Chereads / 5 Flower Girls (Fahira) / Chapter 14 - 14. Kematian

Chapter 14 - 14. Kematian

Apakah ini akhir dari misinya, di Kalimantan dia akan berakhir dengan sangat tidak memuaskan. "Hentikan tatapan itu Flower 5! Kita akan kembali bersama!" teriak Zetta.

"Siapa gadis itu?!" tanya pria yang akan menghunuskan pisaunya pada leher Violetta.

Violetta diam seribu bahasa, dia tidak ingin mengatakan apa-apa tentang Zetta. Sudah dari awal mereka masuk dalam dunia agen rahasia, berjanji untuk tidak mengatakan yang sebenarnya meski nyawa jadi taruhannya.

Pisau lipat itu kembali melukai tubuh Violetta tetapi dia tetap tidak mengatakan apa-apa. Zetta pun sudah tahu semua ini, dia hanya bisa melihat temannya dalam bahaya bahkan bisa kehilangan nyawanya.

"Baiklah kalau itu maumu! Akan aku habisi kau saat ini juga!" Pria itu berkata dengan nada marah karena sudah kesal dengan sikap diamnya Violetta. Tangannya mulai diangkat ke atas untuk menusukkan pisaunya tepat di atas tengkorak kepalanya.

Zetta dan Rosmalia sudah tidak tahan lagi, mereka menutup kedua mata seraya tidak ingin melihat kematian sahabat yang selama ini selalu melindunginya. Pisau itu perlahan mulai diayunkan ke bawah, sedikit lagi mengenai kepala Violetta.

Whussss!

Aaaaaaaaa! Terdengar suara erangan kesakitan tetapi itu bukan suara Violetta, dengan cepat Zetta dan Rosmalia membuka kedua matanya. Yang dilihatnya adalah sebuah anak panah yang menancap di tangan pria yang hendak membunuh Violetta.

"Hari ini bukan saatnya kau mati—Flower 5!" Fahira berkata sembari menembakkan anak panahnya pada penjahat yang sudah mengepung.

Zetta, Rosmalia dan Nisrina mengambil senjata yang tergeletak di atas tanah dengan cepat mereka menembakkan peluru-peluru yang ada di dalam senjata apinya pada mereka yang sudah mengancam anak-anak dan membahayakan mereka.

Suara letusan senjata api membuat anak-anak menutup kedua telinga mereka. Rasa takut hinggap di hati mereka, terdengar suara tangisan yang menginginkan pulang dan bertemu dengan ayah serta ibunya.

Kazumi berlari menuju anak-anak sebab ada yang ingin menyerang mereka. Dia menghunuskan ranting pohon yang sangat tajam pada jantung musuhnya, seketika dia jatuh tersungkur di atas tanah dan mati seketika. Dengan luka tusuk hingga menembus jantungnya. Itulah kehebatan Kazumi bisa menemukan titik vital dan menyerangnya dengan tepat sasaran.

Semua penjahat sudah dilumpuhkan dan mereka tidak bisa melawan lagi karena mereka semua sudah kehilangan nyawanya. Semua sudah berkumpul, sudah saatnya untuk segera pergi sebelum musuh yang lainnya menemukan mereka.

"Kau bisa berjalan—Flower 5?" tanya Fahira.

"Akhirnya kau datang juga Flower 1! Mengapa kau begitu lama sekali!" jawab Violetta sembari berdiri.

"Kita lanjutkan setelah Flower 2 menutup luka di lehermu!" Fahira  berkata sembari memberi tanda pada Zetta.

Zetta tahu apa yang harus dilakukan, dia pun mulai menutup luka di leher Violetta dengan sehelai kain untuk menghentikan darah yang keluar. Setelah itu dia memeriksa anak yang tertembak kaki kanannya.

"Ayo pergi!" Fahira berkata pada semuanya.

Seorang rekan Kazumi menggendong anak yang terluka tembak itu, lalu mulai berjalan mengikuti Fahira dan yang lainnya yang berjalan di depan. Baru saja mereka berjalan satu kilometer sudah terdengar suara tembakkan.

Namun, tembakkan itu merupakan tanda peringatan saja dari Hinata tetapi tidak terlihat anak buah Oskar di belakangnya. Kazumi berpikir apakah Hinata hanya seorang diri mengejarnya. Akan tetapi, itu tidak mungkin sebab adiknya bukanlah wanita yang ceroboh dan menilai musuhnya lemah.

"Kalian pikir bisa pergi begitu saja hah! Tidak akan aku biarkan kalian pergi! Akan aku habisi kalian semua dengan tanganku ini!" teriak Hinata, seperti orang gila yang ingin membunuh.

"Yang kau inginkan adalah aku—maka hadapi aku dan biarkan mereka pergi!" ucap kazumj.

"Kazumi, apa yang kau lakukan? Dia bukanlah adikmu yang dulu!" seorang pria berkata dan tidak membiarkannya menghadapi Hinata.

"Pergilah dahulu—beri aku waktu 10 menit untuk menyadarkannya!" jawab Kazumi dengan yakin.

Fahira pun mengatakan pada semuanya untuk pergi dan dia akan berada bersamanya. Namun, Kazumi menolak dia tidak ingin siapa pun membantunya menghadapi sang adik. Akhirnya Fahira pun pergi bersama dengan yang lainnya.

"Kau begitu meremehkan aku dengan meminta waktu 10 menit saja!" Hinata berkata dengan nada tinggi lalu dia berlari dan mulai menyerang Kazumi.

Kazumi bertahan dari segala serangan adiknya sembari mengajaknya untuk kembali dan hidup bersama sebagai adik dan kakak. Namun, Hinata menolak dan dia tetap dengan keputusannya yaitu menghabisi sang kakak.

Pukulan yang bertubi-tubi dilakukan oleh Hinata bisa ditangkisnya, Kazumi berusaha untuk tidak menyakiti adiknya karena baginya masih ada kesempatan untuk kembali bersama-sama.

Semua perkataannya tidak didengar oleh Hinata sebab saat ini hanya ada dendam di hatinya. Dendam itu tidak bisa hilang begitu saja, Kazumi sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Dia akhirnya menyerang balik sang adik.

Hinata sudah menggila dia sudah tidak bisa lagi diajak untuk kembali, tidak ada pilihan lain selain melawannya dan melumpuhkannya. Kaxumi terus berusaha untuk melumpuhkan adiknya itu tetapi terasa sulit sebab dia masih menyayangi sang adik.

"Hentikan semua ini Hinata—ayo kita kembali seperti dulu," ucap Kazumi yang terakhir kalinya sebelum dia melumpuhkannya.

"Tutup mulutmu itu—lebih baik kau mati saja Kazumi!" teriak Hinata sembari menyerangnya dengan membabi-buta.

Bruggg!

Kazumi terjatuh, dia sedikit kelelahan menghadapi serangan adiknya dan perasaan sayangnya menghalangi dia untuk langsung melumpuhkannya. Padahal dia bisa dengan mudah melumpuhkan lawan yang ada di hadapannya itu.

"Sepuluh menitmu hampir habis—apa kau akan mengalah dan mati begitu saja?!" tanya Fahira pada Kazumi.

Kazumi terkejut dengan pertanyaan Flower 1, bukankah dia sudah pergi bersama dengan yang lainnya. Dia pun bertanya mengapa ada di sini bukan bersama dengan yang lainnya.

"Selesaikan masalahmu—aku akan menunggumu!" Fahira berkata sembari memainkan belati yang baru saja dikeluarkan olehnya dan meruncingkan ranting pohon yang berserakan di atas tanah.

"Tidak perlu banyak bicara lagi!" pekik Hinata sembari menyerang Kazumi dengan menggunakan sebatang ranting yang terlihat sangat tajam dan itu bisa menembus kulit tubuh.

Namun, akibat kecerobohannya sendiri dia terjatuh dan dadanya tertusuk oleh senjata yang dipegangnya. Kazumi langsung mendekati tubuh Hinata, air matanya tidak terasa menetes. Kasih sayang seorang kakak tidak akan hilang begitu saja meski sang adik menginginkan kematiannya.

"Pergi—cepat pergi dari sini, sebelum Oskar tiba! Maafkan aku Kazumi!" Itulah ucapan terakhir yang dikatakan oleh Hinata sebelum napas terakhirnya.

"Ayo pergi—sebelum semuanya terlambat!" Fahira berkata sembari menepuk pundak Kazumi.

Mereka pun pergi meninggalkan Hinata yang sudah kehilangan nyawanya. Niat Kazumi ingin membawa jenazah adiknya tetapi tidak memungkinkan. Saat ini yang harus dipikirkan adalah menyelamatkan diri sendiri dan juga anak-anak yang masih dalam bahaya.