Chereads / Bini Gue Mantan Preman / Chapter 9 - Ide Cemerlang Cungkring

Chapter 9 - Ide Cemerlang Cungkring

Pelita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan sahabatnya itu, sahabat-sahabatnya memang kalau berbicara mereka suka asal alias asal jeplak.

"Ya maklum ah gue kan cowok lembut, gak pernah maen kasar jadi gak ngerti," Kata Darma membela diri.

"Mahluk halus kali lu, alias lelembu," Jawab Edo membuat yang lain tertawa.

"Lagi pula kalau dia nggak jago beladiri, kemaren lu dikeroyok sama geng bule sarap bisa-bisa lu udah bonyok," kata Irfan mengingatkan pada Darma yang membuat Darma tersenyum sambil mengusap-usap kepala Edo yang botak

"Ya udah gini aja deh, gua tulisnya kita akan pulang jam 3 nih terus dari jam 3 gua ikut pelatihan rakit motor, Nah gua kan pernah khusus tuh walaupun gua nggak bilang-bilang sama nyokap waktu itu, nanti kalau mereka tanya atau mereka yang ngetes gua, kan gue tahu, secara gue pernah kursus," Kata Pelita sambil tersenyum.

"Terus besoknya apaan. Masa tiap hari lu mau kursus ngebengkel doang tiap hari? kagak bakalan Percayalah tuh temen nyokap lu." yang lain setuju dengan perkataan cungkring.

"Apaan lagi ya, oh gini aja. Belajar kelompok lo nggak usah tuh bikin jadwal, nggak usah dimasukin ke jadwal lu maksud gua. Bereskan," kata cungkring masih asyik menikmati kerupuk yang tadi diambil dari atas meja.

"Pinter juga lu, tumben otak encer," kata Pelita Sambil tertawa lalu menulis kembali jadwal yang dia buat dibantu oleh teman-temannya itu.

"Nah udah beres kan, sekarang jadwal lo. udahlah gak usah dibikin ribet, kalau lu pulang telat lo tinggal bilang deh kerja kelompok, alias kerkel gitu dah kerkel apaan kek, kan gampang tuh," kata Cungkring kemudian mereka tertawa tawa dengan akal-akalan dari cungkring yang memiliki nama asli Andreas. Sementara perempuan-perempuan yang ada di belakang hanya bisa melihat ke arah mereka berkumpul mereka, tidak pernah heran kala Pelita selalu ada di gerombolan pria-pria aneh versi cewek-cewek itu. Aneh, karena mereka tidak pernah tertarik dengan cewek-cewek cantik disekolah apalagi menggodanya, padahal tampang mereka juga tidak jelek.

Bel masuk pun berbunyi, mereka lalu kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan pelajaran berikutnya jam masih menunjukkan pukul 1 siang mereka memang beristirahat dari pukul 12 siang hingga jam 1 kemudian dilanjutkan dengan pelajaran berikutnya hingga pukul 3 sore.

*

Pelita masuk ke dalam halaman rumah Jason tampak Lydia sedang menyirami tanaman kesayangannya.

"Sore Tante," kata Pelita sambil mencium punggung tangan Lidya.

"Sore Kok baru pulang Ta? Bukannya kamu jam 3 sudah keluar kelas ya. Sekarang sudah hampir maghrib loh," Kata Lidya bertanya sambil tetap masih menyiram tanamannya.

"Maaf Tante, Hari ini aku ada kerja kelompok. Jadi pulangnya terlambat karena tugasnya harus dikumpul besok," kata Pelita memberikan alasannya.

"Oh begitu, Nanti lagi kabari Tante ya kalau kamu pulang terlambat, tadi tante mau telpon kamu kalau magrib belum sampai rumah, eh untungnya kamu sudah sampai rumah sebelum magrib." Lydia tersenyum kearah Pelita lalu dia mencuci tangannya dengan air yang dia pergunakan untuk menyiram tanaman.

"Kerja kelompok dimana?" tanya Lydia lagi.

"Di rumahnya Irfan . Biasanya kita kalau mengerjakan tugas memang seringnya disana tan.

"Oh begitu, kapan-kapan boleh lah kamu ajak teman-temanmu untuk mengerjakan tugas disini, Tante senang kok kalau ada teman kamu yang mau main kesini," Kata Lidya kembali tersenyum lalu mematikan air keran yang dia pergunakan untuk menyiram tanamannya.

"Ya sudah kalau begitu, Pelita masuk dulu ya Tan. Panas dan gerah rasanya badan, ingin mandi dulu," kata Pelita kemudian pamit masuk ke dalam rumah, sementara Lydia hanya tersenyum memandangi punggung Perita yang masuk ke dalam rumahnya.

"Pelita," Lydia memanggil dari ruang tengah, dia berteriak memanggil Pelita karena kamar Pelita berada di lantai atas di samping kamar Kevin, Pelita yang baru selesai sholat magrib bergegas keluar kamarnya.

"Ya Tan?" Jawab Perita keluar dari kamarnya. Dia masih menggunakan mukena dan belum sempat melepasnya.

"Oh kamu habis sholat toh. Ayo turun sini, ini ada kakaknya Kevin datang. Tante kenalkan. Namanya Reno," Kata Lidya sambil menengadah kepala ke atas karena Pelita masih ada dilantai atas didepan pintu kamarnya.

"Iya Tan Sebentar, aku mau melipat mukenanya dulu ya." Perita kemudian masuk kembali kedalam kamarnya. Pelita Melipat mukena yang tadi dia pakai, kemudian keluar dari kamar dan turun menuju ruang tengah. Disana ada seorang pria yang sepertinya lebih tua daripada Kevin yang menurut perkiraan Pelita dia kakaknya Kevin yang dimaksud oleh Lydia tadi.

"Ini Mam anaknya om Benni, cantik juga kata Reno sambil tersenyum lalu dia mengulurkan tangannya pada Pelita untuk memperkenalkan diri.

"Reno," kata Reno menjabat tangan Pelita.

"Pelita," jawabnya sambil melepaskan pegangan tangan dari Reno.

"kamu kelas berapa?" Tanya Reno sambil tersenyum, dia memang selalu ramah pada setiap wanita. Berbeda sekali dengan Kevin yang lebih cuek, jika Bertemu dengan wanita.

"Aku Kelas 1 kak," kata Pelita sambil duduk di samping Lidya.

"SMA mana?" Tanya Reno lagi. Kemudian Pelita memberitahu nama salah satu sekolah SMA Negeri Favorit yang merupakan tempat dia menuntut ilmu sekarang.

"Wah hebat dong itu kan salah satu sekolah negeri tapi masuk sekolah Favorit. Berarti kamu pintar dong bisa sekolah di sana," Kata kata Reno memuji Pelita kemudian kembali Reno tersenyum.

"Biasa saja kak saya tidak pintar-pintar amat, tapi alhamdulillah saya juga tidak bodoh-bodoh amat," kata Pelita. Seperti biasa dia memang terkenal sangat cuek dan tidak bisa bersikap manis layaknya anak gadis yang bertemu dengan pria tampan semacam Reno.

"Hahaha bisa saja kamu, Lalu kegiatan kamu apa lagi selain sekolah, misalnya kamu les nyanyi atau Dance gitu?" tanya Rena memancing pembicaraan. Reno memang pandai memulai pembicaraan, padahal Pelita terkenal sulit diajak bicara dengan orang yang baru bertemu kecuali 6 temannya itu.

"Bengkel,"kata Pelita singkat namun dengan wajah serius tanpa ada sedikitpun senyum di wajahnya.

"Maksud kamu bengkel gimana? Masa sih cewek cantik macam kamu ngebengkel?" tanya Reno seperti tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Nge Bengkel motor, aku sekarang sedang kursus merakit Motor. Suatu saat aku berharap bisa menjadi seorang sarjana teknik mesin dan bisa merancang Motor sendiri. Jadi kita tidak perlu mengekspor motor dari luar negeri lagi," kata Pelita dengan wajah yang serius.

"Iya sih, tapi cewek secantik kamu Masa sih mainannya bengkel? Bengkel itu kan kotor belum oli-oli yang menempel," kata Reno seperti tidak percaya sementara Lydia yang memperhatikan pembicaraan Reno dan Pelita hanya bisa tersenyum, tak lama Jason keluar dari kamarnya mendengar pembicaraan putra keduanya dengan Pelita.

"Kamu nggak lihat kendaraan yang dia pakai sekarang apa? untuk pergi dan pulang sekolah?" tanya Jason pada Reno.

"nggak tahu? Memangnya kamu pakai apa pergi dan pulang sekolah, motor matic? wajarlah biar nggak macet di jalan kata Reno lagi.

"Coba kamu cek di depan rumah, ada tidak motor matic?" kata Jason membuat Reno penasaran, lalu berdiri dan berjalan ke depan rumahnya dia tidak menemui sebuah motor matic di sana namun dia malah menemui sebuah motor besar dengan cc 250 berwarna kuning spotlight nangkring di depan rumahnya.

"Seriusan nih cewek pakai motor ini, badan dia kan enggak gede. Apa nggak takut ketiup angin ya?" kata Reno sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal