Happy Reading ^_^
"Apalagi ini?! Tidak bisakah ia tidak berbuat onar? kepalaku pecah rasanya," Namjoon memijat kepalanya frustasi, seraya menenggak segelas air putih diatas nakas hingga tandas, sang detektif Min Yoongi ikut berpikir keras. kali ini, teka-teki yang diberikan semakin sulit.
"Aku tidak tau dendam apa yang terselip dalam dirinya, hanya saja, pria ini cukup gila, mengingat korban terakhir yang di mutilasi secara sadis," komentar Yoongi.
"Bukan cukup, tapi dia benar-benar gila, dan.. apa arti semua ini?"
"Aku merasa, V tidak berjalan sendirian," ucap Min Yoongi tak terduga.
Alis Namjoon terangkat sebelah, "Maksudmu?"
"Burung Raven dan Mimic Octopus, pria itu seakan menunjukan, jika ia melakukan semua itu tidak sendirian, ada seseorang dibaliknya,"
Namjoon kembali membaca paragraf tersebut, ia baru menyadari akan hal itu, "Aku yakin V adalah sang Mimic Octopus, tapi.. siapa itu burung Raven?"
"Mungkinkah dia perempuan? karena terdapat kata cantik dalam kalimatnya," ujar Yoongi.
"Tapi bisa saja itu adalah pria cantik, kau misalnya," ucap Namjoon asal, seketika dihadiahi bogeman mentah oleh Yoongi tepat pada wajahnya.
"Katakan kalimat itu sekali lagi, mati kau di tangan ku!" ancam Yoongi tak main-main, wajahnya memang manis dan kulitnya sangat putih, tak ayal jika ia sering dipanggil cantik dan dikira perempuan.
"Baiklah-baiklah, maafkan aku, tapi kemungkinan itu bisa saja bukan? mengingat lgbt sekarang sudah di ijinkan di negara kita," ucap Namjoon, Yoongi mengangguk, itu bisa saja terjadi.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 18.47 KST, dan kedua manusia yang berada di dalam satu meja itu masih belum menemukan titik terang.
"Undangan milik siapa itu?" tanya Yoongi tiba-tiba, kala melihat salah satu kertas terselip diantara berkas nya.
"Oh ini?" ucap Namjoon mengambil kertas yang dimaksud Yoongi, "undangan pesta pernikahan Jung Hoseok dengan Hwang Eunbi, seharusnya aku datang hari ini,"
"Tunggu, pesta pernikahan?"
"Ada apa?" tanya Namjoon kebingungan, pasalnya wajah Yoongi nampak sangat shock saat itu.
"Kau tidak menyadarinya Namjoon?!" ucap Yoongi keras seperti menggertak.
"Eh.. Maksudmu?"
Yoongi berdecak, "Ketua bodoh ini," gerutunya. "Kau tau apa yang identik dengan pernikahan?"
"Hey, kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang pernikahan? Memangnya kau terlalu lama melajang sampai ingin sekali menikah?" Yoongi yang tak tahan dengan kebodohan Namjoon pun menamparkan undangan pernikahan itu tepat paca wajahnya.
"Aku akan berterus terang, pada kalimat pertama tertulis 'Aku suka bermain bunga, setiap hari aku petik kelopaknya, namun, hari ini aku melemparnya.' Itu menuju kearah sebuah pernikahan, kau tau bukan jika pernikahan ada acara melempar bunga?" ujar Yoongi, Namjoon yang baru menyadari hal itu ternganga kaget, sial, kenapa ia begitu bodoh?
"Lalu, pada kalimat ini, 'Dulu aku suka sekali warna hitam, tapi sekarang, aku menyukai warna putih.' Pernikahan identik dengan warna putih, jika warna hitam, memangnya akan mengadakan pemakaman huh?" Namjoon semakin paham, ia bodoh, mengapa tidak terpikir akan hal ini.
"Tapi, hari ini menurut data distrik 12, ada 4 pernikahan, dan pernikahan itu semua berasal dari kasta dua," ujar Namjoon, Yoongi kembali menelisik kedalam kertas petunjuk, ia tak mendapati apapun, karena jelas itu adalah cara ia akan membunuh korbannya.
'BRAK'
Namjoon dan Yoongi yang berada di dalam ruangan terkejut, salah seorang pria ber-jas putih lusuh mengejutkan mereka dengan menerobos masuk kedalam ruangan dalam keadaan panik.
"Ada apa?" tanya Namjoon.
"Pak, pernikahan adikku di daerah Gangnam telah di bom oleh seseorang!" ucap pria itu tergesa, kentara ia takut sekaligus sedih.
Namjoon dan Yoongi terperanjat, ia tak menyangka jika V telah bertindak, mereka sudah terlambat.
"Tenangkan dirimu, kami akan mengerahkan pasukan untuk mencegah adanya bom yang lain," titah Namjoon tegas, ia mengambil tabung telekomunikasi miliknya, kemudian memberi perintah pada seluruh awak kepolisian.
"V telah bertindak, terjadi pengeboman di salah satu pernikahan, kalian semua bersiap kita akan pergi menuju daerah Gangnam," Namjoon menutup panggilan darurat tersebut dan segera memakai dan mengambil peralatan penjinak bom diikuti oleh Yoongi.
"Tenangkan dirimu tuan, kami akan segera menangani hal ini," ujar Yoongi menenangkan.
"Apa adikku akan selamat?" tanya pria itu frustasi, Yoongi terdiam sejenak, "Kami akan berusaha semampu kami, boleh aku tau, siapa marga adikmu?"
"Hong, namanya adalah Hong Jisoo,"
πͺπͺπͺ
"Aelita! Kau datang!" teriakan Eunha menggema di ruangan pengantin wanita.
Aelita tersenyum, segera menghampiri Eunha dan memeluk sahabatnya itu erat, tak lama kemudian melepasnya, "Kau mau melihat pengantin perempuan?" tawar Eunha, "Tentu saja!" jawab Aelita antusias.
Eunha pun segera mengajak Aelita menuju salah satu pintu ruangan sebelah kanan, disana pengantin Hwang yang sebentar lagi berganti marga menjadi Jung terlihat sangat cantik dan anggun.
Aelita menganga tak percaya, jika Dosen Judes yang selalu dijuluki Setan Universitas dan berpenampilan kaku dengan gaya tomboy berubah se-drastis ini.
"Kakak iparku cantik sekali," pujian Eunha membuat wajah dosen Hwang memerah, ia juga tidak menyangka akan perubahannya.
"Eunha benar, anda sangat cantik bu, sangat cocok dengan kakak matahariku," ujar Aelita, wajah dosen Hwang yang dipuji seperti itu semakin memerah, apakah benar, calon suaminya akan suka? Ia jadi gugup sendiri.
Seakan mengerti isi pikiran dosen Hwang, Eunha berkata, "Oppa-ku akan sangat suka, Eunbi Noona. Tunjukkan senyum terbaikmu, aku yakin, oppa akan terpesona, percayalah,"
Eunbi tersenyum, kemudian memegang sebelah tangan kedua muridnya, "Terima kasih sudah mengurangi kegugupanku,"
Aelita dan Eunha kemudian memeluk tubuh Eunbi, "Tentu saja songsaenim, walau kau itu judes dan setan universitas, aku akan mendukungmu dengan kakak matahariku,"
"Yak, Shin Aelita!" teriak Eunbi reflek, Aelita dan Eunha seketika meledakkan tawanya, wajah Eunbi sejenak cemberut, kemudian ia ikut tertawa bersama kedua muridnya.
"Eunbi-ya, sudah saatnya," seorang pria paruh baya mendatangi mereka, pelukan mereka terlepas, Eunbi berdiri dari kursinya dan menghampiri pria itu.
"Appa, jangan menangis, putrimu akan bahagia," ujar Eunbi, pria paruh baya itu menoleh kearah lain, segera menghapus air matanya yang hampir mengalir.
"Hey, Appa tidak sepertimu yang cengeng, Appa ini kuat tau," ujar pria yang ternyata adalah ayah Eunbi, ia menggeleng maklum, ayahnya memang tidak pernah mengakui jika ia menangis.
"Iya-iya, Appa yang paling kuat," ujar Eunbi tersenyum, ayahnya segera memeluk sang putri, ia masih tak percaya, putri yang dulu berada dalam gendongannya, sekarang telah dewasa dan akan menikah dengan seseorang yang ia cintai.
"Appa menyayangimu, Eunbi. Jaga dirimu baik-baik, jika Si Kuda Hoseok itu membuatmu sedih, hajar saja wajahnya, agar dia kapok," Eunbi pun meledakkan tawanya, ia mengeratkan pelukannya pada sang ayah.
"Ayahku yang paling tampan, tenang saja, putrimu ini atlet taekwondo, ia akan tumbang dalam sekali pukulan," ujar Eunbi jenaka, ayahnya tertawa akan hal itu.
Tak lama kemudian salah satu pelayan masuk kedalam ruangan, "Maaf mengganggu, tuan dan nona, anda sudah ditunggu di altar,"
"Katakan pada mereka untuk menunggu sebentar, aku yang akan mengantarkan mereka," ucap Eunha, pelayan itu pun undur diri.
"Sudah saatnya ya,.." ayah Eunbi terkekeh, Eunbi hampir menangis mendengarnya, ia sekarang adalah wanita dewasa, yang akan memulai sebuah rumah tangga, tidak seperti dulu yang selalu merengek pada sang ayah.
"Iya ayah, aku akan merindukan ayah,"
"Tentu, ibumu pasti bangga disana, kasta mu akan naik dua tingkat, ayah ikut berbahagia,"
"Walau aku naik dua kasta, aku tidak akan melupakan ayah, Hoseok berjanji padaku, ia mengijinkanku untuk bertemu dengan ayah,"
"Tidak, jangan seperti itu Eunbi-ya, kau harus menuruti peraturan yang ada, ayah tak ingin kamu menjadi pemberontak,"
Salah satu peraturan di negara ini adalah, jika salah seorang menikah dengan kasta yang lebih rendah atau tinggi, maka ia akan mengikuti kasta suaminya. Keluarga yang ditinggalkan, tidak berhak menemui apabila putra/putri mereka telah menjadi bagian kasta yang berbeda.
"Tuan Hwang, maaf jika saya menyela, peraturan tidak akan menghalangi kasih sayang anda pada putrimu, jika kakak ku mengijinkan, maka itu akan terjadi. Anda tidak perlu khawatir, itu bukan bentuk pemberontakan, itu kasih sayang," penjelasan Eunha membuat kedua ayah dan anak itu terdiam, Aelita juga terkejut akan hal itu, mengingat jika mereka adalah mahasiswa hukum.
"Jangan dipikirkan lagi, kajja, nanti kasian kakakku lumutan dibawah menunggu kita," ajak Eunha, kemudian keduanya tersenyum seraya berkata 'terima kasih' pada Eunha, kemudian mereka keluar dari ruangan tata rias pengantin wanita.
πͺπͺπͺ
Pernikahan keluarga Jung diadakan secara indoor, itu artinya upacara pernikahan akan dijadikan satu dengan pesta.
Mansion kediaman Jung saat itu sangat penuh dan sesak oleh pria dan wanita yang mayoritas berasal dari kasta 1 hingga 3. Beberapa hanya seorang pelayan dari kasta 6.
Semua orang saling bercengkerama, tentu saja, selayaknya seorang bangsawan, yang isinya seputar kekayaan, kedudukan, bisnis, dan saling unjuk diri tentang putra/putri mereka yang membanggakan, tak terkecuali kedua orang tua Aelita.
Jujur saja, walau ia adalah bagian dari mereka, Aelita seringkali tak nyaman diantara orang-orang ini. Eunha yang mengerti keadaan Aelita, segera menariknya menjauh dari kerumunan, mengambil kan nya beberapa kue kering.
"Aku ini diet tau!"
"Diet dari mananya? Aku tau tadi di Universitas kau makan banyak sekali, tidak usah jaim. Juga, walau tubuhmu makan sebanyak apapun tidak akan ada dampaknya," ujar Eunha santai memakan kue keringnya.
"Kau tidak takut gendut apa?" tanya Aelita.
"Tidak, aku olahraga," jawabnya.
"Wah gadis ini, lain kali ajak aku,"
"Sudah sering dan berakhir setelah olahraga, kau akan makan 5 box pizza sendirian," sindir Eunha, Aelita meringis, ia sadar diri kalau porsi makannya seperti babi.
"Ah.. Bagaimana dengan Kim Taehyung? Apa dia sudah datang?" tanya Aelita.
Eunha seketika menampakkan wajah jenakanya pada Aelita, "Kau tidak sabar, eh?"
"Tidak! Tentu saja tidak, memang siapa Kim Taehyung? Tidak kenal!" gerutu Aelita, Eunha tertawa, gadis Jung itu hari ini banyak tertawa.
"Karena aku orangnya peka, akan ku telpon Taehyung, ia akan segera kemari," ujar Eunha, ia pun mengambil airpod berukuran kecil dari saku kemudian menekan tombol pada ujung, dan mendekatkan mulutnya pada airpod itu, "Hubungkan aku dengan Kim Taehyung," kemudian Eunha memakainya di telinga. Tak lama kemudian seseorang yang ditelpon menjawab.
"Yeoboseyo?"
"Taehyung, ini aku, Eunha," Aelita terkejut, Eunha tak main-main dengan perkataannya.
"Ada apa?"
"Temanku ingin bertemu denganmu, bisa kau kemari?" ucapan Eunha membuat wajah Aelita memerah, Eunha sialan memang!
"Sekarang?"
"Tentu saja,"
"Maaf, Eunha, sekarang aku masih belum bisa, mungkin.. Sekitar 20 menit kedepan? Aku akan kebawah,"
"Ah.. Begitu, kalau begitu, kau mau berbicara dengan temanku? Ia penggemar berat mu," ucap Eunha, Aelita reflek memukul lengan gadis Jung, terdengar suara Taehyung di sana.
"Baiklah, berikan pada temanmu," ujar Taehyung, Eunha kemudian memasangkan airpod nya di telinga Aelita.
"Kau gila? Aku malu, bodoh!" Umpat Aelita kesal.
"Aku.. Bodoh?" tanya Taehyung, Aelita seketika membeku, ia lupa jika terhubung dengan Taehyung.
"Eh.. Ti-tidak, itu.. Untuk Eunha.. Kau.. Pintar kok, tampan juga, hehe.." ucapan Aelita yang terdengar random membuat Taehyung tertawa.
Ya tuhan, tawanya itu menyejukkan hati.
"Baiklah-baiklah, boleh aku tau siapa namamu, nona?" tanya Taehyung.
"Namaku.. Shin Aelita,"
"Nona Shin Aelita, aku suka suaramu, mau main bersamaku?" tawar Taehyung.
"Eh.. Aku?"
"Tentu saja, ini akan menyenangkan," ucap Taehyung.
"Entahlah.. Ah.. taehyung-ssi, pernikahan akan segera dimulai, aku akan menutup telponnya,"
"Baiklah, selamat bersenang-senang Nona Shin,"
Aelita memberikan airpod nya pada Eunha, dilihat dari ekspresinya Aelita kentara sangat bahagia, Eunha yang melihat hal itu semakin menggodanya.
"Lihatlah gadis di mabuk asmara ini, merah sekali,"
"Jangan menggodaku, Jung," wajah Aelita semakin memanas.
"Iya-iya, kau senang sekarang?"
"Tentu saja, dan dia akan mengajakku jalan-jalan,"
"Tunggu, jalan-jalan?" tanya Eunha, ia merasa janggal dalam perkataan Aelita.
"Iya, idola yang sangat baik bukan?"
"Memang apa yang dikatakannya padamu?" tanya Eunha.
"Katanya dia suka suaraku, dan mengajakku bermain," Eunha terdiam, kemudian menggandeng telapak tangan Aelita menuju altar.
"Kajja, pernikahan akan segera dimulai, aku tidak akan melewatkan acara lempar bunga kali ini," ucap Eunha antusias.
"Aku yang akan mendapatkannya, Jung!"
"Dalam mimpimu, Shin!"
Kemudian kedua gadis itu tertawa, persahabatan yang manis bukan?
πͺπͺπͺ
~TBC~
Miladiaπͺ