipinya dengan kedua telapak tangan nya yang kasar sekali padanya.
"Nama mu siapa sih mbak?" Tanya Orang dengan Nick name 'Jamal'
"Lepasin gue!!" Teriak Clara dengan terus meronta ronta.
Namun pria itu tidak membiarkan kesempatan ini sia sia terjadi begitu saja. Dia langsung membuka kancing baju Clara hingga membuat Clara hanya terlihat pakaian dalam nya saja.
Di saat pria itu hendak menundukkan kepala nya dan menjilati dada Clara, tiba tiba saja Rio datang dengan menendang kepala Jamal dengan kasar sekali.
"Jangan brengsek ya loh! Sana pergi sange!" Bentak Rio dengan kasar nya.