Happy Reading ^_^
Apa kau tau apa yang paling di sukai Vincent saat membunuh seseorang? Tentu saja,..
Desahan penuh kesakitan.
Jika selera musik Taehyung adalah jazz, maka selera musik Vincent adalah teriakan indah dari para korban yang akan menghadapi kematian.
Saat di agensi, ia selalu mendengarkan suara emas dari para trainee maupun para idol, tapi tak ada yang seindah suara Kang Seulgi menurutnya, mungkin itu salah satu alasan mengapa Taehyung pernah mencintai gadis itu.
Hari ini, tepat jam 22:00 KST di ruangan loteng mansion keluarga Jung, Vincent menyiksa korbannya Kang Seulgi dengan penuh semangat yang membara.
Karena akhirnya ia tau, suara nyata dari musik indah yang selama ini hanya menjadi angannya.
"Halo Kang Seulgi," sapa Vincent seraya tersenyum manis, Seulgi yang baru tersadar dari pingsan masih memproses apa yang terjadi pada dirinya.
Apalagi ruangan loteng yang gelap tanpa penerangan membuat pandangannya sedikit pusing dan tangannya berusaha mengais benda disekitar.
Namun, kedua matanya seketika membelalak sempurna kala kedua tangannya diikat jadi satu diatas sebuah papan kayu dan kedua kakinya masing-masing di lebar kan serta terikat di ujung papan.
Seulgi bergerak gelisah, napasnya pun ikut sesak karena menghirup aroma bangkai tikus yang menyengat, ditambah ia merasakan sebuah benda tajam nan dingin menusuk perut telanjang nya main-main.
Tunggu, telanjang?!
Tubuh yang awalnya bergerak kecil, seketika membabi buta, mencoba melepaskan ikatan di tangan dan kakinya, namun semakin ia bergerak, pisau yang dipegang Vincent menusuk perutnya semakin dalam, mengundang teriakan tertahan dari Seulgi, karena mulutnya dibungkam dengan sapu tangan.
Vincent kemudian menyalakan lampu tidur redup yang diletakkan di atas nakas tua, tepat disamping kursi yang diduduki Seulgi, kini gadis itu dapat melihat jelas siapa sosok yang telah menculiknya.
"Apa aku setampan itu hingga kau terpana? Wah, sepertinya pesonaku memang kuat ya," Vincent terkekeh singkat, Seulgi menatap pria itu takut, kilatan pisau bedah pria itu seakan tengah mengolok kematiannya yang semakin dekat.
"Rasanya tidak enak kalau bermain tanpa jeritan indahmu," ungkap Vincent, ia pun segera melepas sapu tangan yang membungkam mulutnya, sontak Seulgi berteriak sekencang-kencangnya berharap seseorang akan mendengar dan membantunya keluar dari psikopat gila berkedok wajah artis ini. Namun, semua itu sia-sia saja, karena ruangan yang mereka tempati kedap suara.
"Yah.. Mengapa suaramu semakin jelek? Bukankah kau selalu mendapat rangking satu dalam kelas vokal wanita?" ujar Vincent, kemudian, pisau bedah yang berada ditangan kanannya di tusukkan kedalam perut Seulgi dan memutar-mutarnya, membuat Seulgi semakin berteriak kesetanan.
"HENTIKAN KIM! KAU GILA! KAU GILA! INI SAKIT! HENTIKAN!"
"Baiklah, aku akan berhenti," Vincent melepas pisau bedahnya, membiarkan pisau itu masih menancap, kemudian ia mengambil ember berisi garam, Seulgi yang melihat hal itu semakin ketakutan.
Dengan teganya, Taehyung menyiram garam tersebut ke seluruh luka di sekujur tubuh Seulgi, gadis itu semakin berteriak kesakitan.
"Kenapa kau berteriak huh? aku kan sudah berhenti menusukmu, bukankah aku terlalu baik, Nona Kang?" ujar Vincent dengan tatapan mata lebar yang mengerikan serta senyum penuh kepuasan.
"SUDAH CUKUP KIM! BUNUH AKU SEKARANG!" teriak Seulgi, telinga Vincent yang terasa panas oleh teriakan nyaring Seulgi, seketika melayangkan sebuah pisau dapur tumpul dari dalam sakunya kearah mulut Seulgi.
Bibir, gusi, lidah, serta giginya koyak bersamaan, darah perlahan mengalir keluar layaknya sungai, Seulgi menangis, ia masih berusaha berbicara walau mulutnya sudah tak berbentuk.
Taehyung yang semakin kesal, menusuk kan pisau tumpul itu semakin dalam hingga merusak pita suaranya, setelah yakin suara Seulgi benar-benar hilang, ia mencabutnya begitu saja.
"Hihi.. wajahmu seperti zombie, sekarang aku semakin suka padamu, Seulgi-ah," Vincent terkikik aneh, Seulgi yang telah kehilangan suara, hanya dapat menangis meratapi nasib nya.
"Sebentar lagi, pertunjukkan akan dimulai, jadi, sebelum itu aku akan bercerita sedikit padamu," Vincent mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuk, seperti anak kecil, walau seperti itu, Seulgi masih was-was apa yang akan dilakukan Taehyung selanjutnya, lukanya masih begitu perih akibat disiram garam.
"Kau tau kenapa aku membencimu? Itu karena Taehyung mencintaimu," ujarnya, dahi Seulgi mengerut samar, memang di depannya siapa jika bukan Taehyung?
"Aku.. Vincent, kepribadian Taehyung yang lain," jawab Vincent yang menguasai tubuh Taehyung, sontak kedua bola mata Seulgi membelalak, jadi selama ini Taehyung memiliki penyakit kepribadian ganda? bagaimana bisa? pria ceria dan baik itu?
"Terkejut? Yah.. dan kau selalu menyiksa Taehyung di agensinya padahal pria lugu itu sangat mencintaimu, kau tau? aku dapat merasakannya, itu menyebalkan! jadi.. aku bunuh saja semua, bukankah menyenangkan?" ujar Vincent, Seulgi menggeleng tak setuju, sekarang ia merindukan Taehyung-nya, pria yang selalu mendampinginya dikala suka maupun duka.
"Apa kau baru dan mengingat masa lalu mu dengan Taehyung? Cih, gadis serakah ini, walau aku benci kepribadian lemah Taehyung, aku tidak akan membiarkan gadis sepertimu bersanding dengan pria lugu itu," ungkap Vincent jujur, "Baiklah, kau sudah tau semuanya, sekarang matilah dengan tenang, dan sampaikan salamku pada malaikat maut, sampai jumpa Kang Seulgi,"
Tepat pada jam 23 : 00 tepat, Seulgi dinyatakan tewas dengan kepala yang terbelah menjadi dua.
"Ah.. saatnya menemui fans cantikku," ujar Vincent sumringah.
🔪🔪🔪
"Eunha, kapan Taehyung akan datang?" Aelita merengek, sedangkan Eunha lagi-lagi mengehela napas jengah, sudah ke 35 kali Aelita menanyakan pertanyaan yang sama.
"Dia itu orang sibuk, mangkanya jadwalnya berada di akhir, Ya Tuhan, gadis ini," Mana buktinya jika ia tidak menggilai Taehyung? dasar gadis plin plan.
"Tapi dia berkata akan datang 20 menit lagi bukan? ini sudah satu jam, dasar idola tidak bertanggung jawab, awas saja jika bertemu, aku akan memarahinya habis-habisan, atau aku hajar wajah sok tampannya itu!" gerutu Aelita penuh emosi.
"Kau yakin?"
"Tentu!"
Tak lama kemudian sebuah tangan kekar berbalut jas hitam melingkari pinggang Aelita, seketika sang empu yang mendapat serangan tiba-tiba berjengkit kaget, ia segera melepaskan tangan tersebut dari pinggangnya dan menjauh.
"Fans ku jahat sekali, memangnya kau tega melukai wajah tampan ini?" ujar Taehyung yang masih di kuasai oleh Vincent.
Aelita seketika memerah, ia kira Taehyung adalah pribadi yang ramah, sopan dan sedikit kaku, ternyata image-nya di televisi hanya akting saja.
Eunha merasakan kejanggalan dalam sikap Taehyung pun memicing ke arah pria itu, karena Taehyung berkepribadian sopan, lugu, dan tidak narsis seperti ini.
"Hey pendek, pangeran mu datang tuh, kau tidak mau mendekatinya?" ejek Taehyung.
"Sialan Kim!" umpat Eunha reflek, tak lama kemudian seorang pria yang menjadi objek pembicaraan mereka pun mendekat ke arah Eunha.
Eunha langsung gelagapan, ia masih belum siap bertemu dengan Pangeran Jeongguk.
"Annyeong, Nona Jung," sapa Jeongguk kaku.
"A-Annyeong, Pangeran Jeon," sapa Eunha gugup, Vincent memutar kedua bola matanya jengah, kedua sahabat si Kim ini memang membosankan, saling suka tapi tidak berani mengungkapkan.
"Terima kasih telah mengundang saya dalam acara pesta pernikahan kakak anda, saya merasa terhormat."
"Justru saya yang merasa terhormat, karena pangeran mau mendatangi pesta pernikahan kakakku."
Vincent yang tidak tahan dengan suasana canggung diantara mereka, ia pun merangkul kedua sahabatnya.
"Tidak usah canggung, santai saja,"
"Kim bajingan Taehyung, kita disorot media, bodoh!" umpat Eunha, Vincent pun menatap kearah sekitar, benar saja jika beberapa awak media memotret kebersamaan mereka.
Vincent perlahan melepaskan rangkulannya, ia harus menahan diri, ini tubuh Kim Taehyung, walau Vincent dapat mengambil alih, ia masih tau diri untuk tidak mengorbankan karir pribadi Kim.
Vincent pun menatap kearah kamera dan menujukkan senyum terbaik nya, diikuti oleh Pangeran Jeongguk dan Eunha.
Aelita saat itu baru menyadari jika ketiganya ternyata bersahabat, Ia merasa telah mengganggu momen kebersamaan mereka.
"Nona Shin, jangan diam saja, nikmati pestanya, ataukah wajahku lebih menarik dari makanan itu?" goda Vincent menaik turunkan alisnya.
Pangeran Jeon memutar bola matanya malas, "Si mesum gila!"
"Perlu cermin?"
"Terserah, kau mengganggu," ucap pangeran Jeon datar.
"Wah, dasar. Mentang-mentang pangeran."
"Jangan sampai aku mencekikmu disini Kim."
"Uh.. garang, pangeran kita ini sensitif sekali ya," goda Vincent semakin parah.
Pangeran Jeon hanya menampakkan senyum tipis yang dipaksakan, jika hanya ada mereka berdua, sudah dipastikan Kim Taehyung akan di hajar Jeon Jeongguk habis-habisan.
"Ah iya, aku hampir lupa, Nona Shin, bukankah anda ingin bertemu denganku?" tanya Vincent, Aelita yang tiba-tiba ditanyai seperti itu merasa gugup. Sial, padahal dirinya ingin menanyakan banyak hal pada pria itu, tapi entah bagaimana pertanyaan yang sudah di dalam kepala sirna seketika.
"Ti-tidak apa-apa, aku.. Penggemar berat mu, itu saja," ucap Aelita disertai senyum canggung. Vincent tersenyum.
Menarik, batinnya.
Setelah itu Vincent mendekatkan wajahnya tepat dihadapan wajah Aelita.
"Aku tertarik padamu Nona Shin," ujar Vincent, tetapi saat melihat tato bertuliskan 2 di punggung tangan Aelita ia pun tersenyum, "tapi.. Mungkin ayahmu akan membunuhku jika membawanya putrinya jalan-jalan," lanjutnya.
Hati Aelita yang semula berbunga-bunga, seketika kecewa, itu sangat jelas, ayah mana yang ingin menjodohkan sang putri dengan pria berkasta dibawahnya.
Vincent kemudian mendekatkan bibirnya menuju telinga kiri Aelita, dapat ia rasakan napasnya menerpa lehernya sensual, "Jangan kecewa nona, jika aku berkata tertarik padamu, membawamu secara diam-diam, tidak masalah bukan?" kemudian ia menarik kepalanya dan memberikan wink menggoda serta gigitan pada bibir bawahnya.
Sialan, Kim Taehyung sangat panas! Batin Aelita menjerit.
"Jangan mau Aelita, dia pria gila!" ujar Eunha.
"Si pendek ini memang senang sekali merusak suasana," gerutu Vincent.
"Kim Taehyung bangsat!" cicit Eunha, tidak mungkin ia berteriak keras diantara kumpulan orang penting dan awak media yang menyorot.
"Jeon, kendalikan gadismu, dia ganas sekali, hati-hati saja jika saat menikah denganmu, ia akan menggigit," ucap Vincent blak-blakan, andai ini bukan acara yang dihadiri orang penting dan awak media, ia akan menghajar pria itu dengan heels 10 cm miliknya.
Pangeran Jeon hanya berdehem, mengingatkan nya untuk menjaga cara bicara dan sikapnya, Vincent pun menurut.
Jam besar di kediaman Mansion Jung hampir menunjukkan pukul 12 malam, acara pemotongan kue setinggi 13 tingkat akan menjadi puncaknya di jam itu.
Vincent menyungging senyum penuh arti, sebentar lagi, mereka akan mendapat kejutan besar.
Ia melihat keadaan sekitar, Yeri, teman Seulgi sedari tadi mengelilingi pesta pernikahan dan bertanya pada orang-orang dimana keberadaan Seulgi.
Seharusnya Seulgi bersyukur memiliki Yeri yang selalu melindunginya, tetapi Seulgi malah memilih bersama pria-pria hidung belang, dan mencampakkan satu-satunya teman di agensi.
Tentu saja, ia tak memiliki teman lain karena sikap arogan dan sombongnya itu.
23 : 59
Hanya tinggal menghitung detik, pertunjukkan akan segera dimulai.
Wajah pengantin Jung Hoseok dan Hwang Eunbi sudah bersiap memotong dengan pisau yang sangat panjang dari ukuran biasa, kentara wajah kedua insan yang telah sah itu bahagia luar biasa.
Vincent mengecek detik dari jam kuno-nya, kemudian ia mulai menghitung mundur.
10..
9..
8..
7..
6..
5..
4..
3..
2..
1..
'CRATSS'
"AAAAAAA!!"
Teriakan orang-orang serempak bersuara, beberapa ada yang muntah dan pingsan, pengantin yang akan memotong kue pun shock dan gemetar, pisau yang mereka pegang terjatuh begitu saja.
Di atas puncak kue putih itu, terdapat mayat Kang Seulgi yang wajahnya sudah tak berbentuk. Tubuhnya yang berdarah-darah mengaliri kue putih itu layaknya selai stroberi manis.
Yeri, sahabat Seulgi berteriak histeris memanggil-manggil nama gadis itu, ia sangat mengenali dress yang dikenakan dan separuh wajahnya.
"SEULGI! SEULGI! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! KANG SEULGI!"
Disela keterkejutan semua orang, Vincent menunjukkan smirk tipis. Ia membatin, "Toping kue yang sempurna."
~TBC~
Miladia🔪