Chereads / MENGEJAR CINTA YANG SEDERHANA / Chapter 3 - Si Upik Abu

Chapter 3 - Si Upik Abu

Bugh!

Puspita terlonjak kaget saat segepok buku terhempas di kasurnya.

Dengan amarah tertahan, ia menegakkan badannya dan menatap Kakak tirinya yang sayangnya tampan itu dengan tajam.

Ia benci sesuatu yang seperti ini. Kenapa Joe tidak pernah mau berbaik hati dengan membiarkannya istirahat dengan tenang?

"Itu bahan-bahan yang kau perlukan untuk mengerjakan tugasku! Kerjakan dengan baik!" katanya Joe dengan ekspresi datar.

Puspita mendengus kesal, ia menatap segepok buku tersebut, kemudian kembali mendongak untuk menatap Joe.

"Joe, ayo kita akhiri saja ini! Aku lelah! Aku ini saudarimu, ingat? Aku ini bukan pembantumu! Jangan ganggu aku, berhentilah! Kumohon!" suara Puspita benar-benar terdengar lemah. Ia tidak berbohong saat mengatakan dirinya sangat lelah.

Semenjak ayahnya menikah dengan ibu Joe, Puspita langsung berubah menjadi upik abu yang harus mau melakukan semua perintah Joe. Sekeras apa pun ia mencoba, ia tidak pernah bisa melawan kakak tirinya itu.

"Wah, hebat. Sekarang kau sudah berani protes? Dan apa kau bilang tadi? Saudari? Jangan harapkan sesuatu seperti itu dariku! Selamanya, aku tidak akan menganggapmu sebagai sodariku. Tidak akan!"

Puspita tidak tahu apa kesalahannya pada Joe. Ia merasa tidak pernah sedikit pun mengganggu kakanya itu. Kenapa Joe slalu menatapnya dengan penuh kebencian seperti itu?

"Kenapa?"

"Kenapa? Itu karena aku membencimu! Kau, juga ayah kesayanganmu itu! Aku membenci kalian!" ketus Joe.

Puspita menghela napas berat, ia lalu menatap Joe tajam. Pria itu sudah cukup keterlaluan.

"Kalau kau membenci kami, kenapa kau membiarkan ibumu menikah dengan ayahku?"

Joe meraih wajah Puspita dan menarik dagu gadis itu dengan kasar untuk lebih mendongak menatapnya.

"Itu bukan urusanmu!" sentaknya pelan.

Joe langsung menarik tangannya dari dagu Puspita dengan kasar, membuat kepalanya sedikit terhentak.

"Iya. Itu bukan urusanku. Aku tidak akan mengganggumu! Jadi berhentilah menggangguku! Biarkan aku hidup dengan tenang!" sentak Puspita dengan penuh emosi. Ia sudah cukup frustrasi menghadapi sikap semena-mena Joe padanya.

Dada gadis itu kini terasa begitu sesak karena dipenuhi oleh amarah, ia ingin sekali memaki pria itu, tapi sebisa mungkin ia menahannya. Bagaimana pun juga, Joe adalah kakaknya sekarang.

"Tidak bisa. Aku tidak bisa tidak mengganggumu!"

"Terserah kau saja! Tapi mulai sekarang, aku tidak akan membiarkanmu memperlakukanku seenaknya lagi!" ucap Puspita dengan penuh penekanan.

Joe melipat tanganya di dada dan menatap Puspita dengan smirk mengerikan. Ia lalu tersenyum sinis ke arah gadis itu.

"Kau tidak akan membiarkanku? Kalau begitu, kita lihat apa kau bisa mencegahku melakukan ini!"

Melakukan ini?

Tubuh Puspita terhempas kasar di kasur saat Joe mendorongnya dengan keras, ia langsung menindih gadis itu dan membungkam mulut Puspita dengan tangannya.

Puspita berusaha berteriak, namun percuma saja, ayah dan ibu tirinya juga tidak ada di rumah.

Tidak akan ada yang mendengar teriakannya.

"Ayolah, Pus! Lakukan sesuatu! Kau bilang, kau tidak akan membiarkanku kan?" sinis Joe.

Puspita masih mencoba melepaskan diri dari kungkungan Joe.

Satu tangan Joe bergerak di paha gadis dan menyentuhnya dengan kasar di sana. Membuat tubuh Puspita langsung bergetar karena ketakutan.

Air mata gadis itu lolos begitu saja.

"Kenapa menangis? Ayo lakukan sesuatu!" sentak Joe dengan tatapan yang mengerikan.

Tidak ada yang bisa Puspita lakukan selain menangis dan berdoa.

Semoga pria brengsek ini tidak melakukan hal buruk padanya.

Namun, tiba-tiba saja, Joe tertawa dan menarik dirinya menjauh dari Puspita. Ia menatap remeh adik tirinya itu.

"Lihat dirimu! Kau menyedihkan, Pus! Jangan mengatakan omong kosong seperti itu lagi padaku atau aku akan melakukan hal yang lebih buruk dari itu!"

Puspita langsung bangkit duduk dan merapikan dirinya, ia lalu menatap nanar pria brengsek di hadapannya itu.

"Kerjakan saja apa yang kuminta!" ketus Joe lalu beranjak pergi keluar dari kamar Puspita.

Puspita buru-buru merapikan buku Joe dan membukanya satu per satu.

Puspita menandai bagian-bagian penting dari buku-buku tersebut untuk ia rangkum.

Tugasnya sendiri belum ia kerjakan, namun ia harus meluangkan banyak waktunya untuk mengerjakan tugas Joe.

Puspita memutar musik agar ia tidak mengantuk saat menandai bagian-bagian penting dari buku Joe.

Sebuah lagu dari band favoritnya sukses membuat mood Puspita membaik, namun agaknya itu tidak bertahan lama, karena tak lama dari ia menyalakan musik, Joe sudah meneriaki namanya dari lantai bawah, membuat gadis itu mau tak mau meninggalkan kamar nyamannya dan menghampiri Joe yang sedang tiduran di sofa ruang keluarga.

"Aku lapar! Buatkan sesuatu untukku!" perintah Joe setibanya Puspita di sana.

"Ibu sudah memasak sebelum pergi! Ada juga gorengan di dapur dan banyak snack di laci. Memangnya apa lagi yang kau inginkan?" dengus Puspita.

"Aku ingin apa pun yang tidak ada di dapur! Cepat buatkan! Aku tidak ingin makanan yang terlalu berat, jadi buatkan sesuatu yang ringan saja oke?"

"Hum!"

Puspita segera pergi meninggalkan ruang keluarga sebelum Joe memberinya banyak hal lagi untuk dikerjakan.

Puspita sendiri, bukan tipe anak rumahan yang pandai memasak, jadi sangat merepotkan setiap kali Joe memintanya masuk ke dalam dapur.

Puspita mengotak-atik ponselnya, ia pun melihat beberapa tutorial makanan ringan yang ada di sana.

Dan karena tidak ada banyak bahan di kulkas, ia pun membuat tahu krispi dengan saus pedas manis.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat makanan tersebut, setelah menuangkannya ke piring, Puspita segera menuju ruang keluarga.

Namun ternyata Joe sudah tertidur dengan pulasnya di sofa.

Puspita meletakkan piring yang ia bawa di meja, ia mengamati wajah Joe lekat-lekat. Saat tertidur seperti ini, Joe terlihat jauh lebih tampan. Wajah damai pria itu membuat Puspita merengut kesal.

Ibu tirinya pernah bercerita, pada dasarnya, Joe adalah anak yang baik, namun ia berubah semenjak kematian kakak perempuannya.

Joe menjadi berandalan yang susah diatur, dia suka bertindak seenaknya sendiri dan terkadang, sikap juga ucapannya begitu kasar.

Puspita berharap, pria itu akan berubah kembali menjadi pria yang baik agar hidup Pupita bisa sedikit lebih damai.

Gadis itu buru-buru berlari pergi saat Joe bergerak pelan dan bangun dari tidurnya.

Puspita berlari masuk ke dalam kamarnya dan secepat mungkin mengunci pintunya.

Ia takut jika Joe menyadari apa yang tengah ia lakukan dan marah karena hal itu. Jadi, lebih baik ia menghindar dan bersembunyi.

Entah sampai kapan ia harus menjadi upik abu kakak tirinya itu. Bagaimana ia bisa melepaskan diri dari pria itu? Oh, mengadu jelas bukanlah hal yang bisa ia lakukan.

Ayah dan ibunya akan khawatir dan masalah akan semakin berlarut-larut. Puspita berpikir keras, bagaimana caranya ia bisa meghentikan sikap bossy Joe padanya.

Ini melelahkan.

Puspita melemparkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya.