Pelita memarkirkan motornya di tempat parkiran motor di sekolahnya, kemudian dia masuk dengan menjinjing helm seperti biasa. Karena dia khawatir jika ditaruh di tempat parkiran helmnya akan raib digondol orang seperti waktu dahulu.
"Pak saya titip helm seperti biasa ya," katanya pada petugas parkir yang sedang duduk di dalam poskonya.
"Iya non taruh ini," jawabnya, dia sudah sangat paham pada kebiasaan Pelita dan Pelita jika awal bulan berita akan membayar untuk penitipan helmnya padanya, karena itu penjaga parkiran tidak pernah keberatan jika Pelita menitipkan helm pada dirinya.
"Ta," panggil seseorang memanggil namanya, Pelita menengok ke arah suara yang memanggilnya, ternyata Irfan temannya yang biasa bersamanya baik disekolah maupun diluar sekolah.
"Minggu besok kita ada balapan, lu mau ikut nggak. banyak yang nantangin lu tuh, apalagi cewek-cewek heboh itu kalau nggak ada lo, mereka bakalan kesenangan, karena si Wilam gak bakal nemple mulu sama lu" kata Irfan lagi sambil berjalan di sisi Pelita
"Gue belum tahu bisa ikut atau nggak, masalahnya gua kan baru pindah dan baru ikut sama teman bokap gua, jadi kalau keluar rumah hari Minggu atau libur gue nggak enak hati, jadi gue mikir dulu deh nanti kalau udah sebulanan gue tinggal di sana baru deh gue usahain biar bisa keluar rumah, karena kan kita kalau nongkrong pasti sampai tengah malam baru bubar, kalau dulu kan gue bisa bawa kunci rumah sendiri, pulang jam berapa juga nyoka bokap gue nggak tahu," kata Pelita karena biasanya dia akan keluar rumah ketika selesai makan malam dan mengeluarkan motornya perlahan Kemudian menyalahkan motornya setelah agak jauh dari rumahnya. Begitu juga kalau pulang dia akan mematikan motornya sebelum mendekati rumahnya dan memasukan ke dalam garasi,kemudian masuk kedalam rumah perlahan, karena dia punya kunci serep jadi dia akan aman-aman saja.
"Lagian lo sih pake mau tinggal bareng temen bokap lo, kenapa nggak lu tinggal di apartemen milik lo aja, kan ada tuh yang kosong," kata Irfan lagi pada Pelita menyesalkan keputusannya untuk tinggal bersama teman orang tuanya.
Bukan begitu Nyokap gua nggak setuju, kalau gua harus tinggal di apartemen sendirian, dia bilang Kalau kenapa-napa nanti enggak ada yang nolong . Gua sekarang lagi mikir, gimana caranya agar gue bisa pulang malam, tanpa mereka curiga dengan apa yang gua lakukan," kata Pelita sambil masuk kedalam kelasnya.
"Kalau kumpul enggak ada lu nggak asik Ta," kata Irfan lagi sambil duduk di sampingnya. Irfan adalah teman satu kelasnya, mereka duduk satu bangku. Pada dasarnya Pelita adalah anak yang cerdas. Begitu juga dengan Irfan, kesenangannya akan balap motor liar membuat mereka bisa berteman dekat dan yang bisa menjadi Sahabat.
Tak lama guru pelajaran matematika pun masuk kedalam kelas, mereka mulai mengikuti pelajaran tersebut. Setelah selesai pelajaran matematika, Pelita yang tidak bisa tidur semalaman merasa sangat mengantuk, dia memilih untuk tidur di dalam kelas, dia meminta dibangunkan jika guru bahasa Indonesia sudah datang ke kelas pada Irfan
"Ta Ta Bangun Bu Sari sudah masuk kelas, lo mau disemprot karena tertidur di mata pelajarannya," katanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pelita, yang sepertinya tertidur pulas.
"Ah lu ngeganggu orang tidur aja, ngantuk banget juga," katanya sambil tidur kembali, yang membuat Irwan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bu Sari masuk ke dalam kelas, Dia kemudian membagikan soal hasil ulangan minggu lalu kepada murid-muridnya.
"Ibu harap minggu nanti ulangan kalian bisa lebih bagus dari ini." pandangannya terhenti pada meja Pelita, dimana Pelita duduk dengan kepala menempel pada tasnya yang dijadikan bantal oleh dirinya, dia benar-benar pulas padahal Irfan sudah berapa kali membangunkannya.
"Pelita!! Panggil Bu Sari dengan suara yang sangat lantang membangunkan dirinya.
"Bangun, kamu pikir ini kamarmu. Kalau kamu ngantuk pulang sana tidak usah mengikuti pelajaran ibu," kata ibu Sari dengan nada yang tinggi, masih seperti tadi, kontan saja membuat Pelita terbangun dari tidurnya
"Maaf bu saya semalam bergadang karena nenek masuk rumah sakit, jadi saya harus menjaganya," kata Pelita berbohong.
"Iya tapi bukan berarti kamu bisa tidur di dalam kelas, kalau begitu sana cepat cuci muka kamu, agar kamu tidak mengantuk," kata ibu Sari sambil melototkan matanya ke arah Pelita.
"Emangnya Lo punya nenek? kalau punya kenapa lo tinggal sama orang lain buka sana nenek lo aja?" tanya Irfan pada Pelita sudah kembali dari kamar mandi dan mencuci wajah agar tidak mengantuk
"Punya tapi udah di alam baka, lu mau ikut?" kata Pelita terkekeh.
"Tadi lu bilang sama Bu sari Nenek lo dirawat dirumah sakit?" Tanya irfan bingung degan perkataan Pelita.
" Gue kan cuma bilang nenek, bukan bilang nenek gue," sahut Pelita dengan tampang tidak bersalah, yang membuat Irfan kembali hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah laku sahabatnya ini.
"Dasar anak jin, kalau ngomong emang paling bisa," Gerutu Irfan pada sahabatnya.
"Berisik ah, tar Nenek gayung ngomel lagi ama lo," Kata Pelita menghentikan protes sahabatnya. lalu kembali fokus pada pelajarannya.
*
"Fan bantuin gue bikin jadwal yu sekalian sambil beli bakso malang, gue lapar nih," Ajak Pelita pada Irfan.
"Asyik Traktir kan?" kata Irfan sambil mengikuti langkah Pelita keluar kelasnya.
" Doni sama Kiting aak jangan? Eh tuh si cungkring tau aja kala kita mau makan enak," Tujuk Irfan pada temannya Darma yang berbadan tinggi namun kurus.
"Mau kemana lu, Kantin ya? Ikut dong katanya sambil berjalan di belakang Pelita.
"Ta katanya lu pindah rumah ya, kata si item rumah lo yang menempati orang londo?" tanya Darma sambil masih mengikuti langkah Pelita.
"Bukan pindah, Bokapnya dinas di Perancis nah dia sekarang tinggal sama Omnya jadi tuh rumah disewain sama orang londo itu," Irfan memberi penjelasan pada Damar.
"Ohhh Dinas di Perancis bokap lo, kenapa lu gak ikut Ta sapa tahu nanti ketemu Rossi disana," Pelita langsung tertawa mendengar perkataan Darma.
"Woy Valentino Rossi itu orang Itali bukan orang Perancis no Louis vuitton buatan Perancis. Ngaco lu ah." Mereka lalu tertawa.
"Botak, udah disini aja lu kirain gue lu masih di kelas," Darma lalu duduk dibangku temannya yang dipanggil botak, karena sejak kelas 1 hingga sekarang Edo memang tidak pernah memiliki rambut bahkan sudah tumbuh sesenti pun dia langsung memotong rambutnya, alasanya panas dan gerah.
Mereka lalu duduk berdekatan dan memesan masing-masing satu mangkok bakso dan dari keenam pria tersebut perempuannya hanyalah Pelita. Jika ditanya alasannya mengapa dia lebih dekat dengan kaum pria karena dia tidak suka berghibah apalagi harus membicarakan teman sendiri.
"Perempuan bibirnya boleh dua tapi bukan berarti lancar kaya jalan tol kalau ngomongin orang lain," itu yang sering dia katakan pada teman wanitanya yang senang bergosip dan mengumbar kejelekan orang lain.