Disisi arena tampak teman-teman pelita memberi semangat, walaupun Pelita tidak mendengarnya tapi temannya tetap saja bersorak-sorak memberi semangat hingga lap terakhir dan finish Pelita memenangkan pertandingan hari itu. Para sahabat yang langsung berlarian mendekati ke arah Pelita yang sudah berdiri di dekat Darma.
"Wah gila, luar biasa memang. Kemampuan lo dalam menunggang si kuda besi memang tidak bisa diragukan lagi," kata Irfan sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Semua berkat kalian yang selalu dukung gue dan percaya dengan apa yang gue lakukan," kata Pelita merendah.
Sementara di kubu lain tampak Yopi yang hanya mampu berada di urutan ketiga terlihat sangat kesal dan menatap sinis ke arah Pelita, dia benar-benar tidak terima dengan kekalahannya ini.
"Saingan lo terlihat sangat kesal, di arena seperti ini dia tidak bisa menggunakan taktik licik untuk memenangkan pertandingan ini kemampuannya benar-benar tidak apa-apa dibandingkan diri lo. Walaupun dia urutan ketiga tapi tadi dia sangat jauh tertinggal dari lo," kata Edo yang membuat Pelita hanya bisa mengangkat bahunya.
"Aku mungkin sedang beruntung hari ini, bisa memenangkan pertandingan ini. semoga saja kekalahannya tidak membuat dia mencari keributan dengan kita, aku sudah bosan berkelahi dan lelah melayani mereka ujung-ujungnya kita akan tetap kena masalah," kata Pelita sama menarik nafas.
"Mudah-mudahan saja dia tidak mencari ribut, kalau nanti dia ajak tanding di luar arena tolak saja, tidak apa-apa kita dibilang pengecut toh di arena sesungguhnya dia tidak memiliki kemampuan untuk memenangi pertandingan karena disini ada juri ada orang profesional yang menangani jadi jelas kan kalau di luar arena dia menggunakan kecurangan," kata Darman yang disetujui oleh teman-temannya.
"Ya sudah, ayo siap-siap sebentar lagi kau akan naik podium," kata Dharma lagi sambil merangkul pundak Pelita, mereka lalu berjalan beriringan menuju podium pemberian piala, sementara motor dituntun oleh Darma menuju sisi podium.
Pelita dengan bangga naik ke atas Podium kemudian mengacungkan pialanya, ia merasa sangat puas dengan hasil kerja kerasnya selama ini.
Yopi masih saja memandangnya dengan tatapan sangat sinis tapi Pelita pura-pura tidak peduli dan melihatnya.
Setelah pembagian piala serta hadiah, Pelita bergegas turun dari podium. Dia mencari teman-temannya, tetapi tidak ada tak lama matanya menangkap teman-temannya sedang berbicara dengan seseorang yang membuat Pelita menghentikan langkah kakinya.
"Dari mana dia tahu aku ada disini?" Tanya Pelita dalam hati. Baru saja pelutak hendak membalikan badannya Kevin terlanjur sudah melihat keberadaannya.
"Jadi ini yang dibilang mau jadi sponsor? Harusnya lo jujur kok malah berbohong, untuk tidak terjadi apa-apa, kalau kau sampai terluka apa yang harus dikatakan orang tuaku kepada orang tuamu?" Tanya Kevin dengan tatapan tajam.
Pelita tidak menjawab. Dia masih berdiri sambil memegang piala di tangan.
"Tapi berhubung kau juara dan tidak kenapa-kenapa jadi aku maafkan," Kevin merangkul pundak Pelita tapi itu malah membuat Pelita kesal karena teman-temannya juga sudah mengerjakannya juga
"Mana pialanya?" Tanya Kevin pada Pelita
"Selamat ya," Kevin mengacak-acak Rambut Pelita lalu memeluknya.
"Tapi ini kesempatan terakhir kamu," kaza Kevin yang membuat pelita menatap wajah Kevin seolah tidak terima.
"Terakhir Kamu membohongi kami, besok-besok kamu harus bilang dan aku akan membantumu menjelaskan kepada orang tuaku agar terutama mama agar dia tidak menjadi cemas." Pelita menatap Kevin seolah tak percaya.
"Serius Bang," dengan reflek Pelita memeluk Kevin.
"Serius lah, tapi ingat tidak boleh berbohong dan ingat kau tetap dalam pengawasan ku ingat itu," kata Kevin tegas.
"Ayo kita pulang, kita makan yu aku yang traktir," ajak pelita dengan wajah ceria.
"Kunci motor nya mana?" Tanya Kevin pada Pelita.
"Emang kenapa Bang? Kok nanyain kunci motor?" Tanya Pelita.
"Aku yang boncengin kamu aku gak mau dibonceng cewek," sahut Kevin menjawab pertanyaan Pelita.
"Beneran Abang mau boncengin aku, emang abang bisa mengendarai motor?" Tanya Pelita seperti ragu.
"Oooh mentang-mentang juara, nantangin aku nich?" Tanya Kevin yang membuat teman-teman pelita senyum-senyum.
"Ya bukan gitu, maksud aku tuh kan biasanya abang mengendarai mobil setiap hari," kata Pelita menjawab perkataan Kevin.
"Ayo ahhh aku laper nih, " ajak Darma menghentikan perdebatan kecil antara Kevin dan Pelita
*
"Abang, mobil abang kemana?" Tanya Pelita ketika mereka menuju pulang kerumah.
"Dirumah, tadi aku pakai ojek online ke sirkuit," jawabnya sambil membuka kaca Helm yang dia pakai dari rumah.
"Pantesan," kata Pelita yang tidak meneruskan perkataannya.
"Pantasan kenapa?" Tanya Kevin penasaran.
"Gak apa-apa?" Kata Pelita membuat Kevin penasan dan menghentikan laju motornya di pinggir jalan.
"Kok berhenti?" Tanya Pelita bingung.
"Aku gak suka kalau kamu ngomong setengah-setengah.
"Sama dong Pelita Juga gak suka kalau abang tiba-tiba ngediem aku tiba-tiba kaya kemarin," kata Pelita membahas yang lain.
Kevin menengok ke arah Pelita yang duduk dibelakang motor.
"Kemarin aku pusing sama tugas kuliah bukan ngediem kamu kok," jawab Kevin menutupi kebenaran yang sebenarnya dia gak suka dekat-dekat dengan Darma tapi Kevin tidak mungkin melarangnya karena mereka sudah berteman dari kecil dan Darma juga terlihat sangat menjaga Rara.
"Beneran?" Tanya Pelita seperti gak percaya.
"Iya terus kamu sendiri kenapa tadi ngomong pantesan gak diterusin," kali ini Kevin yang penasaran.
"Pantesan abang pake helm," kata Pelita sambil nyengir di balik helm yang dipakainya.
Deringan telepon Kevin berbunyi ternyata iqbal yang meneleponnya.
"Aku terima telpon dulu, Kevin turun dari motor lalu berjalan agak menjauh dari Motor Pelita yang diparkirkan di pinggir jalan
Iqbal:
"Dimana Bro?"
Kevin:
"Dijalan."
Iqbal:
"Dijalan mana, bisa ketemu gak?"
Kevin:
"Ada apa memangnya?"
Iqbal:
"Ada yang mau gue omongin."
Kevin:
"Ngomong aja."
Iqbal:
"Gak bisa ditelepon ngomongnya ketemu di Kafe di jalan flamboyan yuk."
Kevin:
"Boleh tapi gue bawa cewek gue gak apa-apa?"
Iqbal:
"Katanya tadi lagi dijalan."
Kevin:
"Iya dijalan ama cewek gue." Kevin mengambil foto Pelita yang sedang duduk diatas motor menunggu dirinya menerima telepon. Lalu mengirimnya pada Iqbal.
Iqbal:
"Oooh ya sudah gak usah tar aja deh, sory bro ganggu." Iqbal menutup sambungan teleponnya.
"Yu pulang," Kevin menaiki kembali motornya dan melaju untuk pulang.
"Eh Ta antar aku dulu ke tempat latihan futsal ya mau rubah jadwal tapi blm ada balasan di wa jadi mendingan kesan deh," pinta Kevin yang iya kan oleh Pelita.
"Tapi lapor Tante dulu ya Bang, Aku takut Tante nyari," kata Pelita pada Kevin.
"Gak usah tadi aku udah bilang mau jemput kamu sama Kamu, yang penting kalau Mami telpon jawab aja." Kembali Pelita menyetujui perkataan Kevin.
"Pegangan aku mau ngebut," pinta Kevin yang membuat Reflek Pelita memeluk pinggang Kevin, karena Kevin langsung menarik Gas dan memindahkan gigi motornya.