"Mantep banget sih lo Cel, gue jamin habis ini nggak akan ada lagi yang berani macem-macem sama lo," ucap Luna mengacungkan ibu jarinya kepada Cella.
"Iya dong," balas Cella tertawa kecil.
"Ya udah gue pulang dulu Cel lo hati-hati," ucap Luna dan dibalas anggukkan kepala oleh Cella.
Cella pun berjalan menuju ke depan gerbang sekolah karena hari ini dia dijemput oleh sopirnya, Pak Jaja.
Tiba-tiba saat Cella sedang menunggu, ada Alfian muncul di sampingnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Cella menatap Alfian bingung.
"Nemenin lo, ngapain lagi," jawab Alfian membuat Cella terkejut.
Cella mengerjapkan matanya beberapa kali, melihat bahwa di depannya ini benar-benar Alfian atau bukan.
Hachuu.
Hachu.
Cella bersin beberapa kali dan juga hidungnya sedikit tersumbat. Ia berpikir mungkin karena tadi disiram dengan air es sehingga ia menjadi flu.
Tak disangka tiba-tiba tangan Alfian memegang dahi Cella. Sepertinya Alfian sedang mengecek suhu tubuh Cella.
Namun gara-gara hal itu, Cella menjadi terdiam tak berkutik. Tangan Alfian terasa sangat hangat saat menyentuh dahinya.
"Lo demam?" tanya Alfian menarik tangannya kembali.
"Gue cuma flu dikit," jawab Cella menggelengkan kepalanya.
Cella memundurkan sedikit wajahnya karena terlalu dekat dengan Alfian.
"Oh ya Al jaket lo gue balikin besok ya biar dicuci dulu," ucap Cella.
"Iya santai aja," ucap Alfian menganggukkan kepalanya.
"Seragam lo juga," ucap Cella dibalas deheman singkat oleh Alfian.
"Ya udah tuh jemputan lo udah nyampe," ucap Alfian menunjuk ke sebuah mobil yang baru saja sampai di depan Cella.
"Gue duluan Al," ucap Cella sebelum masuk ke dalam mobil.
Alfian pun mengangguk kecil, setelah melihat mobil yang ditumpangi Cella melaju ia berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya.
Selama perjalanan, Cella terus saja bersin-bersin sepertinya ia harus minum obat.
"Non Cella sakit?" tanya Pak Jaja sembari fokus menyetir.
"Cuma flu kecil kok pak, oh ya sekalian mampir ke apotek sebentar ya pak," ucap Cella.
"Iya non," balas Pak Jaja menganggukkan kepalanya.
Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk di handphone Cella yang ternyata dari Reyga.
Reyga: cella kamu dimana sekarang?
Cella: aku lagi perjalanan pulang, kenapa emang?
Reyga: kamu langsung pulang ya jangan mampir kemana-mana dulu.
Cella mengernyitkan dahinya bingung, ada apa dengan Reyga hari ini?
Cella: aku mau mampir ke apotek sebentar aja.
Reyga: kamu sakit?
Cella: cuma flu kecil.
Reyga: biar aku nanti beliin buat kamu, kamu langsung pulang aja ya.
Cella: tapi cuma sebentar doang.
Reyga: cel, nurut ya.
Cella: oke.
Cella menghela napasnya sejenak, kenapa Reyga aneh sekali? Seolah-olah Cella sedang berada dalam bahaya.
"Pak kita langsung pulang aja nggak jadi ke apotek," ucap Cella membuat Pak Jaja memutar balik menuju rumah Cella yang hanya tinggal beberapa meter.
Sesampainya di rumah, Cella langsung membersihkan dirinya dan merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk.
Cella terus menggosok hidungnya sehingga menjadi kemerahan. Flunya juga sampai sekarang belum reda, bahkan Reyga juga belum mengantarkan obatnya.
Hachuu.
"Cella sayang," ucap Dania di depan kamar Cella.
"Masuk aja ma," balas Cella.
"Kenapa ma?" tanya Cella begitu Dania masuk ke dalam kamar sembari membawa air putih dan obat.
"Ini minum obat dulu kamu flu kan," ucap Dania membuat Cella mengernyit bingung. Bagaimana Dania bisa tahu kalau dia tengah flu?
"Kok mama tau?" tanya Cella penasaran.
"Baru aja Alfian ke sini nganterin obat sama ngasih tau mama kalau kamu flu," jawab Dania membuat Cella terkejut.
"Alfian ma?" tanya Cella memastikan.
"Iya udah ini minum dulu biar cepet reda flu kamu," ucap Dania.
Cella pun menurut dan meminum obat tersebut walau ia masih terkejut dengan sikap Alfian.
"Terus Alfiannya mana ma?" tanya Cella setelah selesai minum obat.
"Udah pulang biar kamu bisa istirahat katanya," jawab Dania dibalas anggukkan kepala oleh Cella.
"Alfian tuh memang perhatian banget sama kamu sayang beruntung punya selingkuhan kayak dia," lanjut Dania membuat Cella menepuk dahinya sendiri pelan.
"Nggak usah mulai deh ma," ucap Cella.
"Iya iya kamu istirahat aja," ucap Dania memakaikan selimut kepada Cella.
Setelah itu Dania pun keluar dari kamar Cella. Cella akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak agar flunya bisa mereda. Walau pun ia masih memikirkan tentang sikap Alfian akhir-akhir ini.
Sementara di sisi lain.
Reyga menatap ke jam tangannya beberapa kali, hari ini Mr. L berjanji akan menemuinya pukul 17.20, namun ini sudah hampir setengah tujuh dan Mr. L sama sekali belum muncul.
Siang tadi ia sudah memberi pelajaran kepada anak buah Mr. L yang menganggu Cella waktu itu.
Reyga juga memikirkan keadaan Cella saat ini karena gadisnya itu tengah sakit.
"Ck, Ran atur pertemuan aku dengan Mr. L lain kali aku ada urusan penting," ucap Reyga dan langsung bergegas menuju mobilnya tanpa menunggu jawaban dari asisten Ran.
Dan setelah Reyga pergi, Mr. L baru saja sampai dan bertemu dengan asisten Ran. Asisten Ran pun mengatakan bahwa Reyga tengah ada urusan penting lain.
Asisten Ran tidak bisa mengenali siapa itu Mr. L karena orang tersebut memakai topeng.
"Permainan akan segera dimulai."
Beberapa menit kemudian.
"Reyga kamu kenapa malam-malam ke sini?" tanya Dania setelah membukakan pintu untuk Reyga.
"Cellanya di rumah tante?" tanya Reyga sembari membawa sebuah kantong plastik berisikan obat untuk Cella.
"Cella masih istirahat di kamar," jawab Dania menghela napas sejenak.
"Reyga boleh nemuin Cella nggak tante?" tanya Reyga dengan sopan.
"Boleh boleh langsung ke kamar Cella aja. Dia masih tidur kali," jawab Dania membuat Reyga menganggukkan kepalanya pelan.
Reyga pun berjalan menuju kamar Cella. Ia mengetuk pintu kamar Cella terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam.
Cklek.
Terlihat Cella sedang tertidur, Reyga berjalan mendekat ke arah Cella dengan pelan, berusaha agar tidak mengeluarkan suara. Hidung Cella terlihat merah dan ia juga berkeringat. Sepertinya Cella tengah bermimpi buruk, dahi Cella juga terlipat.
Reyga menyeka pelan keringat agar Cella tidak terbangun. Reyga juga mengusap dahi Cella dengan lembut sehingga sudah tidak ada lagi lipatan di dahi Cella.
Tangan Reyga beralih menggenggam tangan Cella yang hangat. Ia mencium tangan Cella dengan tulus dan lama.
Reyga mengambil sebuah kertas dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut. Ia menaruh obat dan kertas tersebut di meja dekat dengan kasur Cella.
Setelah itu Reyga mengusap kepala Cella pelan dan mengecup kening Cella singkat. Ia menatap wajah Cella yang terlihat kemerahan, mungkin karena demam.
"Maafin aku."
to be continued...