Cella menghela napasnya sejenak, ia merasa sangat bosan di rumah sakit. Apalagi Luna sudah pulang, sedangkan Dania belum kembali. Ia sedari tadi berpikir, kenapa Reyga belum datang menjenguknya?
Cklek.
Cella melihat ke arah pintu, ia sudah berharap-harap bahwa itu adalah Reyga atau Dania. Namun tidak, justru suster datang membawakan ia makan malam.
"Sudah waktunya makan malam," ucap suster tersebut.
"Sus nanti saya makan sendiri aja," ucap Cella dan suster tersebut pun berjalan keluar.
Cella menatap makanan yang sama sekali tidak menggoda. Ia mendengus kesal, tidak bisakah ia makan nasi goreng? Atau steak?
"Ah nggak nafsu makan banget gue," ucap Cella mendesah kesal sembari melihat makanannya itu. Ia berharap makanan yang hambar itu bisa berubah menjadi makanan yang lebih bisa membuatnya berselera.
Cella bahkan sudah memikirkan untuk pesan makanan lewat go-food, namun ia langsung menyadarkan dirinya. Bagaimana bisa ia memesan makanan, sedangakan ia seorang pasien.
Cklek.
Tiba-tiba ada lagi yang masuk, dan itu ternyata adalah Alfian. Cella sedikit terkejut, ia tidak menyangka sama sekali bahwa Alfian akan datang menjenguknya.
"Ehem," ucap Alfian mendehem singkat dan beranjak untuk duduk di kursi dekat Cella.
"Ngapain ke sini?" tanya Cella menatap Alfian bingung.
"Mau nyangkul, ya mau jenguk lo lah bego," ucap Alfian membuat Cella mendecak kecil.
"Kali aja lo kesasar jadi ke kamar gue," balas Cella mengendikkan bahunya.
Cella memperhatikan Alfian yang tidak membawa apa-apa di tangannya.
"Lo nggak bawa apa-apa?" tanya Cella membuat Alfian mengernyitkan dahinya.
"Buat apa? Lagian semua juga udah disediain sama rumah sakit," jawab Alfian menaikkan sebelah alisnya.
"Bawain gue bakso kek atau soto gitu," ucap Cella.
"Lo tuh masih sakit, makan aja yang rumah sakit kasih," ucap Alfian menunjuk ke makanan yang belum Cella sentuh sama sekali.
"Rasanya hambar nggak enak," ucap Cella membuat Alfian terkekeh kecil.
"Makan cepetan biar lo cepet sembuh," ucap Alfian.
"Emang lo mau di rumah sakit terus?" lanjut Alfian membuat Cella otomatis menggelengkan kepalanya.
"Ya enggaklah, siapa juga yang mau di rumah sakit bosen," ucap Cella.
"Jangan-jangan lo ngode mau disuapin sama gue ya," ucap Alfian.
"Dih najis mana ada," ucap Cella dibalas kekehan kecil oleh Alfian.
"Ya udah cepetan gih makan," ucap Alfian dan Cella pun menurut.
Cella memakan makannya dengan lambat, rasa makanan yang hambar membuat ia tak berselera sama sekali.
Sedangkan Alfian hanya menatap Cella yang sedang menyantap makanannya. Ia juga bingung kenapa tiba-tiba ia menjenguk Cella? Sepertinya badannya bergerak sendiri.
"Oh ya Al kok lo tau gue ada di rumah sakit?" tanya Cella sembari makan.
"Nyokap lo yang ngasih tau gue," jawab Alfian membuat Cella tersedak karena terkejut.
Uhuk.
Uhuk.
Alfian pun langsung mengambilkan air untuk Cella.
"Nih minum dulu," ucap Alfian. Ia pun menepuk-nepuk punggung Cella pelan.
"Hati-hati kalau makan," ucap Alfian setelah Cella meminum air hingga habis
"Jadi nyokap gue ngasih tau lo kalau gue di rumah sakit?" tanya Cella memastikan.
"Iya," jawab Alfian menganggukkan kepalanya.
"Kok mama bisa punya nomornya Alfian sih," gumam Cella bingung.
"Kenapa Cel?" tanya Alfian yang tak mendengar perkataan Cella barusan.
"Eh gapapa kok," ucap Cella menggelengkan kepalanya sembari melanjutkan makan.
"Lo sendirian?" tanya Alfian yang tak melihat ada siapa pun.
"Iya, tadi Luna sempet ke sini tapi udah pulang. Kalau nyokap gue masih belum balik," jawab Cella membuat Alfian menganggukkan kepalanya.
"Eh btw Al lo masih inget nggak waktu kemarin gue disiram pake air es?" tanya Cella.
"Inget, kenapa emang," ucap Alfian mengernyit bingung.
"Masa tiba-tiba sewaktu pulang sekolah orang yang ngelakuin itu ke gue minta maaf," ucap Cella membuat Alfian tersenyum kecil.
Flashback on
"Minta maaf ke Cella," ucap Alfian membuat keempat orang tersebut kaget sekaligus membisu.
"Batas waktu kalian sampai pulang sekolah. Kalau kalian belum juga minta maaf, gue nggak segan-segan ngelakuin lebih dari ini," ucap Alfian menegaskan kalimatnya.
Keempat orang yang menyiram air es kepada Cella tersebut pun mengangguk ketakutan hingga akhirnya memutuskan untuk meminta maaf kepada Cella sewaktu pulang sekolah.
Flashback off
"Nyesel kali," ucap Alfian mengendikkan bahunya.
"Perasaan gue juga nggak ada masalah sama mereka, kenapa tiba-tiba ngelakuin hal kayak gitu," ucap Cella berpikir keras.
"Siapa tau aja mereka orang yang perasaannya ditolak sama lo," ucap Alfian asal membuat Cella mendesah kesal.
"Enak aja gue nggak doyan sama berondong," balas Cella menggelengkan kepalanya.
"Kalau sama gue?"
---
Pukul 23.14, Cella bergerak tak nyaman di atas kasur rumah sakit. Keringat dingin bercucuran di wajahnya.
"Cella, Cel," ucap Reyga mencoba membangunkan Cella.
"Cella!" panggil Reyga dan sesaat kemudian Cella terbangun dengan wajah ketakutan.
Cella langsung menatap Reyga dan memeluk laki-laki itu dengan erat. Reyga pun membalas pelukan Cella serta mengusap pelan punggung Cella, mencoba menenangkan Cella yang tengah ketakutan.
"Aku takut," ucap Cella dengan nada bergetar.
"Ssstt nggak usah takut udah ada aku," ucap Reyga menenangkan Cella di dalam dekapannya.
"Kamu nggak akan ninggalin aku kan?" tanya Cella menatap mata Reyga.
Reyga mengusap kedua pipi Cella dengan lembut dan menatao mata Cella dengan penuh kasih sayang.
"Nggak akan," jawab Reyga dengan yakin.
Hal itu membuat Cella bisa sedikit bernapas lega.
"Kamu nggak tidur?" tanya Cella yang menyadari bahwa ini sudah hampir tengah malam.
"Aku kan jagain kamu," jawab Reyga tersenyum kecil.
"Kayaknya akhir-akhir ini kamu jarang nemuin aku," ucap Cella menundukkan kepalanya.
Reyga tersenyum miris, akhir-akhir ini sibuk mengurus tentang Mr. L, ia tidak bisa membiarkan orang itu terus mengganggu kehidupan Cella.
Kedua tangan Reyga beralih menggenggam tangan Cella yang dingin, ia menatap Cella sendu.
"Maafin aku ya," ucap Reyga membuat Cella menggelengkan kepalanya.
"Setiap kali aku nanya kamu selalu minta maaf, aku nggak perlu maaf dari kamu, aku cuma mau penjelasan Rey," ucap Cella.
"Setiap hari aku selalu takut kamu bakal pergi lagi, aku takut masa-masa itu bakal terulang lagi, aku takut Rey," lanjut Cella dengan mata berkaca-kaca.
Reyga tak mampu bersuara, ia membawa Cella bersandar di dada bidangnya dan mengelus kepala Cella dengan lembut.
"Aku nggak akan pergi atau pun ninggalin kamu tuan putri kecilku," ucap Reyga sembari memaksakan mulutnya untuk tersenyum padahal hatinya sangat sakit mendengar perkataan Cella barusan.
Reyga merasa sangat bersalah atas kejadian di masa lalu hingga membuat Cella sampai seperti ini.
"Kalau kamu pergi lagi, aku nggak akan maafin kamu Rey."
To be continued...