"Ah pelan-pelan Cel," ucap Alfian saat Cella sedang mengobati lebam yang ada di wajah Alfian gara-gara kejadian tadi.
"Lo sih pake acara berantem segala," ucap Cella dan mengobati Alfian dengan lembut.
Flashback on
"Lo tunggu di sini aja jangan kemana-mana oke," ucap Alfian dan maju menghadapi orang-orang yang menghadang mereka.
Jumlah mereka cukup banyak, ada 4 orang dengan tubuh yang mengerikan. Bahkan Cella sangat khawatir saat Alfian menghadapi mereka semua sendirian.
"Semoga Alfian baik-baik aja," gumam Cella sembari melihat Alfian yang melayangkan pukulan demi pukulan terhadap orang-orang tersebut.
Cella hampir berteriak saat satu pukulan mengenai wajah Alfian. Namun Alfian tidak gentar sama sekali, ia menghadapi keempat orang tersebut dengan gesit.
Hingga akhirnya Alfian berhasil mengalahkan semua orang itu.
"Bilangin sama bos lo, jangan cari gara-gara. Gue aja nggak kenal," ucap Alfian mendengus kesal dan berjalan menghampiri Cella yang menatapnya takjub.
"Kenapa ngeliatin gue gitu? Gue keren ya," ucap Alfian dengan begitu percaya diri.
"Lihat nih astaga," ucap Cella sembari menekan lebam yang ada di wajah Alfian.
"Aduh sakit Cel," ucap Alfian mengaduh kesakitan karena Cella.
"Tuhkan sakit, pake sok jagoan segala lagi."
Flashback off
"Khawatir ya lo sama gue," ucap Alfian menggoda Cella.
"Dih najis," balas Cella yang akhirnya sudah selesai mengobati lebam di wajah Alfian.
"Nyokap lo mana?" tanya Alfian yang tidak melihat keberadaan Dania, padahal biasanya saat ia ke rumah Cella selalu ada Dania yang menyambutnya dengan hangat.
"Masih keluar kayaknya," jawab Cella mengendikkan bahunya.
"Ya udah gue pulang dulu," ucap Alfian berdiri dari duduknya.
"Eh emang lo udah gapapa?" tanya Cella yang mungkin bisa dibilang khawatir dengan Alfian.
"Iya," jawab Alfian mendorong dahi Cella pelan sehingga membuat Cella memegang dahinya sendiri kesal.
"Ya udah gue anter sampe depan," ucap Cella.
Cella pun mengantar Alfian ke depan, namun saat sampai di teras rumah mereka berdua bertemu dengan Dania yang sepertinya baru pulang dari kantor.
"Loh ada Alfian?" tanya Dania tersenyum begitu melihat Alfian.
Alfian pun tersenyum kecil dan menyalami tangan Dania.
"Kamu udah dari tadi?" tanya Dania.
"Nggak kok tan saya cuma nganterin Cella," jawab Alfian.
"Eh muka kamu ini kenapa? Kok lebam-lebam gini?" tanya Dania yang menyadari ada beberapa lebam di wajah tampan Alfian.
Cella menghela napasnya sejenak, begini lah kalau Alfian bertemu dengan Dania. Sampai Indonesia turun salju pun tidak akan selesai perbincangan mereka berdua.
"Ma tadi Alfian kepleset terus nabrak tiang jadi gini," ucap Cella menjawab pertanyaan Dania dengan asal.
Alfian terkekeh kecil mendengar perkataan Cella sedangkan Dania justru percaya.
"Ya ampun makanya lain kali hati-hati ya Alfian. Oh ya udah diobati?" tanya Dania membuat Cella rasanya ingin menenggelamkan dirinya.
"Udah diobati ma, udah deh ini Alfian mau pulang," ucap Cella lagi menjawab pertanyaan Dania.
"Mama dari tadi nanya sama Alfian kenapa kamu terus yang jawab," ucap Dania membuat Cella tersenyum menahan kesal.
"Kasian Alfian nanti tambah sakit kalau ngejawabin pertanyaan mama yang nggak ada habisnya," ucap Cella.
"Udah ya ma aku mau nganterin Alfian ke depan," ucap Cella dan menarik tangan Alfian agar tidak ditahan oleh pertanyaan pertanyaan dari Dania.
Alfian pun hanya tersenyum kecil melihat Cella menarik tangannya.
"Ya udah gue pulang dulu," ucap Alfian begitu sudah naik ke atas motornya.
"Iya hati-hati makasih buat yang tadi," ucap Cella dan dibalas anggukkan kepala oleh Alfian.
Setelah itu Alfian pun langsung melajukan motornya dengan kecepatan normal meninggalkan wilayah rumah Cella.
Setelah motor Alfian menghilang dari pandangan Cella, Cella pun berjalan menuju ke dalam rumah.
"Hayo kamu ngapain berduaan di rumah sama Alfian?" tanya Dania di ruang tamu begitu melihat Cella masuk.
"Kata siapa berduaan? Orang ada bi Siti, pak Jaja, sama pak Yano," ucap Cella dan duduk di sebelah Dania.
"Oh ya mama denger denger katanya tadi kamu dihadang sama orang jahat ya? Makanya muka Alfian jadi kayak gitu tadi," ucap Dania membuat Cella terkejut. Bagaimana Dania bisa tahu tentang hal itu?
"Mama kok tau?" tanya Cella, sepertinya ia harus mulai berhati-hati dengan Dania.
"Iya dong, spy mama banyak. Tersebar dimana-mana," jawan Dania membuat Cella mendengus.
"Ih mama serem ah, Cella jadi takut."
Pukul 22.47, Cella sudah bersiap untuk tidur hingga tiba-tiba ada sebuah pesan masuk di handphonenya.
Reyga: cella, aku ada di depan rumah kamu
Cella membelalakkan matanya begitu membaca pesan dari Reyga. Apa yang Reyga inginkan di jam seperti ini?
"Hah? Udah gila ya ni orang," ucap Cella tak percaya.
Cella: ngapain?
Reyga: turun ya, aku nungguin kamu
"Dia beneran di depan?" tanya Cella pada dirinya sendiri masih tak percaya.
Cella pun melihat lewat jendela kamarnya dan benar saja ada Reyga di teras rumahnya.
"Ngapain coba," ucap Cella memijat pangkal hidungnya.
Cella pun turun menemui Reyga, ia berjalan sepelan mungkin agar tidak mengeluarkan suara. Ia membuka pintu dengan hati-hati dan ia langsung melihat Reyga di depannya.
"Rey kamu ngap-"
Perkataan Cella terpotong karena tiba-tiba Reyga langsung memeluk dirinya erat hingga membuat Cella sulit bernapas. Reyga memeluk Cella seperti takut kehilangan Cella.
"Rey kamu kenapa?" tanya Cella yang terlihat khawatir dengan sikap tiba-tiba Reyga.
"Kamu gapapa kan Cel? Aku denger tadi kamu dicegat sama orang jahat," ucap Reyga memegang kedua bahu Cella.
"Aku gapapa Rey. Kamu ke sini cuma mau nanyain ini ke aku?" tanya Cella membelalakkan matanya tak percaya.
"Aku khawatir banget sama kamu," ucap Reyga lirih.
"Maaf aku nggak bisa jagain kamu," lanjut Reyga dengan mata sendu membuat Cella ikut merasakan kesedihan Reyga.
"Aku gapapa kok Rey, lagian kata siapa kamu nggak bisa jagain aku? Selama ini kan kamu terus yang selalu jagain aku," ucap Cella dengan senyum lebar di wajahnya membuat Reyga menarik bibirnya.
"Ini juga salah aku karena aku nggak jemput kamu tadi," ucap Reyga membuat Cella teringat.
"Oh iya! Kamu kenapa nggak jemput aku? Kamu nggak tau ya aku nunggu kamu hampir satu jam tau kayak anak ilang," ucap Cella merengut kesal.
"Harusnya kamu kan bilang ke aku kalau nggak bisa jemput. Bukannya malah biarin aku nunggu sampe hampir gelap," lanjut Cella masih dengan kekesalannya.
"Terus kamu tau nggak aku kira kamu lupa terus kamu nganggep kalau aku udah nggak penting lagi buat kamu," lanjut Cella lagi-lagi dengan kekesalan yang menggebu.
"Cella kalau mau nyeramahin pacar jangan kencang-kencang ya, mama kamu ntar kebangun," ucap Leo yang tiba-tiba ada di belakang Cella.
"PAPA NGAPAIN DI SINI?!"
to be continued...