"Kita langsung pulang saja ya." Ujar Seojin berusaha mencairkan suasana, ia tahu bahwa hati Gakyoung sedang tidak baik-baik saja setelah melihat foto yang diperlihatkan oleh Dokyoung.
Gakyoung mengabaikan perkataan ibunya dan memilih untuk menenangkan dirinya.
Kedua tangan gadis cantik itu mengepal erat diatas pangkuannya bersamaan dengan hatinya yang sekarang ingin menangis.
"Jadi Youngdo Oppa membohongi aku selama satu minggu ini dengan mengatakan bahwa dia pergi ke Geochang?" Gadis cantik itu menggigit bibir bawahnya kuat guna menahan isak tangisnya, "Tapi untuk apa dia membohongi aku"
Seojin melirik anak gadisnya sekali lagi sebelum menghidupkan mesin mobilnya, "Gakyoung-a, jangan dipikirkan perkataan kakakmu tadi ya. Mungkin Youngdo sudah pulang dari Geochang dan belum sempat mengabarimu." Ucapnya menenangkan Gakyoung.
Melihat Gakyoung yang tidak menimpali perkataan ibunya membuat Dokyoung berdecak sebal, "Pulang kemana Eomma, Youngdo tidak pergi kemana-kemana. Yang dia lakukan hanya berkencan dengan gadis-"
"Cukup"
Ucapan Dokyoung berhenti ketika ibunya sudah berkata dengan nada yang serius.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan pada adikmu, Dokyoung-a."
"Aku hanya ingin mengatakan jika Youngdo sudah membohongi Gakyoung tentang kepergiannya ke Geochang, Eomma."
"Ya tapi apa maksudmu dengan mengatakan bahwa Youngdo berkencan dengan gadis lain, apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Seojin, ia sangat mengenal anak lelakinya itu yang hampir tidak pernah bermain-main dengan perkatannya.
Jika Dokyoung mengatakan bahwa kekasih dari anak gadisnya itu telah berkencan dengan gadis lain, itu artinya Dokyoung mengetahui sesuatu yang harus Seojin ketahui.
Jika benar Youngdo berselingkuh dengan gadis lain dibelakang Gakyoung maka Seojin tidak akan tinggal diam, ia tidak mau anak gadisnya dipermainkan oleh lelaki yang ia kenal sangat baik itu.
"Karena aku penasaran, aku memutuskan untuk menunggu dan melihat apa saja yang dilakukan Youngdo selama didepan kafe itu, tak lama kemudian ada seorang gadis yang datang dan langsung memeluk Youngdo dengan mesra"
"Apa kau yakin?" lelaki itu menganggukkan kepalanya dengan mantap.
Seojin sedikit tidak percaya dengan apa yang Dokyoung katakan tentang Youngdo, selama ini Seojin selalu menilai Youngdo adalah lelaki yang baik dan mampu menyayangi anak gadisnya dengan tulus jadi ada rasa tidak percaya ketika mendengar bahwa Youngdo berkencan dengan gadis lain dibelakang anak gadisnya.
"Mungkin gadis itu adalah teman satu kampusnya" ucap Seojin, sepertinya wanita cantik itu masih berpikiran positif berbeda dengan Gakyoung yang sudah berpikiran negatif setelah mendengar bahwa kekasihnya berpelukan dengan gadis lain.
"Teman? Haha... Jika gadis itu temannya tidak mungkin mereka berpelukan semesra itu, Eomma." jelas Dokyoung.
Lelaki itu melirik sang ibu, "Eomma percaya padaku bukan, aku tidak mungkin berbohong."
Seojin menatap lurus anak lelakinya itu lalu membuang pandangannya kearah lain, "Entahlah, tapi dia benar-benar pergi ke Geochang bukan."
"Tidak Eomma, selama satu minggu ini aku melihat Youngdo berkeliaran disekitar apartemen yang dibelikan Appa untuk Gakyoung itu"
Entah kebetulan darimana namun apartemen milik Gakyoung sangat dekat dengan agensi tempat dimana Dokyoung mengembangkan bakatnya.
Lelaki itu melirik Gakyoung sekilas lalu menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menyangka jika Gakyoung dengan mudahnya menyuruh lelaki brengsek itu untuk tinggal di-"
"Aku tahu kau tidak suka dengan Youngdo Oppa, tapi jangan membicarakan yang tidak-tidak tentang dia. Youngdo Oppa tidak mungkin membohongi aku tentang kepergiannya ke Geochang apalagi sampai berkencan dengan gadis lain seperti apa yang kau katakan tadi." Gakyoung menatap punggung kakak lelakinya itu dengan tajam.
Dokyoung menoleh pada Gakyoung dan iris matanya langsung bertubrukan dengan sang adik yang tengah menatapnya tajam, "Aku tidak berbicara yang tidak-tidak tentang Youngdo, apa yang aku katakan ini benar, Gakyoung-a! Sadarlah!"
"Coba kau ajak dia untuk melakukan panggilan video, aku pastikan dia akan beralasan untuk tidak melakukannya." Tantang Dokyoung.
Jujur saja Dokyoung hanya tidak ingin Gakyoung percaya dengan omong kosong yang dilontarkan oleh Youngdo, ia memberi tantangan pada adik perempuannya itu untuk membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang Youngdo itu memang benar.
Diam-diam Gakyoung membenarkan perkataan kakak lelakinya yang mengatakan bahwa kekasihnya itu pasti tidak akan mau melakukan panggilan video dengannya.
Sebelum Dokyoung menyuruhnya untuk melakukan panggilan video dengan Youngdo, bahkan Gakyoung sudah beberapa kali meminta kekasihnya itu untuk melakukan panggilan video dengannya.
Namun Youngdo selalu menolaknya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal dan membuat Gakyoung sedikit mencurigai kekasihnya itu.
Yang bisa Gakyoung lakukan saat ini adalah menahan dirinya agar tidak menangis dan mencoba untuk berpikir positif tentang kekasihnya yang ternyata sudah membohongi dirinya selama satu minggu ini.
Gakyoung masih bisa berpikir jernih untuk tidak langsung mempercayai perkataan kakak lelakinya tentang kekasihnya itu, setidaknya Gakyoung harus menanyakannya langsung pada Youngdo agar dia tidak salah paham dan berkahir bertengkar, karena selama ini hubungan mereka selalu berjalan mulus dan mereka jarang sekali bertengkar.
"Kamu harus menanyakannya dulu pada Youngdo, sayang. Eomma tidak mau masalah ini akan membuat moodmu menjadi buruk. Lusa kita sudah mulai syuting acara reality show itu, Eomma harap ini tidak menjadi alasanmu untuk tidak syuting dengan semangat."
>
Mark berjalan menuju apartemen yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh Donghyuk melalui pesan.
Tidak lupa juga lelaki itu juga menenteng beberapa kantong plastik berisi makanan untuk teman-temannya itu.
"Wahh apertemen ini benar-benar mewah, apa Donghyuk tidak salah." ujarnya sambil menekan tombol untuk membuka lift yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai 3.
"Kenapa aku terbayang wajah Gakyoung tadi" Mark mulai tersenyum malu-malu ketika wajah cantik gadis yang baru saja dikenalnya tadi muncul dikepalanya, "Tapi kenapa dia sangat cantik." imbuhnya.
Lelaki itu mengacak rambutnya sesekali tersenyum-senyum sendiri, untung saja lift itu kosong dan hanya ada Mark seorang sendiri.
Entah apa yang akan Mark lakukan jika sampai orang lain melihatnya yang tersenyum-senyum sendiri seperti tadi.
Ting~
Mark berjalan keluar begitu pintu lift itu terbuka dengan lebar, lelaki itu mulai berjalan untuk mencari pintu bertuliskan angka 127 seperti yang dikatakan oleh Donghyuk melalui telpon tadi.
"Mereka pasti senang aku membawakan beberapa makanan ini untuk mereka" ujarnya sambil melihat plastik yang ditentengnya itu.
"119. 120..." begitu gumamnya selama diperjalanan menuju apartemen milik kakak lelaki dari sahabatnya itu "Ahh ini dia nomor 127" ucap Mark begitu sampai didepan pintu apartemen bertuliskan angka 127 itu.
Ditekan tombol yang terletak disamping pintu itu untuk memberi tahu siapa aja yang berada didalam apartemen itu akan kedatangannya.
Kepala Mark menoleh ke kanan dan ke kiri melihat lorong yang sepi itu sambil menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.
Mark bersiul pelan guna mengusir rasa takutnya setelah menyadari bahwa hanya ada dirinya yang ada disana, "Aihhh kenapa mereka tidak kunjung membukakan pintunya." gerutu Mark.
"Apa aku harus menekan tombolnya lagi, mungkin mereka tidak mendengarnya." pikirnya.
Belum sampai Mark melangsungkan niatnya untuk memencet bel seseorang sudah telebih dulu membuka pintu itu membuat Mark sontak memundurkan tubuhnya.
Ceklek
"Minhyun,Hyung." pundak Mark langsung dirangkul oleh Songji setelah pintu itu terbuka.
"Mark, panggil aku Mark saja."
Songji terdiam selama beberapa detik guna mencerna perkataan lelaki yang ada didepannya ini, "Jika aku memanggilmu seperti itu tidak akan terjadi apa-apa, Hyung?"
Mark terkekeh sambil menganggukkan kepalanya, "Lagipula kita sedang berada di Seoul jadi sah-sah saja kalau kau ingin memanggil aku dengan nama Mark."
"Ahh baiklah-baiklah, Mark hyung." kedua lelaki itu tersenyum.
"Kalian sudah sampai sedari tadi?" tanya Mark pada Songji.
"Ani (Tidak), kita baru sampai ehmmm" lelaki yang memiliki wajah seperti anak kecil itu menekan-nekan dagu dengan jari telunjuknya, "Sekitar setengah jam yang lalu." imbuhnya.
Mark mengangguk paham, "Lalu dimana yang lain?"
Songji mendekatkan bibirnya pada telinga Mark, "Mereka semua ada didalam dan apa kau tahu, mereka sedang mengintrogasi Youngdo hyung."