"Ayah ku pernah berkata, disaat aku merasa gugup dan takut.. cukup pejamkan mata seperti ini.. dan bayangkan wajah ibu dan ayah mu.. atau wajah orang-orang yang membuat mu tenang.. senang.. dan aman.. maka perlahan kamu akan merasakan tiada hal yang perlu kamu risaukan karena mereka akan selalu ada untuk mu.. mendukung di setiap langkah mu…" ucapnya sambil meletak kan kedua telapak tangannya di kedua mata Odele.
Odele pun mendengar dengan seksama ucapan Alexio yang berbicara dengan lembut pada telinga sebelah kirinya.. jarak yang begitu dekat membuat Odele dapat merasakan hangatnya hembusan napas yang Alexio hembus kan.. seakan ia merasa di jaga dan di lindungi dengan kehangatan dari si bocah laki-laki tersebut.
tanpa di duga, wajah yang muncul dalam benaknya pertama kali adalah wajah dari si bocah laki-laki itu.. entah bagaimana bisa, namun.. begitu lah adanya.. hanya ketika di dekat bocah laki-laki itu Odele tak merasakan kesepian lagi.. 'begini lah rasanya memiliki seseorang?' Gumamnya sendiri.
hanya wajah bocah itu yang bisa terpikir kan olehnya. Dengan perlahan.. rasa aman yang Alexio berikan, seketika mengatasi rasa ke gugupannya.
Hingga ia pun bersedia memainkan biolanya di pesta ulang tahun Alexio, ia begitu tenang, gerakannya terlihat sangat anggun dan cantik… semua mata terpana dan terpesona dengan alunan nada dari biola yang bergesekan saat di mainkan.. tepuk tangan yang meriah pun ia dapatkan.. tampak Odele pun merekahkan senyumannya pada Alexio yang tadi berhasil menyemangati dan memotifasi dirinya.
Begitulah cara ke duanya berkenalan.. seiring berjalannya waktu, hubungan merekapun semakin akrab.. dan di saat Alexio berusia 17 tahun, ia pun menyatakan cintanya pada Odele, dan tentu gadis itu menerimanya, karena ia juga merasakan hal yang sama.
Meski mereka Long distance relationships (LDR).. dan bertatap mukapun hanya melalui panggilan vidio, namun keduanya tak keberatan.. hubungan itu tetap terjalin harmonis dan romantis.. karena rindu yang semakin bertambah, dan mereka pun memutuskan menikah setelah 5 tahun berpacaran jarak jauh saat odele menginjak usia 20 tahun dan Alexio 23 tahun.
Flashback off
Deg!!! Mata Alexio membulat sempurna. Ia kembali diingat kan dengan kenangan yang tak terlupakan di 18 tahun yang lalu… moment terindah yang mengawali eratnya hubungan di antara keduanya.
Ia kemudian langsung keluar dari kamar VIP rumah sakit tersebut. Membanting pintu dan berjongkok di depan kamar rawat inap Odele sembari menundukkan kepalanya menatap ubin yang ada di bawah kakinya dengan perasaan yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.
'Ada apa ini sebenarnya? Kenapa begitu banyak kebingungan?? Aku tidak ingin mempercayai dia lagi.. tolong hentikan semua hal membingungkan dari kepala ku ini!!!' Gumamnya kesal mendapati hatinya yang mulai kembali luluh dan berharap hubungan mereka akan berhasil.
"Tuan!!!" Ucap Will berlari kecil kala melihat tuan mudanya tengah terduduk lesu di luar pintu kamar rawat inap. Ia baru saja kembali dari mengurus administrasi rumah sakit, karena tuannya memerintahkan agar membawa nyonya mudanya kembali pulang dengan segera.
Sedang para pengawalnya sengaja di tinggal di area pintu rumah sakit karena Alexio tidak mau mengambil banyak perhatian para pemburu berita hingga nantinya akan berdampak pada kebisingan yang jelas merugikan pihak rumah sakit dan mengganggu ketenangan pasien yang tengah menjalani perawatan.
"Ada apa tuan?? Apa kita perlu memeriksakan kesehatan tuan juga?" Tambah Will khawatir
"Tidak perlu.. aku hanya terlalu banyak berpikir.." jawabnya "apa semua prosedur pengurusan pulang telah selesai?" Tambahnya lagi.
"Sudah tuan.. semua sudah siap!"
Setelah mendengar jawaban dari Willy, Alexio pun langsung bergegas kembali memasuki kamar Odele. Menggendong dengan lembut tubuh lemah itu dalam dekapannya hingga Odele yang tengah tertidur pun tak menyadarinya. Mungkin saja karena efek obat bius yang masih tersisa di dalam tubuhnya hingga ia tidak bereaksi sama sekali saat Alexio menggendongnya.
*
Sepanjang perjalanan, Alexio masih dengan posisi memangku dan memeluk erat tubuh Odele yang terkulai. Sesekali ia pun tampak mengusap rambut yang menutupi wajah mulus gadis itu.
Lalu mencari kesempatan memerhatikan mata dan bibir Odele yang sempat ia kira memiliki tahi lalat dan tindikan.. ia menggosok jari telunjuknya di kulit Odele yang ia yakini seharusnya memiliki tahi lalat dan tindikan di bagian tersebut. Namun ia tidak hanya tidak menemukan tindikan dan tahi lalat disana, bekas pun juga tak ada.
Masih mencoba mencari jawaban atas kebingungannya, ia lalu beralih pada bibir Odele yang terkatup.. kembali ia mengusap-usap bagian bawah bibir gadis itu sekali lagi mencari tahi lalat dan tindikan yang seharusnya ber bekas meski hanya sedikit.
Namun lagi-lagi ia tidak bisa menemukan tanda-tanda atau bekas apapun.. seolah wanita di hadapannya ini bukanlah orang yang sama.
Alexio pun memandangi wajah teduh Odele yang tertidur, perlahan matanya malah teralih pada bibir Odele yang tadinya terkatup, kini malah terbuka sedikit. Ia mengirup aroma napasnya yang seketika membuatnya menjadi candu.
Alexio pun semakin mendekat kan bibirnya perlahan pada bibir ranum milik Odele.. ia seakan terhipnotis begitu saja, tanpa bisa menolak untuk mencercapi bibir semerah delima itu.
Deg! Detak jantungnya semakin kencang, Napasnya mulai terasa berat, tubuhnya tiba-tiba merasa panas hingga keningnya telah di penuhi butiran-butiran bening keringat.
Setengah centi lagi maka bibir mereka akan saling tertaut. Tanpa sadar, ia malah berharap mobil nya dapat berhenti tiba-tiba dan membuat bibir mereka menempel tanpa sengaja, dengan begitu ia tidak akan menjadi salah tingkah seperti sekarang.
Glek! Ia kesusahan menelan salivanya. Sungguh Alexio tak dapat menahannya lagi rasa ingin mencicipi bibir merah yang seakan tengah menantinya. tanpa sadar kepalanya semakin menunduk dan mendekat kan bibirnya sedikit demi sedikit pada bibir ranum milik Odele.
Sang asisten yang menyadari tingkah tuannya melalui kaca spion depan, segera menurunkan penutup pembatas otomatis yang terpasang di belakang kursinya untuk memberi tuannya privasi.
Secara, ia tau tuannya sudah tidak pernah berhubungan dengan gadis mana pun semenjak 5 tahun belakangan ini. Meski sudah ia usahakan memberikan Alexio berbagai macam wanita, dari model, artis, sampai keluarga bangsawan sekalipun. Namun Alexio tampak tak pernah memiliki nafsu pada gadis-gadis Cantik tersebut. Bahkan di saat ia telah di recoki obat perangsang sekalipun, pria itu malah lebih memilih berendam dan tidur di bathup semalaman dari pada harus menyentuh gadis yang jelas sudah sedia menunggunya di atas ranjang. Dan di keesokan harinya tentu saja Alexio akan sakit dan mengalami demam tinggi.. Semenjak itu willy pun tak pernah lagi memaksanya atau pun menjebaknya secara sengaja.
Jujur saja.. sikap Alexio yang tiada perduli.. tiada ekspresi, tiada minat, tiada tertarik pada lawan jenis dan mengalami insomnia akut sungguh membuat Will dan ayahnya mati kutu dan putus asa.
Willy pun memiliki penilaiannya sendiri mengenai sang nyonya muda yang muncul kali ini.. entah memang nyonya mudanya sedang mengalami Amnesia, atau kah wanita itu telah bertobat? yang jelas.. kepribadian nyonya mudanya kali ini mendapatkan dukungan penuh darinya. Ia bahkan sangat berharap penyakit insomnia yang di derita tuannya dapat berangsur sembuh..
Tanpa sengaja, Will pun teringat kejadian di beberapa jam yang lalu sebelum keberangkatan mereka ke rumah sakit. Kala melihat Alexio tengah tertidur sangat lelap tanpa menenggak Obat tidur lebih dulu. Meski ia hanya tertidur selama 1 jam.. tapi itu sudah suatu kemajuan yang sangat berarti..