Setelah peperangan berakhir, pemerintah memulihkan lagi dengan perlahan segala aspek dan sektor penting dalam kelangsungan suatu Negeri, petugas paramedis juga masih berbenah dan melanjutkan untuk menyelesaikan sisa tugasnya agar bisa segera pulang dan kembali ke rumahnya masing-masing. Neira masih setia merawat Bara dengan penuh ketulusan dibantu dengan rekan-rekan medis lainnya, tak luput dokter Vigian juga turut memperhatikannya. Bagaimanapun Bara adalah pemuda yang berjasa pada Negaranya.
Para perawat pria bertugas mengelap badan Bara agar tetap terjaga kebersihannya.
dan mengganti pakaiannya itu dengan pakaian pasien yang hanya model "blusukan" biar gampang memakai dan mencopotnya.
Neira sangat mengharapkan setiap harinya lelaki itu bisa segera terbangun dan memberi dirinya senyuman, Neira merindukan kebersamaan mereka, hangatnya dekapan Bara dan lembutnya ciuman Bara kepadanya, meskipun bukan first kissing bagi Neira, tapi ciuman itu adalah yang paling berkesan baginya, sesekali dia menyeka air matanya. Mengingat Bara membuatnya menangis karena melihat tubuhnya yang sekarang sedang tak berdaya, setiap saat secara berkala ia akan memeriksa detak jantung dan denyut nadi lelaki itu.
Setiap kali melihat wajah Bara, ingin sekali Neira menciumnya, namun takkan mungkin karena semua orang akan melihatnya. Ia hanya memendam rindu dan hanya memendam rasa sakitnya sendirian.
Hanya Naya yang selalu memberi support kepada dirinya agar tetap tegar demi kesembuhan Bara juga.
Saat tengah hari yang terasa panas menyengat, Neira yang memang biasanya duduk di kursi disamping Bara karena setia menjaganya itu, terserang kantuk yang luar biasa, dia memegang tangan lelaki itu selalu dan mulai menguap-nguap sambil memandangi wajah pangeran itu terus.
Tak lama, ia tak sadar juga dan akhirnya dirinya ketiduran, sebagian petugas yang lain bersih-bersih dan beres-beres lokasi sekitar karena sebagian ingin meninggalkan base camp dan kembali pulang bagi yang masih ada rumah atau keluarga, dan sebagian lain di dalam base camp seperti Neira, ada yang sekedar mengobrol, ada yang beristirahat santai, ada yang tidur juga.
Tidak ada berapa menit tiba-tiba base camp digemparkan suara teriakan salah seorang perawat yang melihat tubuh Bara itu tiba-tiba memudar seperti berupa bayangan yang awalnya masih terlihat nyata, namun semakin lama semakin menghilang dari pandangannya dan dari tempat tidurnya, tangan Neira yang sedari tadi memegang tangan lelaki itu pun tak merasakan kalau tangan Bara telah luput dari genggamannya, bahkan tubuh lelaki itu lenyap tak bersisa.
"WOOOO ... TUBUH PAHLAWAN ITU MENGHILANG!!!!!" teriaknya.
"Iya aku juga lihat dia menghilang seperti asap dengan cepat"
"waaah kemana perginya???!!"
Semua kegaduhan yang ditimbulkan membuat Neira terbangun meskipun dengan mata berat, ia masih belum sadar kalau lelaki yang di hadapannya telah lenyap, dia malah menoleh kebelakang mencari tahu ada apa kok berisik sekali?
sampai ia dengar ada yang mengatakan.
"Sang hero menghilang Suster"
Neira kebingungan tak percaya, dia menoleh ke arah bed pasien dan selang infus yang tergeletak, keringat dingin mengucur di dahi dan lehernya, dia meraba-raba bed pasien dan mencari ke atas atau bawah lantai untuk mencari sosok itu.
"Dia pergi?, kemana??"
"dia tidak pergi, tapi dia menghilang, tadi dia masih berbaring saat kau jaga Suster, tapi tiba-tiba sekujur tubuhnya semakin menghilang, menjadi bayangan yang transparan dan lenyap seketika. Aku melihatnya sendiri bersama perawat Ary" Tukasnya menjelaskan.
Detak jantung Neira terasa berhenti berdetak, dia seperti orang yang sekarang sedang terjun ke jurang, syok dan berdebar-debar merasa sangat kehilangan. Air matanya lagi-lagi meluruh membasahi pipinya. Dia menggebrak-gebrak meja pasien itu, seakan tak percaya, belum lagi ada satu minggu, kenapa Bara menjadi lenyap. Dia tidak pernah menceritakan ini sebelumnya? Apa yang sedang terjadi? serasa tertimpa reruntuhan dirinya meraung-raung membuang rasa malunya karena merasa begitu kehilangan sang pangeran itu.
"HEROOOOOOOOOO!!!" suaranya yang melengking memekikkan telinga. Tangisannya meledak meronta-ronta seperti orang yang tengah kehilangan akal, membuat semuanya terkaget dan tergopoh-gopoh mendatanginya.
"Ada apa?!"
"Ada apa ya?!" semuanya masuk base camp dan bertanya-tanya ada apa dengan rekan sejawatnya itu. Hanya Naya yang berani mendekat ke arah Neira,
"Ka ... kamu kenapa Nei?" tanya Naya berat melihat sahabatnya meraung-raung seperti kesetanan
"Hero menghilang Naya .. hiks hiks hiks, dia lenyap seperti asap yang tersapu angin, dia takkan mungkin kembali lagi kesini, aku akan hancur Nay, aku tak akan sanggup ditinggalkan dirinya. Apa yang terjadi ini?" Neira membenamkan wajahnya di bed pasien itu dan menumpahkan rasa sedih dan rasa kehilangannya.
Semua kembali melanjutkan aktivitasnya lagi. Naya lah yang selalu mendampingi Neira untuk menguatkan hatinya. Apalagi yang bisa ia lakukan? tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain ini.
******
Genap satu bulan sepuluh hari sudah sang putra mahkota menghilang meninggalkan kerajaan Proksia, Ibunda Ratu semakin terlihat kurus dan matanya membentuk cekungan hitam karena tiada hari tanpa tangisan merindukan Putra pertamanya itu.
Berhari-hari dengan bantuan kerajaan lain, mengadakan ritual besar-besaran mengitari batu ajaib ini, Seluruh orang sakti dan para penyihir hebat telah mengadakan pertemuan dan diskusi panjang untuk menarik kembali sang pangeran ke dimensinya sendiri. Mereka (penyihir dan orang sakti) telah yakin bahwa dalam 40 hari Pangeran Bara akan kembali ke kerajaan Proksia dengan cara batu ajaib ini harus disatukan kembali oleh para orang sakti ini. Mereka semua telah sepakat mendapat mimpi dari Sang Dewa. Karena itu batu ajaib ini telah disatukan menggunakan putih telur, lalu dilakukan ritual khusus.
Semua anggota kerajaan hari ini datang untuk menantikan Pangeran Bara yang dikabarkan kembali kesini melalui batu ini lagi, bahkan rakyat juga Beberapa keluarga kerajaan Batuyata juga hadir, seperti sang Raja, pengawal, panglima dan tak lupa Sang Putri Metania yang teramat sangat merindukan calon suaminya itu.
Tetiba ada Cahaya yang menyilaukan mata mencuat hebat dan melebar menggelegar menebarkan cahaya putih itu dari dalam batu, membuat semua mata mengeryip-ngeryip sambil mengintip karena silaunya.
Bara ... Pangeran Bara tiba-tiba sudah tergeletak di samping batu itu, tergeletak tak sadarkan diri, Beratus pasang mata yang berada disitu memandang dengan takjub dan kebahagiaan yang hakiki dengan kembalinya sang Putra Mahkota yang di cintai ini.
Orang yang pertama kali berlari mendekati Bara dan memeluknya adalah Sang Ibunda Ratu, dia membangkitkan putranya itu agar punggungnya sedikit terangkat, ia belai dan cium kening putranya seakan mencium putra kecilnya. Saking bahagia dan terharunya rasa kehilangan berubah menjadi pertemuan. Lalu menyusul Sang Raja yang menghampiri keduanya. Tak lupa calon istrinya berlari dengan menangis pun mendekat dan langsung duduk di sebelah Ibunda Bara. Lalu Pamannya juga menyusulnya. Ingin tahu keadaan keponakannya.
"Dia kenapa?!" tanya sang Raja kepada semua penyihir dan orang-orang saktinya.
"Dia sepertinya kehabisan tenaga Yang Mulia." Jawab pimpinan anggota mereka
"Apa yang harus kita lakukan untuk membangunkannya." Tanya Sang Raja.