"Kamu sudah siap, Ay?" tanya Aksa via teleponnya.
"Ya. Mau nggak mau mesti siap, bukan?"
"Ya. Sejak kapan siap ndak siap mengenal persetujuan mau atau tidak?" kelakar Aksa.
"Apaan sih!"
"Oh ya, sudah ijin Ibu belum?"
"Sudah. Besok aku jemput kamu, skalian antar Oki dulu."
"Ouh... Oki nginep?"
"Yah. Biar deket sama Ibu juga."
"Ok. Nikmati waktunya. See you."
"See u too my orange."
Ibunya Aksa memanggilnya. Bersamaan Aksa yang menutup panggilan ponselnya.
"Aksa? Sini, Nak. Makan dulu."
"Iya, Bu."
"Oki sudah nungguin, nih. Kasian."
"Makan, Ki."
Oki tersenyum kecil. Menenangkan suasana, Aksa mulai memancing cerita.
"Bu, Ibu tahu ndak? Ibu Oki ini baik banget lo. Beliau juga rajin merawat tanaman. Banyak bunga di rumahnya tumbuh subur."
"Oh ya? Pasti perempuan yang sangat lembut."
"Ibu bisa saja," ucap Oki singkat.
"Benar. Ibu ndak kepengin ikut merawat bunga juga? Kayaknya bagus tuh. Biar gak berkutat dengan investigasi terus," ledek Aksa.