Chereads / Proses Delete / Chapter 9 - Penjelasan

Chapter 9 - Penjelasan

Neira terbangun tidak ada satu jam dari tidurnya, dia langsung membuktikan kata Bara tadi, apa iya dia tidur bagai orang mati?, diam-diam dia berjalan mendekat ke arah Bara yang tertidur pulas itu. Dia mencoba memegang lengan pria itu dan dia goyang-goyangkan untuk mencoba membangunkan. lalu ia ganti memegang kakinya pun berusaha membangunkan. Benar saja! ia tak bergeming, masih saja pulas. Neira berinisiatif untuk memberinya cairan infus dengan harapan agar bisa menambah stamina Pria luar biasa ini.

"Benar-benar pingsan ini namanya, bukan tidur. masak aku tusukkan jarum pada tangannya dia sama sekali enggak terasa?" Kata hati Neira.

"Kenapa dia Suster Nei?" dokter Vigian tiba-tiba berdiri dibelakang dia. Membuat Neira lumayan kaget.

"Eh, dok ... dia pingsan dok, dia sejak semalam berlatih pedang dan menjelang pagi dia menggunakan kekuatannya untuk mengirim angin ke Camp musuh dok, sekarang dia melemah" sahut Neira

"Apa benar yang kamu katakan? karena itu terdengar konyol" Cerocos dokter sambil tertawa-tawa tengil. Neira langsung berbalik arah dan berhadapan dengannya. Seakan mau marah kepadanya..

"Dok, jangan bicara begitu, dokter enggak tahu bagaiman beratnya dia menyelamatkan negara kita sendirian dok, aku melihat sendiri sampai selesai, dia langsung lemah setelah menggunakan kekuatannya demi kita" Neira tak terima kalau hal yang sangat berharga yang dilakukan oleh pangeran itu di remehkan orang lain. Apalagi berhubungan dengan negaranya.

"Kalau dokter tak percaya, sekarang coba dokter hubungi siapa yang biasa pengiriman logistic, bahan pangan dan alat kebutuhan medis hari ini juga untuk dilakukan besar-besaran. Penjagaan tidak ketat karena mereka sibuk membenahi camp mereka dan mungkin mengobati beberapa juga yang luka orang-orang mereka. Camp musuh sedang porak poranda hari ini. Ayo dok telefon sekarang juga di hadapanku. buat stok beberapa hari ke depan dok, enggak ada waktu lagi" Tantang Neira kepada dokter Vigian.

"Oke, aku akan coba hubungi pusat, apa iya benar informasi yang kamu dapat itu"

"Benar dok, aku menyaksikan sendiri" ia terus meyakinkan pria itu.

.

Saat menelefon pihak-pihak yang terkait didepan Neira, dokter Vigian awalnya menunjukkan ekspresi biasa dan tak percaya, tapi dalam hitungan detik, ekspresi itu berubah drastis, dia seperti orang yang terkaget dengan balasan orang yang ia hubungi itu. Entah apa yang dikatakan dari sana, tapi ekspresi keheranan itu ada di wajah dokter. Dia mendekat kepada Neira setelah berhasil tersambung dengan beberapa orang.

"Suster Nei, kamu benar, semua bantuan logistic kita telah diloloskan hari ini, penjagaan sedang kosong, dan biasanya semua kiriman itu mereka tahan bahkan disita sampai busuk daripada dikirim buat kita, apa yang dilakukan pria itu?" pertanyaan penuh tanda tanya ia lontarkan.

"Seperti yang sudah saya sampaikan dok. Begitulah adanya kejadian tadi pagi, lihat saja hari ini, korban berjatuhan ada atau tidak? iya kan? ... tapi aku takut dok, mereka makin marah kepada kita dan menyusun rencana yang lebih tragis lagi, lalu apa ya yang akan kita lakukan?" kata suster Neira seraya ketakutan.

"Ya kita harus suruh dia atasi lagi? siapa lagi yang bisa melawan mereka? militer kita saja sudah menyerah?" Ujar dokter itu.

"tapi ... dia istirahat sepuluh jam dok, nanti dia siuman sendiri. Kata dia kalau menggunakan kekuatannya akan membuat tubuhnya melemah dan dalam beberapa hari dia masih belum bisa memakai kekuatannya lagi, semoga kalaupun mereka balas dendam tidak dalam minggu ini" imbuhnnya dengan diliputi rasa kekhawatiran.

"Suster, kamu tahu banyak tentang dia ya?"

"kami sudah berbicara panjang dok, dia juga bercerita semuanya dengan jelas" Suster Neira sambil memandangi terus tubuh yang tergolek tak berdaya itu.

"Kepadamu saja kan? yang lain tidak ada yang ia ajak bicara?" Neira mengangguk mengiyakan. Karena memang dia rasa hanya kepada dirinya Bara bercerita panjang lebar.

"Ooh ya sudah, aku akan memberi kabar pihak lain agar menyiapkan yang perlu disiapkan, mumpung perang masih gencatan sementara, jadi mungkin korban tidak banyak, dan malah bisa saja tidak ada korban berjatuhan hari ini. ya, walau bagaimanapun kita patut berterima kasih padanya" dokter Vigian sambil pergi meninggalkan Neira.

Naya datang sambil membawa kompres untuk diletakkan di kepala Pangeran itu. Dia berdiri disamping Neira dan memberikan kompres kepada Neira agar dia yang menaruhnya sendiri di kening Bara.

"Pakaikan ke dia, mungkin sedikit membantu, suhu tubuhnya sedikit hangat. bisa jadi dia pusing" Neira mengangguk dan memakaikan itu kepadanya.

"Aku sudah mendengar semuanya tadi, saat kamu bicara dengan dokter Vigian, Pangeranmu ini sehebat itu ya?" Goda Naya lagi sambil mentowel pipi Neira.

"Suster Naya, dia bukan pangeranku, ayolah ...dia orang asing, berhentilah meledek aku dan dia, aku sangat malu sust" Pinta Neira memelas.

"Kenapa? aku malah suka kalau kamu jadian sama dia, Negeri kita akan aman. Dia pasti akan melakukan segala cara untuk Negara kita, juga untuk kamu suster Nei, jadi kita semua akan merasa terlindungi." Papar suster Naya.

"Jangan berkhayal yang tidak-tidak, dia Pangeran! sedang aku hanya orang biasa yang berprofesi sebagai perawat saja. sangat jomplang dan tidak mungkin!" balas Neira membalas Naya.

"Aku bersumpah, kamu dan dia akan terus aku comblangin. Niatku baik kok demi membela negara tercinta kita ini, sebab aku lihat tak ada cara lagi, hanya dia yang bisa menyelamatkan kita dari peperangan ini, dia harus terikat denganmu, jika tidak! tak ada lagi yang bisa membantu negara ini" Sumpah serapah Naya terucap penuh obsesi.

"Coba sini, sini! lihatlah suster Nei, saat dia tidur" dia menarik tangan Neira dan mengajak lebih mendekat kepada Bara "humm .. dia sangat tampan kan? kulitnya putih dan bersih, hidungnya mancung, tubuh yang kekar dan pasti kuat, wajahnya itu oriental banget, pasti dia mewarisi garis wajah Ibunya, Ibunya pasti memiliki paras yang cantik, tuh bibirnya saja merah dan tipis kan?" Neira seketika mulai terdiam dan mencerna penjelasan Naya kepadanya tentang sang pangeran ini, dia menatapnya dengan penuh arti.

"Bayangkan kalau bibir itu mencium bibirmu .. ehmm ... merinding deh pasti rasanya Hahaa" Naya makin keterlaluan menggoda Neira yang sedang menatap Bara itu, membuat Neira melotot dan marah-marah!, dia pukul punggung Naya dan mengejarnya, sesekali ia menjambak rambut Naya.

"Auw! ampun sayangkuuu ... iih aku benar kan? kalau aku jadi kamu. Enggak usah pikir panjang, embat aja langsung. Hahaa" mereka terus berkejar-kejaran sambil terbahak-bahak.

"Awas kamu ya! jangan kurang ajar! nanti kalau dia sudah bangun jaga bicaramu memalukan, aku hajar kamu ya!." Semua menyaksikan adegan kejar-kejaran kedua suster ini, tak luput juga dari pandangan siapa saja yang ada di sekitar situ. Bahkan ikut tertawa-tawa lucu, ya ... beginilah sejak kehadiran Sang pangeran tampan itu, Bara ... tak terasa, sedikit demi sedikit menaburkan keceriaan, tawa dan canda sudah mulai ada, sedangkan derita dan tangis sudah mulai terkikis.