Chereads / How do U say, you’re SORRY? / Chapter 11 - Al & El

Chapter 11 - Al & El

"Jangan panggil aku pangeran.. aku tidak memiliki keinginan menjadi seorang pangeran.. aku mungkin bahkan tidak memiliki kesempatan untuk memimpikan itu."

"kenapa kamu berbicara pesimis begitu?" tanya Odele penasaran.

Alexio enggan menjawab pertanyaan itu. Ia mengalihkan pada topik pembicaraan yang lain.

"hmmm bukankah tidak baik berbicara dengan teman di ambang pintu?"

"oh iya, maafkab saya pangeran.." ucap Odele yang kemudian membuka kan pintu itu menjadi lebih lebar untuk bocah laki-laki itu, Alexio pun masuk ke koridor istana yang awalnya menjadi tempat persembunyian Odele.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Hmmm itu.. aku.. sebenarnya.. aku.." jawab Odele terbata-bata tidak tau mau menjawab apa.. ia tidak pernah berbohong.. namun untuk mengatakan yang sejujurnya juga tak mampu ia lakukan.

"Apa kamu gugup karena akan memainkan biola di hadapan banyak orang??" Terka Lexi melihat raut ke khawatiran di wajah Odele.

Odele pun seketika mengangguk pelan.." bisakah aku pulang saja pangeran?? aku tidak pernah menghadiri pesta seperti ini sebelumnya.. tidak pernah memainkan biola di depan umum.. tidak pernah melihat mata yang begitu banyak mengarah padaku.. aku suka kesunyian.. suara bincangan orang yang membuat ku panik.. aku takut, nanti aku malah akan membuat kamu malu.." pujuknya memohon..

"Apa yang kamu malukan? Anggap saja mereka adalah temanmu juga.. lagi pula kamu hanya bermain biola itu di atas panggung saja.. tidak akan melakukan hal yang bukan keahlian mu.."

"Bukan begitu.. masalahnya.. aku tidak pernah memiliki teman.. aku tidak tau bagaimana caranya bergaul dan membaur dengan normal.."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Terlalu rumit untuk di jelaskan.. jadi pangeran.. biarkan aku pulang.." pujuknya lagi

"Tidak.. kamu tidak boleh seperti itu.. selain kamu mengecewakan aku, apa kamu akan hidup seperti ini selamanya? Dengan Terus bersembunyi dan menghindari orang-orang?"

Deg! Odele tersadar.. dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga ingin memiliki teman.. ingin tau bagaimana rasanya bermain, berkumpul dan bersenda gurau dengan orang lain.. namun keadaan yang tak berpihak padanya, membuatnya harus terkurung di rumah selama 24 jam.

Ia pun menggeleng.. Lexi tersenyum mendapat jawaban Pasti Odele. "Kalau begitu.. biarkan aku menjadi teman pertama mu.." sekali lagi ia pun mengulurkan tangannya

Dan beruntung perlahan tangan kecil si gadispun tampak mulai terangkat dan ia menjabat tangan yang tengah mengulur padanya. "Sudah.. apa begini saja kita sudah bisa di katakan berteman??? Lalu.. sekarang bagaimana apa yang di lakukan dalam berteman?" Tanya Odele mencari tau hal yang baru baginya.

"Hahaha hahaha hahaha" pertanyaan yang baru saja di lontarkan Odele malah membuat Lexi tertawa terbahak - bahak.

"Jangan mengejek ku pangeran.." protes Odele seketika memanyunkan bibirnya.

"Aku tidak mengejek mu.. hanya saja.. seperti nya kamu terlalu banyak membaca buku.. hingga perkataan mu sudah seperti daftar isi bacaan.

jika sudah menjadi teman.. berarti kamu tidak boleh memanggil ku pangeran lagi.. kamu harus memanggil aku dengan sebutan namaku.. begitulah cara berteman memanggil teman.. nama depan ku Alexio, Orang-orang biasa memanggil ku Lexi. Kamu boleh memanggil ku Lexi juga.. atau Alexio juga tidak apa-apa.."

"Kalau aku ingin memanggil mu "Al" saja bagaimana? Apa boleh??"

"Al??? Hmmm baru kamu orang pertama yang memanggil ku dengan sebutan itu.. baiklah.. itu lebih bagus.. panggilan itu akan membuat hubungan kita menjadi lebih akrab. Dan aku akan memanggil mu Elle. bagaimana?"

"Baiklah.. setuju.." ucap Odele senang mendapatkan teman baru..

Alexio pun merasakan hal yang sama.. bisa berteman dengan gadis yang membuatnya tertarik sungguh hal yang tak bisa iya sangka. 'Al dan El nama yang cocok.. semoga hubungan kita juga bisa se cocok panggilan kita' Gumamnya Alexio dalam hati

"Kalau begitu.. sebagai seorang teman, bukan kah tidak baik pulang sebelum acara selesai..? Dan sebagai seorang teman yang sedang berulang tahun, aku menginginkan kamu bermain biola di acara ultah ku.. sebagai hadiah ulang tahun terindah dari mu, bagaimana? Apakah kamu setuju dan tidak akan mengecewakan ku?"

Odele berpikir sejenak.. ia masih canggung bermain biola di hadapan banyak orang.. "tapi aku tidak pernah bermain di hadapan semua orang.. aku hanya takut menjadi gugup dan malah merusak acara ulang tahun mu.." jawab nya khawatir

"Aku tau kamu tidak akan mengecewakan ku kan? Kamu akan berusaha menampilkan yang terbaik kan? Ini kan kado yang aku minta dari mu.. apa kamu benar-benar tidak mau mengusahakannya untuk aku?" Harap bocah laki-laki itu

"Aku… aku.. akan berusaha semampu ku.. tapi.. jika aku gugup bagaimana?"

"Asalkan masih ada kemauan.. pasti ada jalan.. biar ku bisikkan sesuatu" ucapnya sambil melangkah mendekati Odele kecil.

"kamu tidak sendiri.. aku malah hampir merasakan gugup di setiap hari ku.."

"bagaimana mungkin? kamukan seorang pangeran.. bagaimana mungkin bisa merasakan gugup? bukan kah hal seperti ini sudah biasa bagi mu? bahkan kamu sudah harus mempelajari itu sedari kamu kecil kan?"

"kamu tidak salah sama sekali.. memang aku telah mempelajari cara mengatasi rasa ke gugupan ku sedari aku ber usia 3 tahun.. tapi.. kamu lupa satu hal.. jika aku ini juga manusia.. dan tentu saja aku memiliki rasa takut, gugup dan khawatir.. di dalam sini (menunjuk ke bagian dada kiri) bahkan semua itu akan berkumpul menjadi satu dan berubah menjadi rasa mual.. setiap kali aku selesai tampil pada rapat kerajaan, aku akan muntah di toilet hingga perut ku benar-benar kosong.., sejujurnya tugas dan tuntutan yang harus di miliki oleh seorang pangeran tak seindah kelihatannya.. dan itu adalah tekanan yang berat, karena kewajiban tersebut bukan lah mengutamakan kemauan kami.. dan sungguh menjalankan sesuatu yang tak kau sukai adalah pekerjaan yang sulit, dari pada hanya sekedar tampil di hadapan penggemar mu melakukan hal yang sudah menjadi hobby.."

"jadi.. maksud kamu....."

"maksud aku.. tatapan keluarga pada mu hanyalah menampilkan sebuah rasa penuntutan, semua mata yang melihat ke arah mu itu mengartikan jika mereka mengingin kan kamu menjadi pria yang sempurna di mata mereka dengan cara mereka. sedang tatapan para penggemar.. atau masyarakat pada umumnya hanya melihat sisi baik mu saja.. kalau pun kamu melakukan kesalahan, mereka akan tetap memaafkan kamu.." Terang Alexio "aduh.. maaf.. aku jadi curhat.." ucap Alexio tanpa sadar begitu mudah nya bercerita tentang masalah pribadinya pada Odele.

Padahal ia adalah bocah laki-laki yang sulit percaya pada orang lain.. 'aneh.. kenapa aku menjadi terlalu banyak omong begini?' gumamnya sendiri dalam hati.

'Ah.. benar juga.. dia kan seorang pangeran.. tentu saja harus selalu memerhatikan semua tutur kata dan perbuatannya.. dan semua itu harus di lakukan sesuai dengan aturan kerajaan.. aku mengira dia adalah anak paling beruntung di dunia.. aku sungguh tidak menyangka, ada anak yang sudah merasakan kesulitan orang tua sedari ia kecil.' gumam Odele dalam hatinya

"biar ku bisikkan suatu rahasia padamu, ini adalah cara ku pribadi, dalam melawan rasa ke gugupan ku.. " ucapnya sambil melangkah mendekati si gadis biola