Chereads / Proses Delete / Chapter 8 - Angin Sepoi-sepoi

Chapter 8 - Angin Sepoi-sepoi

Dari kejauhan lama kelamaan semakin dekat sesosok pria yang dia panggil Hero itu. Neira tersenyum bahagia dengan pemandangan yang ia lihat. Ia tak percaya dan seperti mimpi. Semua ini terjadi.

Neira berlari menghampiri lelaki itu saking senangnya. Ingin segera menanyakan sesuatu.

"Apa itu tadi kekuatanmu? siapa yang membantumu? apa kau punya jin?" Cecar Neira terheran-heran.

"Apa itu jin? ini kelebihanku dari kecil, tapi jujur saja, aku belum pernah mengeluarkan sedahsyat ini," Bara pun juga agak kaget dengan kekuatannya hingga mengeluarkan pusaran angin yang setinggi itu, ia merasa selama ini tak pernah berupa seperti tadi, dia menceritakan kepada Neira bahwa selama ini negerinya sangat aman dan damai jadi kekuatan itu tidak pernah ia gunakan.

Kecuali hanya latihan-latihan kecil, tapi ia teringat pamannya pernah mengatakan jika kekuatan yang keluar besar maka tubuh seseorang itu akan segera melemah dan membutuhkan waktu tidur minimal sepuluh jam, tergantung seberapa besar kekuatan itu keluar.

"Nei, apa ada bahan makanan didalam? aku sangat lapar"

"Ada, sepertinya ada"

"Aku mau makan dulu sebelum aku tertidur sepuluh jam"

"tidur sepuluh jam?"

"Iya, kekuatan terkuras dan aku akan tertidur sepuluh jam untuk memulihkannya. Itupun beberapa hari kemudian aku tak bisa menggunakannya lagi. Aku harus menunggu beberapa hari, harus meditasi juga"

"Waaah begitu berat ya tebusannya. Maafkan kami tak bisa membalas apa-apa, keadaan kami sedang kekurangan" Ucap Neira sedih.

"Itu masih tahap wajar, pamanku bilang kalau kekuatan paling besar yang kita punya telah keluar, maka butuh tidur 10 hari, 10 minggu atau 10 bulan, tergantung kekuatan itu, bahkan bisa tertidur sampai 10 tahun"

"Apa?! tertidur 10 tahun?"

"iya, Maksimal 10 tahun"

Neira makin keheranan mendengar hal yang paling tak masuk akal ini.

Bara menjelaskan lagi bahwa di zamannya berbeda dengan yang lain, orang tak akan bertambah tua setelah ia berumur 20 tahun, maka dari itu umur segitu harus menikah agar umur bisa bertambah dengan kelahiran anak, kelahiran anak satu akan menambah umur menjadi 10 tahun, memiliki anak ke-dua akan bertambah 10 tahun lagi. Neira nampak bingung dan sulit mencerna kata-kata penjelasan Bara itu.

Akhirnya ia memberi contoh, bahwa Ayah dan Ibunya (Raja dan Ratu) menikah juga pada usia 20 tahun, ketika memiliki anak yaitu dirinya, orang tua Bara menjadi berusia 30 tahun, lalu lahirlah adik lelakinya maka akan berumur 40 tahun. Berhubung menambah dua anak lagi (adik-adik perempuannya) maka usia orang tuanya sekarang adalah masing-masing 60 tahun. Yang lebih mengejutkan lagi, selir-selir Ayahnya yang memang dilarang memiliki anak, tetap akan berada pada usia 20 tahun sama seperti saat mereka dinikahi Ayah, karena tidak ada pertambahan umur dan tidak ada kelahiran dari rahim mereka.

"Itu, artinya Ibumu harus dimadu dengan gadis-gadis muda yang seusiaku? sedangkan dirinya semakin menua karena melahirkan kalian?, sungguh hebat Ibundamu itu, beliau bersaing dengan gadis-gadis muda selir Ayahmu yang tampaknya muda meskipun harusnya sudah seusianya. Ratu rela menua demi melahirkanmu dan saudaramu?" Neira lagi-lagi menitikkan air mata, terharu dan sedih memikirkan perasaan Sang Ratu, meskipun berbeda zaman, pasti perasaan seorang perempuan akan sama tak beda jauh, ada rasa cemburu dan sedih.

"Iya, maka dari itu kami semua sangat menyayangi Ibu. Kami semua rela mengorbankan diri hanya untuk kebahagiaannya"

Bara mengusap air mata Neira, dia tak ingin membuatnya menangis dengan kisah Ibundanya. Bara meletakkan kedua tangannya di bahu Neira, keduanya saling bertatapan mata, entah sinyal apa yang berusaha mereka sampaikan kepada satu sama lain. Hening sejenak hanya hati yang saling menyelami hati.

"Nei ..., Aku ... aku sudah sangat lapar Nei, bisa kamu ambilkan aku makanan?" Ucapnya sambil tersenyum.

"Eh ... em .. Maafkan aku, aku hanya terharu dengan pengorbanan Ibumu, dia pasti wanita yang luar biasa, maafkan kami tak bisa membalasmu apa-apa" Ucap Neira

"Tak apa, aku juga lihat sendiri keadaan Negaramu, yang penting aku harus makan sekarang sebelum mataku ini tak bisa melek lagi"

"Oke, aku segera kembali" Neira segera berlari ke dalam untuk mencari bahan makanan yang ada, dia teringat madu dari Naya tadi, ada juga roti kebetulan kiriman dari Pemerintah, Serta membawa minum untuknya juga. Ia segera keluar sambil berlari. Ia takut terlambat menolong Bara. Ia serahkan semuanya untuk lelaki itu. Mereka berdua duduk-duduk di tanah sambil menikmati hidangan yang ada.

"Waah ada roti?"

"Iya, pemerintah tumben bisa kirim ke kami, bantuan dari negara Asia katanya."

"Andai aku tahu cara kembali, akan kukerahkan seluruh rakyatku, prajurit dan para ksatria kerajaan untuk hadir disini membantu kita, aku bahkan bisa ajak Ayahku, Raja dengan kekuatan petir dan Pamanku sangat hebat. Dia panglima kerajaan kesayangan Ayah, Paman sendiri mampu mengendalikan pasir dan tanah. Jadi kalau digabungkan kita bertiga. Peperangan ini pasti berakhir, lalu aku bisa kirim makanan dan bantuan yang melimpah untuk Negara ini."

"Kalau kau tak tahu cara kembali ke negerimu, kau akan tersesat disini? bagaimana kalau kamu tak bisa kembali pulang lagi?, kau akan tinggal jadi rakyat disini?"

"Aku juga tak tahu, ya kita lihat saja nanti"

"Hero ... terima kasih ya? sejak kamu disini semuanya menjadi lebih baik, bahkan kamu menyerang mereka demi kami"

"Aku hanya merasa harus melakukan yang bisa aku lakukan, aku tak suka penindasan.

Selama ini aku tak pernah melihat air mata penindasan di negeriku. Aku sangat sedih ketika melihatmu pertama kali menangis, kamu menangis bukan untuk dirimu tetapi menangisi orang lain yang terluka parah itu. Sama sepertimu, kamu juga melakukan apa yang bisa kamu lakukan kan?"

"Nanti akan aku ceritakan semua kepada yang lain, agar mereka ikut bahagia"

"Aku suka melihat kamu bisa tersenyum, juga yang lainnya"

"Terima kasih ya Hero"

"untuk apa lagi?"

"banyak membuat aku tersenyum"

"Tidak, akulah yang harus berterima kasih padamu"

"Hah?! untuk apa?"

"kamu juga membuat aku banyak tersenyum"

Tak selang berapa lama tampak Bara mulai menguap dan mengusap-usap matanya. Sepertinya ia mulai dilanda rasa lelah dan keadaan yang paling rendah. Seperti yang ia jelaskan tadi, ia akan tidur untuk memulihkan tenaganya.

"Aku harus masuk dan beristirahat, kamu jangan kaget kalau tak dapat membangunkan aku nanti seperti orang mati yang bernafas, kalau tenagaku sudah pulih, aku akan bangun sendiri" Pamit Bara kepadanya sambil meraih tangan Neira, dan mengajak gadis itu masuk ke base camp, karena waktu sudah akan fajar menunggu. Hati Neira menjadi berbunga-bunga seketika merasakan sentuhan Bara di jemarinya, dia digandeng lelaki itu memasuki base camp. Dia merasa jantungnya bergetaran tak beraturan, hingga telinganya mendengar sendiri detakan dari jantungnya itu saking kencangnya. Lelaki itu berbaring dengan perlahan sambil mengatakan. "Selamat tidur Nei, sampai bertemu lagi setelah 10 jam ya?" Ucapnya tersenyum. Neira pun membalasnya dengan senyuman dan ia juga segera memejamkan mata untuk menyusul Bara tidur.