Happy Reading ^_^
πͺπͺπͺ
Ayo kita bermain tebak-tebakan, 1, 2, 3, 4, dan 5, siapa disana, siapa yang akan mati dan menjadi korban berikutnya?
Denting jam, titik balik matahari berpulang, sudut 150Β°, aku tidak di barat, timur, utara, atau selatan.
Rintih, darah, tangis, berpadu satu dalam alunan musik kematian, pisau berkilat nan tajam menggores apik pada kanvas beralas kulit manusia dengan penuh ukiran cantik, ayo temukan aku dan kita akan bermain bersama. -V-
Secarik kertas berisi untaian kalimat tersebut sukses menyulut emosi serta menguras pikiran para aparat kepolisian Seoul yang bertugas.
Pria itu berulah kembali, Kim Namjoon kepala kepolisian Seoul bahkan sampai turun tangan ke lapangan hanya demi memenuhi undangan psikopat paling kejam nan sadis.
Bagaimana cara surat itu dikirimkan, tak ada yang tau pasti, disaat semua orang bangun untuk menyambut pagi cerah bersiap dan memulai hari, maka para aparat kepolisian digegerkan oleh salah satu anggota mereka yang mati karena terinfeksi racun mematikan dari lembaran kartu yang berasal dari lempengan besi menancap tepat pada lima titik vital pada tubuh korban.
Organ intim, mata, jantung, leher, dan paha.
Tidak ada clue lain lagi, selain setiap kartu tertulis huruf 'V'.
Namjoon duduk diatas kursi kebesarannya, kedua netra kelam itu menyelidiki informasi yang ada dengan cermat. Jika Namjoon membandingkan kasus pembunuh berantai Lee Tae-Kwon yang berhasil membunuh para aparat kepolisian kasta tiga, maka pria berinisial 'V' bahkan lebih berani dan mungkin lebih tepatnya melakukan percobaan bunuh diri.
V, pria gila itu berani membunuh seseorang paling terpandang dari kasta dua, Jang Jinhyuk pemilik perusahaan yang membuat kecerdasan buatan canggih dan hampir membunuh putra mahkota, apa bila saat itu Namjoon lengah sedikit saja, Jeon Jeongguk sang calon pewaris tahta Jeon Jaehyun akan tewas ditempat hanya karena satu lemparan dart kecil.
Namjoon kala itu melindungi pangeran Jeon Jeongguk, nyaris saja menangkap penjahat tersebut. Namun, pria itu tiba-tiba menghilang secara misterius kala bus yang lumayan panjang menghalangi pandangannya, ia kehilangan jejak, V kembali menghilang.
Ciri khas lain cara pria berinisial V ini membunuh, selalu menggunakan benda-benda sepele. Dengan syarat, benda itu harus memiliki elemen besi didalamnya.
"Changsub, bisa kau panggilkan Detektif Min? Aku membutuhkan bantuannya sekarang." ujar Namjoon.
"Ne, sajangnim." anggota polisi yang bernama Changsub itu bergegas untuk mencari seseorang yang dimaksud.
Dari semua clue dari pria berinisial V, Namjoon hanya mengetahui arti dari paragraf pertama,
1, 2, 3, 4, dan 5, siapa disana, siapa yang akan mati dan menjadi korban berikutnya?
Itu berarti berasal dari kasta mana seseorang yang akan dibunuh, hanya saja Namjoon lumayan ragu karena negara ini memiliki 8 kasta, tapi jika dipikir lagi, tak ada gunanya membunuh para pekerja kasar dan gelandangan dari kasta 6-8, karena dari pembunuhan yang sebelumnya pria ini selalu membunuh salah satu orang dari kelima kasta tersebut.
'Knock knock'
Seseorang mengetuk pintu kaca ruang kerja Namjoon seraya berkata, "Boleh saya masuk?"
"Masuklah." mendapat persetujuan, pria itu segera masuk dan mendudukkan diri pada kursi didepan meja kebesarannya.
"Kasus yang menyangkut pria bernama V lagi?" tebak pria detektif Min itu tepat sasaran, Namjoon mengangguk, kemudian ia menyodorkan kertas berisi clue itu pada Detektif Min.
Detektif Min mengambil lembaran kertas itu kemudian membaca dan memahami clue yang diberikan.
"Aku rasa yang dibunuh berasal dari kasta 5, atau kasta 2." ujar detektif Min, Namjoon mengernyit, kasta 5? Memang siapa yang akan dibunuh?
"Bagaimana kau tau?"
"Musik kematian, siapa lagi yang akan memainkan alat musik jika bukan dari kasta dua dan kasta lima?"
"Jangan berpikir terlalu cepat, pria ini tidak se-sederhana itu, dan maksud dari kanvas beralas kulit manusia? Apa dia gila? Tidak ada tempat di negara ini yang menjual kulit manusia!"
"Tunggu, sepertinya aku menemukan sesuatu," ujar detektif Min, dalam pikirannya ia mencoba mengingat sesuatu, "sudut 150Β°, titik matahari berpulang, pukul 5 sore? Aku tidak di barat, timur, utara, dan selatan, itu artinya ia berada di tengah, pusat, atau bisa jadi bawah tanah." ujar Detektif Min, Namjoon baru menyadari hal itu, ia pun kembali memeriksa kertas tersebut.
"Denting jam? Di pusat kota ada jam besar yang menyatu dengan galeri anatomi manusia, kanvas kulit manusia, maksudnya itu! Kulit dari anatomi manusia, disana juga ada pertunjukkan musik yang diadakan setiap hari Minggu." setelah mengucapkan hal tersebut Namjoon melihat kearah jam yang terpasang pada dinding.
Pukul 16.50.
Kedua bola mata Namjoon membelalak, "Sial!" umpatnya, ia segera mengambil ponsel elektronik berupa tabung yang jika ditarik akan menjadi seperti perkamen kecil yang terbuat dari hologram, Namjoon memberi perintah dari ponsel tersebut yang kemudian terhubung dengan semua alat komunikasi anggota kepolisian, "V akan membunuh seseorang tepat di pusat galeri anatomi manusia! Semuanya bersiap sekarang!" ujar Namjoon kemudian mematikan ponselnya dan segera bersiap untuk pergi menangkap pria itu.
"Namjoon apa kita tidak terlambat?" tanya Detektif Min.
"Seseorang jelas sudah terbunuh sekarang, sekarang belum pukul 5, pria itu jelas masih disana, kita hanya memiliki 10 menit untuk menangkap pria itu! Bersiaplah sekarang, kita akan menangkapnya." ucap Namjoon dengan sorot mata penuh ambisi dan dendam.
πͺπͺπͺ
Detik demi detik suara jam memecah keheningan, perlu sepuluh menit lagi adalah pukul 5 tepat maka suara lonceng akan berbunyi, disaat itu ia akan kembali menghilang tanpa jejak.
Waktu itu berharga, ia jelas tak ingin membuang waktu sepuluh menit hanya dengan berdiam diri menatap korban yang masih hidup dengan salah satu anggota tubuh termutilasi serta pita suara yang sudah dirusak paksa.
Mungkin galeri anatomi manusia adalah tempat membunuh paling gila, namun bagi pria ini itu adalah sebuah tantangan yang memacu adrenalin, sudah lama ia tak membunuh di tempat terkenal.
Galeri anatomi manusia hari ini ditutup karena libur nasional Korea Selatan dan hanya dibuka pada malam hari, mereka akan mengadakan pertunjukkan musik klasik.
Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi, karena tempat ini akan penuh dengan polisi, dan musisi cantik mereka tengah menjadi korban pembunuh terkejam didalam gedung panggungnya sendiri.
Suara hentakan kasar dari salah satu kaki seorang gadis mengalihkan atensi pria itu dari jendela di sela jam besar, gadis itu tengah terikat oleh tali tambang diatas kursi kayu reot yang bisa hancur kapan saja.
Langkah kaki dari kedua sol sepatu yang saling bergesekan dengan lantai kayu terdengar se ritme malaikat maut menjemput ajal, gadis itu semakin meronta diatas kursi kayu, sorot matanya mengandung sarat akan ketakutan, pria itu menyunggingkan senyum penuh kemenangan, ternyata gadis dengan mulut besar ini ketakutan hanya dengan sebilah pisau lipat kecil dalam genggamannya.
"Wajahmu cantik,.." ujar pria itu terjeda sesaat, "tapi akan lebih cantik jika aku mengukirnya, kau akan jauh lebih cantik, kau pasti suka." ujar pria tersebut menyentuhkan pisau pada pipi gadis itu.
Napas gadis itu semakin tak beraturan, kedua mata belo-nya menangis, kepalanya menggeleng cepat, ia tak ingin mati dengan cara seperti ini.
"Oh, waktuku tinggal lima menit lagi, akan ku ukir wajahmu dengan cepat." ujar pria itu, hal itu membuat sang gadis semakin ketakutan, mulutnya tak bisa berbicara karena pita suaranya diputus oleh kecoak yang terpaksa ia telan karena paksaan pria gila ini.
Pria itu mulai menulis huruf Hangul 'B' pada pipi kirinya, namun gadis itu menggelengkan kepalanya cepat menghindari pisau yang menusuk wajahnya.
"Jadi kau mau aku bermain lebih cepat? Baiklah." pria itu mengendikkan bahu, ia mencekik leher gadis itu kemudian mengukir wajahnya dengan cepat.
"Bae.. Joo.. Hyun.." ujar sang pria mengeja setiap huruf yang ditulis, gadis itu hanya bisa menangis, pisau lipat berkarat dan tumpul itu semakin menyiksa sang gadis, rasa perih menyerang berkali-kali lebih pedih, ia benar-benar ingin segera dibunuh daripada disiksa seperti ini.
"Nah sudah selesai, kau semakin cantik Joohyun, oh, aku lupa satu hal, kita harus buat kenang-kenangan sebelum kau mati bukan? Aku tidak terlalu menyukai kakimu yang terpotong itu, sedikit bertumbuh bulu, biasanya kau selalu rajin mencukur bulu di kakimu." ujar pria itu terkekeh geli, seakan hal itu sepele dan pantas menjadi lelucon.
Kedua obsidian kelam pria itu menelisik ke seluruh penjuru ruangan, ia menemukan kapak pemotong kayu yang cukup tua diujung ruangan, ia segera mengambil kapak tua tersebut dan kembali berhadapan dengan gadis yang sebentar lagi bertemu dengan ajalnya.
"Aku sengaja tak memakai gergaji mesin, itu lumayan lambat, kurasa kapak berkarat ini lebih baik, bukan begitu Nona Joohyun?" tanya pria itu menyeringai setan, Joohyun sang korban semakin meronta kuat, ia berusaha melepaskan tangannya dari ikatan yang terhubung dengan kursi yang didudukinya.
'JDAK'
Joohyun berteriak tanpa suara, tangis menjadi iringan lampiasan kesakitan sang gadis, pergelangan tangannya terpotong, darah mengucur deras dari pembuluh arteri penghubung dengan jantung, sedangkan tangan beserta jemari kecilnya tergeletak jatuh layaknya bangkai yang terbuang.
Suara sirene polisi dari luar gedung terdengar saling bersahutan, pria itu menatap jam tangan kuno-nya, ia segera mengambil potongan tangan Joohyun kemudian dimasukkan kedalam plastik sebagai buah tangan.
"Aku tak menduga para tikus kepolisian itu datang satu menit lebih cepat, aku pergi dulu Nona Joohyun, nikmati suara detik dari jam ini." ujar pria tersebut, tak lupa ia menyematkan sebuah lempengan kartu besi berisi tulisan 'V' dan secarik kertas diatas pangkuan Joohyun.
Pria itu keluar dengan cepat dari jendela ruang mesin jam itu, tak lupa ia memasang masker dan memasang tudung hoodie-nya.
Ia memanjat atap jam besar dengan cepat, tangan dan kakinya bergerak lincah menapaki genting tua berusia ratusan tahun itu tanpa suara.
Pria itu menatap jam tangan kuno-nya lagi, tinggal menghitung mundur beberapa detik lagi dan para aparat kepolisian itu akan mendapat pertunjukan menarik.
Pria itu mengambil tumpukan kartu dari saku hoodie, ia membaginya menjadi dua bagian di tangan kanan dan kiri.
Kedua tangannya menekan setiap ujung-ujung kartu hingga berterbangan dan menyelimuti tubuhnya, dan tak lama kemudian raganya hilang tak bersisa ditelan oleh hembusan angin, hanya ada kartu bertuliskan 'V' mengudara tak beraturan.
Pria itu kembali menghilang.
πͺπͺπͺ
Seluruh aparat kepolisian bergerak cepat, ruangan terakhir yang belum mereka periksa adalah ruangan penggerak jam.
Kepala kepolisian Kim Namjoon dan Detektif Min Yoongi mendobrak pintu ruangan penggerak jam yang terkunci, alangkah terkejutnya mereka mendapati seorang gadis belia terikat dengan tubuh yang sudah tak utuh.
Gadis itu meronta kuat, mulutnya ternganga lebar meminta pertolongan, Namjoon mendekati gadis itu, namun yang terjadi selanjutnya benar-benar diluar ekspektasi-nya.
Sebuah kapak jatuh dari atas membelah kepala gadis itu menjadi dua tepat pada bunyi lonceng jam 5 sore berdenting keras.
Namjoon jatuh terduduk diatas lantai kayu akibat terlalu shock akan hal mengerikan yang baru saja terjadi didepannya.
Aparat kepolisian yang lain menatap ngeri keadaan gadis itu, kepala yang terbelah itu menunjukkan seluruh organ dalam kepala dan leher, otak yang terbelah miring, mata kanan ceplos, serta jutaan saraf kecil saling terburai menjijikkan diiringi aliran darah yang membanjiri raga tak bernyawa tersebut.
Detektif Min mendekati mayat gadis itu, ia mendapati secarik kertas dengan kartu lempengan besi bertuliskan inisial 'V' pada pangkuannya.
Dalam secarik kertas itu berisi seuntai kalimat :
Aku bosan membunuh dengan kartu dan sebuah dart kecil, menikmati pertunjukanku?Β Bagaimana? Bukankah itu sangat indah?
Ngomong-ngomong, aku sangat menyukai angka lima, selamat bekerja pada tikus-tikus pemerintah ^_^
-V-
πͺπͺπͺ
~TBC~
Miladyπͺ