Chereads / How do U say, you’re SORRY? / Chapter 10 - ALEXIO D ARNBORN

Chapter 10 - ALEXIO D ARNBORN

plok plok plok terdengar dari jauh suara tepukan tangan para tetangga, Odele sungguh terkejut.. namun kemudian dengan begitu anggun ia menundukkan kepala dan tersenyum senang tanda hormat. Jantungnya deg deg an, seakan tegah berada di atas panggung.. ini adalah kali pertamanya berinteraksi dengan para tetangga.. meski… yah… huf… hanya seperti itu saja…

Tak perlu menunggu lama, Odele gadis kecil berusia 9 tahun itu seketika Viral di jagad dunia maya.. tak luput dari pandangan seorang pangeran bungsu kerajaan Swedia, ALEXIO D ARNBORN. Pada pandangan pertama, Bocah laki-laki yang sebentar lagi akan memasuki usia 12 tahun itu langsung tertarik setelah melihat betapa anggunnya Odele kecil ketika memainkan biolanya.. dengan tak sabaran, bocah laki-laki itu secara khusus meminta ayahnya untuk mengundang si gadis biola..

Sungguh ayahnya terkejut.. untuk pertama kalinya Alexio begitu menantikan hari ulang tahunnya, tentu ayahnya itu akan mengabulkan apapun permintaan putra kesayangannya.

Secara khusus ayahnya mengirimkan utusan kerajaan untuk mengirimkan undangan secara langsung kepada si gadis biola.

*

Hari ulang tahun pangeran pun tiba. Baru kali ini Odele merasa sangat tidak ingin meninggalkan rumahnya.. ia sungguh berharap sang ibu menolak undangan dari kerajaan tersebut. Namun sungguh di luar dugaan.. Maya malah memberikan izinnya.

Odele yang di jemput oleh suruhan istana, hanya hadir sendiri tak di temani oleh ibunya.. jangan tanyakan mengapa.. karena alasannya selalu sama, sibuk bekerja.. hingga tiada waktu untuk libur, apa lagi menghadiri pesta.

Sesampainya di aula acara, Odele kecil langsung merasa kesepian dan tak percaya diri ketika melihat anak-anak lain datang didampingi orang tua mereka.. sedang ia hanya seorang diri, tak ada yang menemani. Ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.. hingga keinginannya pun kerap kali terabaikan.

Seketika itu, Odele yang merasa tidak ada yang memerhatikannya, dengan segera mencari tempat untuk bersembunyi.. matanya menatap lorong panjang dan besar tepat di sebelah Aula pesta. Suasana yang begitu ramai dan bising membuatnya panik seketika.

Mengira tiada yang menyadari kehadirannya, Odele dengan segera berlari mengendap-endap di lorong tersebut dan matanya mencari tempat yang sekiranya bisa membuatnya nyaman.

Kaki kecilnya seketika berhenti di koridor terakhir.. dimana hanya menampilkan hutan yang di penuhi pepohonan yang rindang seluas mata memandang.

Odele yang memang telah terbiasa sendiri, merasa jika koridor akhir itu adalah tempat yang cocok untuknya. Jauh dari kebisingan dan keramaian.

Ia pun langsung bersembunyi di balik pintu agar tiada siapa pun dapat menemukannya. Ia terus diam berdiri di sana sambil memeluk biola kesayangannya. Menatap luasnya pepohonan cemara.

Namun usaha persembunyiannya ternyata sia sia. Tanpa ia duga, semenjak ia memasuki pintu istana, Alexio kecil, si pangeran bungsu yang tengah berulang tahun itu telah memerhatikannya.

Sang pangeran bungsu dapat menyadari jika Odele kecil seperti dirinya, tidak menyukai keramaian.. namun tentu statusnya yang membuatnya seakan tidak memiliki pilihan.

Alexio kecil masih melangkahkan kakinya mendekat ke arah koridor terakhir.. ia tau sungguh ada seseorang yang bersembunyi di balik pintu. Matanya perlahan menyaksikan pintu itu mulai tertutup perlahan, ia pun melangkahkan kakinya mendekat semakin cepat. Namun sayang.. sebelum ia tiba, pintu itu telah tertutup rapat.

Bham! Klek! Tanda pintu tersebut telah tertutup dan terkunci dengan sempurna. Ia pun menaruh telinganya di pintu berharap mendengar sesuatu..

Dan persis seperti dugaannya, Odele kecil mulai memainkan biolanya.. Lexi pun menduduk kan bokong nya di lantai dan menyender kan punggungnya pada pintu koridor tersebut.

Selama Odele memainkan biolanya, selama itu pula Lexy memejamkan matanya.. mengistirahat kan seluruh Organnya menikmati setiap alunan nada sendu penuh makna kerinduan itu.

Beberapa menit berlalu, Odele telah selesai memainkan biola yang membuat kegugupannya hilang seketika.. Alexio kecil pun kembali membuka matanya. Ia menepuk kan kedua telapak tangannya hingga menghasilkan bunyi yang cukup terdengar hingga mengambil perhatian Odele.

"Siapa di situ??" Ucap Odele

"Buka pintunya dulu.. biarkan aku memperkenal kan diri ku secara baik dan benar Pada mu.." jawab Lexi

Odele hanya bisa mematung diam tak bergerak.. ia belum pernah merasakan memiliki teman sebelumnya.. teman satu-satunya baginya hanyalah seekor bayi anjing yang tak lama ia temukan di halaman depan rumahnya terbungkus dengan kotak kardus berwarna coklat.

Karena ibu nya jarang di rumah.. sehingga Odele pun di beri izin untuk memelihara sang anjing. Jadi ketika ada yang menawarkan untuk menjadi temannya tentu saja dia kaget luar biasa senangnya.. namun ekspresi senang memang agak membingungkan melihat itu dari wajah Odele.

Jangankan untuk tersenyum, untuk berbicara saja sangat sedikit. Bahkan guru privat nya saja jarang sekali mendengar gadis itu mengeluarkan suaranya.

Gadis kecil itu terlalu patuh.. dan kebanyakan menjawab dengan anggukan dan gelengan.. tak jarang juga ia lebih memilih bungkam dari pada menjawab sang guru yang menanyakan hal pribadi padanya.

Jadi saat ini ia tidak tau harus berekspresi seperti apa? Bertindak seperti apa? Bahkan mengekspresikan diri untuk bahagiapun ia tak bisa. Ia hanya bisa mematung padahal di dalam hati telah sorak-sorai dan berteriak ada seseorang yang ingin berteman dengannya.

"Hei.. apa kamu masih di situ? Kamu tidak melompat ke bawah kan?" Ucap bocah laki - laki itu.

Odele masih saja diam, bingung akan menjawab atau bertingkah seperti apa?, sedang Alexio yang tak kunjung mendapatkan jawaban, kembali bertanya pada gadis kecil itu.

"Jangan takut.. aku hanya ingin berteman dengan mu.." ucap Lexy membujuk Odele sekali lagi

Ceklek! Bunyi kunci pintu di buka. Perlahan pintu itu pun bergerak memberi jarak dan berhenti sekitar 3 senti. Menampilkan sebelah manik abu - abu yang membentuk batu kristal emerald bening nan indah di sebaliknya.. Bocah laki-laki itu pun kembali di buat terpana. Ia terpesona menatap mata bening Odele nan indah juga menyejuk kan..

Odele menghentikan kegiatan membuka pintunya. Ia masih berdiam menatap balik ke arah mata biru Alexio. Bocah laki-laki dengan rambut gelap me merah bagai kan api yang tengah menyala. Bentuk wajah yang simetris, hidung yang runcing, alis yang rapi, mata yang tajam, Juga rahang tegasnya yang semakin membuat dirinya terlihat mempesona. Meski ia masih kecil, namun jiwa kepemimpinan telah telukis jelas di wajahnya.

"Hai.. " ucap Alexio langsung kala nalar keduanya saling bertemu

Odele masih terdiam menatap bocah laki- laki tersebut.. ia tidak menyangka jika yang menawarkan pertemanan adalah sang pangeran bungsu. Bocah laki-laki yang sedari awal ingin ia hindari. Mengingat permintaannya yang mungkin saja tak mampu ia lakukan, namun tak juga bisa ia tolak.

Alexio langsung mengulurkan tangannya pada Odele.. "nama ku Alexio.. siapa namamu?"

"Aku mengenal mu pangeran.. salam hormatku kepada anda, namaku Odele Naida" ia berkata sambil menundukkan kepalanya tanda memberi hormat. Namun alexio merasa sedikit kecewa, untuk pertama kalinya ada wanita yang tidak menyambut uluran tangannya.. Lexi pun kemudian tersenyum kecut dan kembali menaruh tangannya di dalam saku celananya seperti semula.