Chereads / Proses Delete / Chapter 12 - Persiapan kedua

Chapter 12 - Persiapan kedua

Hai .. karena uda dapat 10.000 kata, 11.500-an lebih malah, sesuai aturan kontes. harusnya sudah cukup 10.000 kata Tamat, tapi karena kisah ini belum selesai aku akan lanjutkan sampai tamat ya. hehee

Aku mau beri tahu sesuatu sebentar saja sambil menyapa readers tercinta.

Kalau ini memang karya bergenre Fantasi perdana aku, jadi awalnya aku agak bingung cari nama pemeran dan nama Negara dan daerah. harus sesuai kenyataan atau boleh imanjinasi? akhirnya aku putuskan imajinasi, karena kalau negara asli yang sedang perang dunia III, jadi takut kayak doa jadi kenyataan gitu. hehee

untuk nama kebanyakan saya ambil dari indonesia yang saya singkat saja.

* Raja August-17; ya artinya 17 Agustus tgl kemerdekaan kita. Kalau August-18 karena adiknya ya hanya ganti no. urut saja.

*Ratu Tanesia; panjangnya cinTa IndoNESIA

*Pangeran Hikabara; si Hikayat PengemBara.

Bara memiliki banyak arti dan manfaat seperti karakter pemeran lelaki di dalam cerita ini

Batu bara banyak kegunaannya

Bara Api juga banyak kegunaannya. Bara Api juga bisa membahayakan bagi siapa saja yang tidak hati-hati. jadi pas dengan karakter sang Pangeran yang kadang lembut dan kadang tegas membahayakan.

kalau adik-adiknya cuma pengembangan saja.

Mela dan Mawa adalah Melati dan Mawar.

*Negeri Proksia; Proklamasi negara Indonesia

*Putri Metania; Mencintai Indonesia.

*Neira; Indonesia Raya (cocoklogi saja)

nah nama-nama pemeran lain, semunculnya saja di otak pas menulis ..hehee

nantikan terus ya up chapternya sampai Tamat.

jangan lupa saran dan kritik tetap saya harapkan.

PERSIAPAN SERANGAN KEDUA

Neira merasa Bara terlalu lama bersemedi dari sore sampai pagi, belum melihatnya kembali sama sekali, dia berinisiatif untuk menengoknya, ia berpamitan kepada Naya untuk melihat Bara sebentar karena sudah dua belas jam dia disana sendirian. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Ia hanya ingin memastikan lelaki itu baik-baik saja.

Neira berjalan mendekati dimana Bara bermeditasi. dia berjalan dengan perlahan agar tidak mengagetkan lelaki itu. Benar saja ia melihatnya masih dalam posisi bermeditasi, dan Neira sangat sedih karena makanan dan minuman yang ia titipkan pada rekannya kemarin, sama sekali tidak disentuh karena tampak masih utuh seperti pertama ia ambilkan.

"Hero ... maaf aku lancang kesini, kamu kemarin lupa bilang kepadaku, berapa lama kamu bermeditasi? jadi aku bingung harus bantu apa untuk memulihkan tenagamu, kamu juga tidak makan atau minum" Tampak Bara tidak bergerak sama sekali seakan tak mendengar apa-apa. Neira merasa tak digubris lelaki itu.

"Apa aku mengganggumu? apa kau tak suka aku kesini? oke aku akan pergi" jawabnya sambil berusaha meninggalkan dirinya.

"Apa kau menyukai dia?" Akhirnya terdengar pula jawaban dari bibir pria itu. Pertanyaan aneh itu menghentikan langkah Neira. sungguh jawaban dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Neira tadi.

"Menyukai apa? siapa maksudmu?" Neira yang tadinya melangkah kini menghentikan langkahnya dan berbalik arah.

"Dokter itu" tuduh Bara,

"dokter Vigian? aku tak ada perasaan apa-apa kepadanya, kami hanya sebatas senior dan junior, dia adalah kepala dari Team medis kami." Neira menjelaskan.

Bara pun membuka matanya dan segera bangun dari posisi meditasinya itu. Ia segera mendekat ke arah Neira. Gadis itu hanya terdiam menunggu apa yang akan dijelaskan oleh Bara kepadanya. Dia berhadapan dengan Neira dan menatapnya.

"Aku tidak suka melihatmu terlalu dekat dengannya, maka dari itu aku ingin mencari ketenangan disini," Bara masih menatap Neira dengan tajam, kedua tangannya menyentuh kedua tangan Neira, dia meremas jemari kedua tangan Neira yang lentik itu. Seperti seorang yang merajuk.

"Kau jangan terlalu dekat dengannya, selain urusan pasien, karena aku tidak suka melihat itu" Ucapnya dengan terang-terangan membuat Neira tak bisa berkata apa-apa, dia hanya melongo dan bingung hendak mengatakan apa, dia sangat kaget dengan apa yang ia dengar itu. Apa maksud dia? aku kan bukan siapa-siapanya?.

"Sudah, jangan melongo saja, aku sudah sangat lapar dari kemarin aku tak makan dan minum" imbuhnya sambil menuju tumpukan makanan itu.

Memangnya siapa yang suruh kamu tak makan dan minum? aku sudah sediakan disini. Neira kesal sendiri dalam bathinnya.

Bara segera mengajak Neira ke tempat dimana ada makanan dan minuman yang telah diletakkan rekan Neira kemarin sore.

Bara segera memakan yang ada, seperti orang yang sudah sekian hari tak makan, ia makan dengan lahapnya. Kemudian dia memberikan sebagian makanan itu untuk Neira.

"Makanlah bersamaku, aku akan lebih merasa nyaman jika kau temani" pintanya sambil tersenyum.

"Hadeeeeh .. dari kemarin wajahnya kecut, sekarang ngapain senyum-senyum sendiri" bisik hati Neira merasa kesal juga. Neira masih memandang aneh dengan tingkah dan sikap lelaki itu. Sama sekali tak merasa bersalah atas apa yang menyebabkan Neira terbebani sejak kemarin. Coba kalau Neira tak menyusulnya kesini, pasti Bara tetap bersemedi di tanah lapang ini.

Saat mereka berdua kembali ke base camp, telah menunggu Naya di halaman depan. Dia menatap dengan penuh kecemasan dan kebingungan seraya mondar mandir.

"Pangeran, Suster Nei, ada kabar buruk. Baru saja kami dapat kabar dari pusat, yang disampaikan oleh dokter Vigian kalau Negara blok Adidaya itu akan melakukan serangan ke negara kita lagi. Mereka curiga dengan desas desus yang beredar bahwa kota kita mempunyai penyihir yang membahayakan, apa itu berita tentang Pangeranmu ini? bagaimana bisa sampai ke mereka ya? katanya, pangeran menyerangnya dengan badai sebelum fajar? bagaimana mereka tahu?" Naya menjelaskan sambil berkeringat segar.

"Sungguh suster Naya? Apa lagi yang akan terjadi pada negara kita ini? apa yang mereka inginkan? bukankah negeri kita sudah luluh lantah? Aku tidak mau melihat kepedihan korban perang berjatuhan lagi yang lebih dari ini, semua ... tiga tahun ini cukup sudah sangat menderita"

"Kapan mereka akan menyerang kesini Suster Naya?" Bara ikut menanyakan.

"Menurut informasi sih pekan depan, pasukan militer pemerintah kita juga akan dikerahkan ke sini nanti, tapi aku yakin jumlah dan senjata tak akan memadahi dengan apa yang di punyai musuh, kita hanya memiliki sisa" Sesal suter Naya.

"Apa kau bisa membantu kami Pangeran?" tanya suster Naya kepada Bara.

"Aku akan berusaha mencobanya, aku juga belum pernah menghadapi peperangan, tapi aku akan coba" Balas pemuda itu meyakinkan.

"Hero, katakan apa yang harus kami siapkan untukmu menghadapi mereka?"

"Tidak ada, aku akan giat berlatih saja dan tentu kebutuhan untuk tenaga dan staminaku yang harus dijaga, karena aku sendiri tidak tahu" jawabnya.

"Oke, kami akan berikan yang terbaik untukmu, maafkan kami telah banyak merepotkanmu" ucap suster Neira sambil berkaca-kaca.

"Tidak, aku senang membantu yang lemah" Bara memberikan senyumannya.