"Tapi dia yang menyerangku Pak, bukan aku yang memulainya," Pelita berusaha berargumentasi dengan guru BP di sekolahnya. Dia tidak diterima harus diskor selama 3 hari karena berkelahi dengan kelompoknya Yopi.
"Bayangkan saja kalau bapak jadi saya dipukuli, terus saya harus diam saja gitu biar saya babak belur, nggak bisa begitu Pak, saya pasti akan melawan, saya nggak akan beli kalau dia nggak jual," kata Pelita dengan sangat emosi.
"Sudah jangan banyak melawan kamu. Panggil saja orang tuamu, biar aku yang berbicara dengan orang tuamu. Apa perlu aku yang mendidik kamu agar bisa menjadi lebih baik," kata guru BP tersebut tak kalah emosi
"Loh kenapa Bapak harus marah pada orang tua saya? Saya disekolahkan di sini biar saya bisa mendapat pendidikan yang lebih baik, itu memang tugas Bapak, Bapak harus menjadi saya menjadi lebih baik tapi bukan berarti Bapak seenaknya menyalakan saya. Bapak harus melihat dari dua belah Sisi , tidak adil kalau hanya melihat dari sisi mereka saja," Pelita membalikan pembicaraan guru BP nya tersebut yang membuat guru tersebut malah menggebrak mejanya.
"Kenapa Bapak harus marah? seharusnya Bapak tahu memang benar begitu adanya. Jadi buat apa Ayah saya menyekolahkan Saya di sini kalau tidak bisa membantu saya menjadi lebih baik, tapi bukan berarti harus menyalahkan saya saja bapak juga harus melihat sudut permasalahannya. Saya itu diserang Pak dan saya tidak mungkin tinggal diam apalagi mereka ada yang membawa senjata dan nyaris saja menusuk ke arah Edo. Saya nggak mungkin dong membiarkannya. Apa Bapak menunggu teman saya mati dulu baru bapak mengatakan bahwa saya membela diri," kata Pelita benar-benar emosi.
"Sudah jangan banyak omong, aku ingin berbicara dengan orang tuamu sekarang."sepertinya guru BP ini tidak mau mendengarkan apapun pembelaaan dari Pelita.
"Orang tuaku tidak ada di Indonesia, apa tidak tahu itu kalau bapak orang tuaku sedang ada di Perancis. Dia sedang menjalankan tugas negara.Memangnya Bapak tidak tahu ketika orang tua saya mengatakan bahwa dia menitipkan saya di sekolah ini untuk dididik menjadi lebih baik,karena dia harus bertugas menjalankan tugasnya sekarang ini. Saat ini Saya sedang tinggal dengan om dia pengusaha sibuk, jadi tidak punya waktu banyak untuk mengurusi masalah seperti ini. Saya tahu diri, tidak memancing keributan, tidak seperti waktu saya kelas 1 dan kelas 2 kemarin. Sekarang saya sudah mau kelas 3 Pak, saya tahu harus bersikap seperti apa," kata Pelita semakin kesal karena gurunya itu seperti tidak mau tahu.
"Baik kalau begitu, Siapa yang bisa aku ajak bicara untuk menyelesaikan permasalahan ini," kata guru BP nya tersebut
Akhirnya Pelita dengan berat hati terpaksa menelepon Kevin. Untung saja Kevin baru selesai kuliah lalu Pelita menceritakan kronologinya kepada Kevin dan Kevin langsung menuju ke sekolahan Pelita.
"Anda siapanya Pelita, Pacarnya?Saya tidak butuh pacarnya, Saya butuh orang yang menjadi walinya," kata guru pembimbing tersebut masih dengan nada yang emosi.
"Saya ini walinya Pak, bukan kekasihnya, saya sudah seperti kakak untuknya. Jadi kalau Bapak ingin berbicara tentang Pelita, Silahkan berbicara pada saya, saya sudah mendengarkan dari pihak Pelita dan saya hanya tinggal mendengar dari pihak Bapak. Apa yang membuat bapak menyalakan adik saya dan harus membuatnya dia di skor selama 3 hari?" Tanya Kevin dengan nada bicara yang sangat tenang kepada guru pembimbingnya yang sedang emosi itu.
"Lalu menurut bapak adik saya salah, jelas-jelas dia kan hanya membela diri. Kita tidak mungkin hanya akan diam saja jika diserang orang. Apakah Bapak juga akan diam jika terjadi pada diri Bapak? tentu Bapak akan melawan, paling tidak membuat Bapak tidak terlalu banyak terluka itu pun kalau bapak bisa beladiri, beruntunglah adik saya bisa beladiri, sehingga dia tidak lecet dan malah orang yang menyerangnya babak belur. Jadi dia salah kalau dia membela diri dan dia berhasil membuat orang yang menyerangnya kalah atau KO?" Tanya Kevin lagi sambil menatap guru BP-nya Pelita tersebut.
"Kalau seperti ini, saya menghadap kepala sekolah saja biar dia yang mempertimbangkan masalah skorsing untuk adik saya, kalau bapak hanya bisa dengan menyelesaikan masalah dengan emosi saja," kata Kevin, hal tersebut tentu saja semakin merendahkan kredibilitas guru BP nya itu. Guru BP nya memang masih sangat muda, Emosinya masih tidak Stabil namun dia selalu memandang dari sudut buruk terhadap Pelita padahal prestasi Pelita lumayan bagus di sekolah itu.
Guru BP nya tersebut hanya diam kemudian dia menarik nafas.
"Yang jadi masalah sekarang anak yang dipukul oleh Pelita masuk rumah sakit,dia babak belur dihajar oleh Pelita dan tidak hanya seorang tapi 3 orang." Kevin nyari saja tertawa karena membayangkan anak yang menyerang Pelita tadi pasti dipecundangi oleh Pelita.
"Jadi maksud Bapak Pelita dikeroyok, lalu mereka kalah dan babak belur? Sekarang mereka meminta pertanggungjawaban Pelita? itu kan aneh Pak kedengarannya seorang perempuan lho Pelita itu Pak, dan yang mengeroyok Pelita mereka itu laki-laki," kata Kevin mempertegas keadaan, sehingga guru BP nya itu menyadari apa yang baru saja diucapkan olehnya.
"Yang harus bertanggung jawab dengan pengobatan anak itu bukan Pelita, tetapi orang yang menyuruhnya untuk mengeroyok Pelita dan teman-temannya, saya rasa mereka disuruh orang dan sayangnya orang itu pengecut, iya tidak," kata Kevin lagi membuat guru BP itu semakin terdiam.
"Saya tidak membenarkan tingkah pola Pelita jika memang salah, salah tetap salah, tapi benar ya harus tetap benar Pak. Saya juga tidak keberatan Kalau memang Pelita yang salah dan harus membiayai pengobatan mereka bertiga. Tapi permasalahannya Pelita dikeroyok, jadi bapak bisa bayangkan kan seorang perempuan dikeroyok 3 laki-laki namun dia berhasil mempecundangi 3 laki-laki tersebut, perkataan Kevin membuat guru BP Pelita masih terdiam seperti bingung, dia memang tadi terbawa emosi karena pihak dari ketiga pria yang dilukai oleh Pelita tersebut meneror dirinya dan akan membuat berita yang buruk tentang sekolahnya ini jika tidak mau membiayai masalah pengobatan mereka.
"Begini saja Pak. Saya akan meminta ayah saya untuk menyewa seorang pengacaranya untuk masalah ini. Biar mereka yang menyelesaikannya dan jika mereka sampai macam-macam atau memperburuknya tentang cerita sekolah ini maka saya pribadi yang akan menuntut mereka," kata Kevin dengan sangat yakin.
Akhirnya Guru BP tersebut membatalkan hukuman Pelita dan teman-temannya.
"Saya akan membantu membereskan masalah ini hingga tuntas dan menyuruh pengacara ayah saya mengecek siapa dalang dibalik penyerangan ini pada Pelita dan teman-temannya.
"Saya minta maaf karena terlanjur kalut dengan masalah ini Mas, sehingga tidak menggunakan nalar saya dengan baik," kara Guru BP tersebut mengakui kesalahanya.
"Sama-sama Pak, kita manusia tidak akan luput dari rasa bersalah," Kevin lalu keluar dari ruangan BP dan memanggil Pelita yang sedang duduk menunggunya bersama teman-temannya.
"Ta, salam ya Kakak lo ganteng," teriak Imel yang terkenal senang ceplas ceplos.
"Mana mau ama lo, tar baru deket dikit lo terkam abang gue," katanya sambil tertawa.