Chereads / Die inside (Hopeless) / Chapter 5 - Persaingan

Chapter 5 - Persaingan

"Namaku Nia, kelas XII-IPS A. Sudah kan? Aku pergi." Nia mengucap ketus lalu melangkah menjauhi Kevin. Kevin yang mendapat sikap dingin hanya tersenyum simpul. Sikap ketus Nia tidak menyurutkan semangat Kevin justru itu membuatnya semakin penasaran.

Setelah Nia pergi, halaman depan sekolah semakin ramai. Mereka yang baru sampai langsung diperiksa kelengkapan atribut sekolahnya. Untungnya Nia memakai semua atribut sekolah sehingga Nia tak dihukum dan bisa langsung melangkahkan kakinya menuju kelas. Guru masuk ke kelas tak lama setelah Nia mendudukkan pantatnya di kursi.

Tak seperti biasanya, Nia tak memperhatikan pelajaran hari ini. Pandangannya mengarah ke gerbang sekolah. Kelasnya berada dekat dengan halaman depan sehingga ia bisa melihat jelas siswa/siswi yang sedang dihukum dari balik jendela.

Matanya menyipit saat melihat pemuda yang menyapanya di gerbang. Kevin sedang push up bersama beberapa anak lain. Alisnya naik sebelah dan bibirnya tersenyum sinis. Netranya menatap lurus pemuda itu. "Ternyata dia siswa nakal. Pantas saja ia berani dengan pak Yoga. Aku yakin dia lelaki bodoh" ujarnya meremehkan Kevin.

Sementara itu Kevin yang sedang dihukum karena lupa membawa sabuk, sadar sedang diperhatikan. Dia berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah. Matanya menangkap Nia yang sedang menatapnya. Tangannya melambai menyapa Nia dengan senyuman yang mengembang. Sontak Nia memalingkan wajahnya dan merutuki dirinya yang memandangi Kevin. Ia yakin Kevin akan besar kepala dan merasa Nia menyukai Kevin.

#

.

.

.

.

"Prittt"

"Hari ini bapak mengadakan latihan gabungan. Kalian sudah bapak ajarkan cara bermain basket. Kini waktunya kedua kelas saling unjuk kemampuan. Ayo baris sesuai kelas masing-masing".

Pak Yoga memberi intruksi di depan kelas XII IPS A dan XII IPS B yang sudah memakai seragam olahraga.

Hari ini pak Yoga mengadakan latihan gabungan yang menimbulkan reaksi berbeda pada anak didiknya. Beberapa antusias karena ingin melihat Kevin, siswa baru yang mendadak punya banyak penggemar, beberapa malas -salah satunya Nia-. Nia menghela napas berat saat mendengar kata pertandingan. Tidak, Nia tak benci olahraga, hanya saja ia kesulitan mendapatkan tim. Jikapun dapat, paling tim buangan. Nia selalu kesulitan dalam pelajaran yang mengharuskannya bergabung dengan orang lain.

Kelas XII IPS A dan XII IPS B sudah berbaris rapih dan mendengarkan setiap intruksi yang diberikan pak Yoga. Nia diam-diam menggerakkan mulutnya saat pak Yoga berceloteh. Ia tak peduli jika pak Yoga sadar dirinya diejek oleh Nia. Sebab Nia masih sakit hati dengan kejadian tempo hari saat Nia dan Mela bertengkar. Dia tau alasan pak Yoga membela Mela karena orang tua Mela adalah donatur di sekolah.

"Hey kau. Hati-hati nanti pak Yoga sadar" bisik seseorang di samping Nia.

Nia menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati Kevin yang sedang tersenyum. Alisnya naik sebelah dan mulutnya membentuk huruf O lalu tatapannya kembali ke arah depan. Kevin meringis dengan sikap Nia yang ketus. "Sabar, mungkin ia sedang PMS," pikir kevin.

"Oke! bagi menjadi 7 grup dengan masing-masing anggota 5 orang. Jika sudah, beritahu bapak nama anggota kalian setelah itu pertandingan antara kelas XII IPS A dan XII IPS B akan dimulai."

Setelah pak Yoga memberi intruksi, semua murid sibuk mencari anggota. Nia hanya diam ditempat memperhatikan mereka yang langsung bergandengan dengan teman dekatnya.

Nia menggigit bibirnya dengan kedua alis yang bertaut, bingung mau gabung dengan siapa. Tak ada yang mengajaknya bergabung. Bahkan saat Nia mencoba mendekat, mereka buru-buru mengajak orang lain bergabung. Saat hanya tersisa 4 orang, baru mereka mendekati Nia dan mengajaknya bergabung. Nia tahu mereka terpaksa bahkan dua orang dari mereka menatapnya masam.

Saat ini semua siswi duduk di kursi penonton untuk melihat para siswa bertanding. Bau kompetisi tercium dari lapangan dan kursi penonton.

Siswa yang dilapangan bertanding dengan sengit sementara siswi di kursi penonton menunjukkan kekompakan dengan teriak setiap temannya berhasil memasukkan bola ke ring atau menyemangati saat kalah. Tapi solidaritas sirna saat Kevin ada di lapangan. Semua siswi kecuali Nia menyoraki Kevin seolah dialah bintang dunia.

"Ck norak sekali. Hanya karena paras tampan, mereka memuja Kevin seolah dia dewa yang memberkati mereka" desis Nia dengan bibir menyeringai melihat kelakuan gadis-gadis itu.

"Kami bukan norak tapi kau yang buta, tidak tahu mana pemuda keren dan tidak" celetuk salah satu siswi disampingnya.

Nia menyilangkan tangannya di pinggang dan matanya berputar sinis. "Hey pemuja fisik sepertimu tak pantas mengguruiku. Dasar norak" ujar Nia sinis yang dibalas dengan tatapan kesal gadis di sebelahnya.

Mata Nia menilik wajah Kevin, mencari keistimewaan dalam diri Kevin. Netranya melihat kulit seputih susu, alis hitam tebal, mata sipit, hidung semancung perosotan dan jangan lupakan bibir tebalnya yang sexy. Rambut lurusnya basah oleh keringat dan entah kenapa hal itu membuatnya semakin keren. Lalu tangan berotot yang dapat membuat hampir semua gadis ingin berada di kungkungannya.

Pupil Nia melebar melihat ciptaan Tuhan yang sempurna itu. Ia tahu Kevin tampan tapi egonya menolak mengakuinya.

Kevin melempar senyum pada Nia yang dibalas dengan tatapan datar. Tapi lihatlah gadis lain di kursi penonton malah mengira senyuman Kevin untuk mereka.

"Lihat itu. Kevin senyum padaku" ujar sani, anggota geng Mela dengan heboh.

"Enak saja. Kevin senyum ke aku bukan ke kamu" temannya membalas.

"Kalian berisik! Sudah jelas Kevin senyum ke Mela, princess di SMA 1 Jakarta" Mela membalas perkataan gadis disebelahnya sambil menyelipkan rambutnya ke telinga. Iukh sikap centil yang memuakkan.

Nia menggelangkan kepala melihat tingkah gadis-gadis itu dan menganggap mereka tak punya harga diri.

Nia turun ke lapangan saat namanya dipanggil. Semua siswa laki-laki sudah selesai bertanding dan kini giliran siswi perempuan.

"Prittt"

Pak Yoga meniup peluit dan melempar bola ke atas. Nia langsung melompat dan mendrible bola ke arah ring. Tapi tim lawan mencoba merebut bola dengan menyikut pinggang Nia. Namun mereka tak berhasil karena Nia mengoper bola ke temannya dan ia berhasil memasukkan bola ke ring lawan.

"1 poin untuk tim Nia, O untuk tim Sabrina."

"Yes! Kerja bagus kawan" Nia menepuk bahu temannya tapi temannya malah mengibas pundaknya seolah terkena kotoran.

Pertandingan kembali dimulai dan dua orang kelas B menghimpit tubuh Nia agar dia tak bisa mengoper. Dengan terpaksa Nia mencoba keberuntungan. Matanya terpejam sesaat lalu melampar bola ke arah ring dari kejauhan. Semua orang di lapangan menahan napasnya. Dada Nia berdegup kencang dan keringat menetes dari pelipisnya.

"3 poin untuk tim Nia! Tim Nia menang dengan 5 poin dan Sabrina 2 poin."

Nia mematung dengan bibir terbuka saat bola masuk ke ring. Tak percaya lemparannya berhasil.

"Yes timku menang!" Nia melompat kegirangan dan senyumnya melebar saat pak Yoga mengatakan timnya menang.

Kevin tepuk tangan melihat kehebatan Nia dalam bermain basket. Dirinya semakin terpesona pada Nia. Mela yang ada disebelahnya melirik tajam Kevin. Wajahnya memerah menahan amarah apalagi saat Kevin menghampiri Nia dan membawakan air minum untuknya. Tangannya mengepal kencang hingga buku buku kukunya memutih.

"Awas saja Nia, tak akan ku biarkan kau bahagia" gumam Mela sambil menatap tajam Kevin dan Nia.