Chereads / Bini Gue Mantan Preman / Chapter 21 - Kenaikan Kelas

Chapter 21 - Kenaikan Kelas

"Kita perlu ngomong sepertinya sepulang dari sini. kita ke cafe dulu ada yang mau aku omongin sama kamu," kata Kevin tegas ketika mereka berjalan menuju parkiran untuk pulang.

"Memangnya Abang mau ngomong apa? Ngomong aja sekarang, kok gitu aja ribet,"  kata Pelita menjawab perkataan Kevin.

"Gak disini  dimana kunci motornya?" Pinta Kevin pada Pelita.

Sepanjang perjalan Pelita hanya diam, karena sepertinya Kevin tidak sedang ingin bercanda. 

Tak lama mereka sampai, Kevin mematikan motor dan Pelita turun dari motor.

"Ayo," Kevin merangkul pundak Pelita lalu masuk kedalam kafe.

"Hai Vin," seorang wanita menyapa Kevin, namun ketika dia melihat Kevin merangkul Pelita.

Perempuan itu duduk kembali di bangkunya Dan kevin hanya melambaikan tangannya pada gerombolan yang menyapanya.

"Duduk sini," kevin menyuruh Pelita duduk di sampingnya sofa empuk panjang dan di pojok ruang.

Tak lama seorang pelayan wanita menghampiri mereka.

"Siang Mas, mbak mau pesan sekarang  atau mau lihat-lihat dulu?" Tanyanya ramah.

"Aku mau spaghetti carbonara, leci tea," kata Pelita membuat kevin tersenyum lalu membelai kepala Pelita.

"Laper ya habis berdebat sama guru BP?" Goda kevin tertawa.

"Iya ngabisin energi," katanya mengerucutkan bibirnya.

"Bandel sih dulu makanya gurunya gak percaya  walau kanu bener," kata Kevin menatap pelita.

"Masnya mau pesan apa," merasa tidak nyaman dengan keakraban Kevin dan pelita.

"Sori, aku nasi goreng singapore sama ice lemon tea aja," pinta kevin, setelah mengulang pesanan  Kevin dan Pelita.

"Abang mau ngomong apa sih?" Tanya Pelita sambil menaruh wajahnya di atas meja. 

"Kalau diajak ngomong serius Yang bener nggak usah kayak gitu, dengerin Abang baik-baik. Mulai hari besok  kamu pergi dan pulang Abang antar , nggak ada kata penolakan. Kamu udah mau kelas 3 Abang nggak mau ngeliat kamu gagal cuma gara-gara ngelayanin para berandalan Brengsek itu " kata kevin dengan tatapan serius.

"Terus kalau harus pergi sama Abang  Kasihan dong Motornya nggak di panas-panasin. Nanti rusak gimana,"  kata Pelita protes.

"Dipanaskan  bisa tiap hari, kalau mau pakai jalan juga bisa tapi abang yang bawa nggak boleh  kamu yang bawa," kata Kevin sambil menatap pelita yang duduk disampingnya

"Iya Abang mah nggak asik," kata Pelita merajuk.

"Terserah mau marah sama Abang juga nggak apa-apa yang penting kamu nggak kenapa-kenapa. Abang nggak mau kamu terluka ataupun mengalami kecelakaan, konyol namanya apalagi orang-orang brandal seperti mereka itu tidak bisa diprediksi tindakan dan untuk hari ini saja aku sudah minta tolong Om Erwin menyelesaikan masalahmu, Aku mau berhenti mencari masalah karena apa yang kamu lakukan walaupun benar orang akan menganggap kamu tetap salah dan mungkin saja malah ada orang yang memanfaatkanmu." Kata Kevin kembali membelai rambut Pelita.

"Baiklah kalau begitu, tapi aku masih bolehkan berteman dengan teman-temanku, karena selama ini aku merasa punya  saudara jika bersama mereka," kata Pelita dengan mata memohon yang membuat Kevin tersenyum.

"Boleh, kenapa gak boleh ajak nongkrong di rumah juga gak apa-apa,  Mama malah seneng kalau kamu bawa tejen ke rumah." Kevin tersenyun.

"Makasih ya abang," Pelita memeluk lengan kekar Kevin.

"Berhenti jadi premannya ya Ta," pinta Kevin yang membuat pelita tersenyum karena disebut preman oleh Kevin.

**

Pelita berlari ke arah Lydia ketika Lydia keluar dari kelas Pelita, Hari ini pembagian raport kenaikan kelas dan Lydia menyempatkan mengambil Raport Pelita karena Kevin ujian akhir semester.

"Bagaimana hasil raportku tabte?" Tanya Pelita antusias, dia yakin Raportnya bagus karena setiap hari dia belajar.

"Nich," Lydia tersenyum dan memberikan rapor pada Pelita.

"Selamat ya kamu naik kelas dan Nilai bagus," kata Lydia mengusap punggung Pelita.

"Terima Kasih Tante," kata Pelita, dia tersenyum melihat angka yang bagus. Selama ibi nilai dia juga tidak mengecewakan hanya saja karena kenakalannya,  terkadang gurunya menjadi kesal sehingga nilainya terpaksa dikurangi.

"Abang pasti senang melihat nilai kamu bagus seperti  itu," kata Lydia membuat Pelita nyengir dan memperlihatkan giginya yang rapi dan putih.

"Tante kata Mami, kalau nilai raport ku bagus Aku boleh ke Paris buat mengunjungi mereka disana." Pelita lalu menggandeng Lydia berjalan keluar sekolah untuk pulang  dimana mobil Lydia diparkirkan di halaman sekolah.

"Wahhh Asyik dong kalau begitu, kapan rencananya kamu mau kesana, visanya sudah diurus?" Tanya Lydia.

"Gak tau orang Papie ngomongnya sama abang bukan sama aku," kata Pelita menunduk.

"Ya sudah abangnya kan lagi sibuk ngurusin ujiannya nanti minggu ini juga beres, pasti dia langsung urus semuanya," Pelita langsung tersenyum mendengarkan perkataan Lydia.

"Ta," teman-teman Pelita berjalan ke arahnya lalu menyalami Lydia.

"Gimana Raportnya?" Tanya Irfan penasan.

"Bagus donk," kata Pelia bangga dengan nilai rapornya.

"Syukurlah kalau begitu, lu jadi keParis kapan?" Tanya Darma penasaran.

"Jadi, paling gue nunggu Abang beres ujian akhir semester.

"Jangan lupa oleh-oleh ya Ta," kata Edo tersenyum.

"Iya zar gue beli gantungan kunci seorang satu," yang langsung disambut uuuh oleh teman-temannya.

kemudian dia dan Lydia masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh supir Lydia setelah Pelita pamit pada teman-temannya.

**

Pelita tampak sibuk mempacking keperluan dirinya untuk berangkat ke Paris, ibunya menyuruh tidak terlalu banyak pakaian yang dibawa karena pasti Pelita ingin shopping membeli cinderamata untuk orang-orang terdekat.

"Kamu bawa apa aja?" Tanya Kevin dari pintu kamar Pelita.

"Ini aja Bang, kata Mami aku jangan bawa oqkaiqn bamyak-banyak karena pasti aku shopping disana padahal paling Mami mo nitip oleh-oleh buat teman-temannya," kata Pelita Cemberut.

"Hahahaha kamu tuh disuruh sama orang tua jarang-jarang aja protes." Kevin kemudian Masuk kedalam kamar dan Duduk disisi tempat tidur Pelita.

"Abang bantuin," pinta Pelita sambil berdiri karena tidak bisa menutup kopernya dengan Benar. Sejak dekat dengan Kevin Pelita lebih manja memang karena Kevin yang selalu ada dan siap membantu. Dia seperti memiliki Kakak laki-laki, dan Kevin Pun selalu ada untuknya.

"Nih beres, surat-surat jangan sampai ketinggalan masukin dulu ke tas kamu," kevin mengingatkan.

"Iya udah semua Kok aku masukan kalau tiket nunjukin downloadan aja kan?" Kevin menganggukan kepalanya.

"Tidur jangan malam-malam jam 2 pagi kita harus ke bandara, aku gak mau kita ketinggalan pesawat karena kamu susah bangunya." Kevin lalu berdiri didepan Pelita.

"Abang ke kamar dulu mau tidur," kata kevin sambil mengacak-acak rambut Pelita.

"Iya Pelita juga mau tidur deh," katanya sambil jalan ke arah tempat tidurnya.

"Ya sudah, have Nice dream," kevin mengecup ujung kepala Pelita, hal yang sering dia lakukan kalau sudah mengomeli ataupun menasehati Pelita.

"Abang juga," kata sambil tersenyum menarik selimutnya, sementara Kevin mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar Pelita.

Pelita bukannya tertidur dia malah tersenyum, mengingat pejalanan hanya berdua bersama Kevin, dia awalnya kesal karena ayahnya melarang Pelita pergi sendiri ke Paris, namun karena dia boleh memilih dengan siapa dia berangkat akhirnya dia meminta Kevin menemaninya dan Kevin setuju untuk menemani dirinya walaupun dia jarus menunggu Kevin selesai ujian akhir semesternya.