Chereads / Dear, Husband. I Love You. / Chapter 3 - Orang Ketiga

Chapter 3 - Orang Ketiga

Written by : Siska Friestiani

Dear, Husban. I Love You : 2021

Publish Web Novel : 05 Maret 2021

Instagram : Siskahaling

*siskahaling*

Ify sedang sibuk di dapur. Seperti biasa ia sedang menyiapkan makan siang untuk Rio. Meski sekali pun masakannya tak pernah di sentuh oleh Rio. Namun inilah Ify, gadis yang entah terbuat dari apa hatinya. Senyum Ify langsung mengembang di bibirnya saat ia mendengar suara mobil Rio di halaman rumah. Ify mematikan api kompornya lalu dengan pasti melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, menyambut suaminya pulang.

Langkah Ify terhenti saat Rio pulang tidak sendiri. Di sebelahnya ada seorang gadis cantik yang dengan santai mengapitkan lengan dengan tangan Rio. Ify tau bahkan sangat tau siapa gadis itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Shilla. Kekasih Rio. Tunggu apa masih bisa di bilang kekasih Rio saat ia sudah menyandang status sebagai istri Rio?

"Kamu mau minum apa sayang?" tanya Rio yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Dengan Shilla yang bersandar di bahunya. Ify yang melihat hanya bisa menghela napas dan tersenyum kecut. Bahkan ini kali pertamanya Rio membawa Shilla ke rumah mereka. Apa ia sudah benar-benar tidak punya harapan lagi untuk bisa hidup bersama Rio?

"Apa aja sayang" jawab Shilla dengan suara manja yang terdengar begitu menyesakkan untuk Ify. Ingin rasanya Ify melempar Shilla keluar dari rumahnya sekarang. Bagaimana mungkin Shilla masih terus bersama Rio yang jelas-jelas sudah mempunyai istri.

"Eh, lo?" panggil Rio ke Ify yang tidak ada manis-manisnya. Ify yang merasa Rio memanggilnya melangkah lebih dekat menuju Rio dan Shilla

"Iya, Yo"

"Buatin minum gih" perintah Rio, tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Ify saat ini. Ify hanya mengangguk tanpa berani banyak komentar. Ia lebih memilih diam dan berusaha menahan rasa cemburunya saat ini. Ini bahkan lebih manyakitkan dari pada Rio yang memaki dan membentaknya setiap hari.

Lima menit Ify kembali dengan membawa dua gelas jus jeruk dan langsung meletakkannya di meja sofa, tempat dimana Rio dan Shilla duduk. Ify sesekali melirik Shilla yang terus bermanja-manja bersama Rio. Rasanya jika Tuhan membuka lowongan untuk pergi meninggalkan dunia ini. Mungkin Ify akan mendaftar menjadi salah satu peserta.

"Eh, sekalian ambilin cemilan dong" Ify langsung membelalakkan matanya tak percaya mendengar ucapan Shilla barusan. Hey, ia disini pemilik rumah bahkan istri dari Rio. Bukan pembantu.

"Maaf, saya bukan pembantu disini" Ify menatap sinis Shilla, mencoba melawan perempuan jalang dihadapannya, yang di balas tatapan remeh dari Shilla.

"Lo memang bukan pembantu, tapi lo istri yang nggak pernah dianggap sama suami lo" sinis Shilla membuat Ify langsung bungkam. Bagaimana pun apa yang Shilla katakan barusan memang benar adanya. Ia hanyalah seorang istri yang tidak di anggap. Terus Shilla sendiri pantas di sebut apa yang masih berani mendekati laki-laki yang sudah mempunyai istri? Ify mengepal tangannya kuat-kuat. Ingin sekali Ify membungkam atau merobek mulut perempuan yang ada di hadapannya ini.

"Kenapa diem? Baru sadar apa yang gue ucapin itu memang bener?"

"Udah Shilla udah" bentak Rio tiba-tiba. Membuat Shilla langsung menatap Rio tak suka. Baru kali ini lah Rio membentaknya dan itu gara-gara Ify. Ify sendiri menatap Rio tak percaya saat Rio membentak Shilla.

"Kamu belain istri kamu yang gak tau diri ini ha?" Shilla membalas bentakan Rio dengan nada membentak pula.

"Aku gak belain dia. Aku gak mau kamu buang-buang energi hanya untuk berdebat sama dia. Percuma"

Ify merasa di terjunkan ke jurang yang amat sangat dalam yang seketika itu langsung membuat tubuhnya hancur berkeping-keping. Perkataan Rio barusan bagai samurai yang langsung mencabik-cabik hatinya. Ify menunduk lemas. Bahkan air mata Ify sudah terjun bebas di pipinya.

"So, lo kenapa masih disini? Pergi sana" usir Shilla menatap kesal Ify.

Ify kembali menarik nafasnya dan menghembuskan kembali secara perlahan. Ini lah yang selalu Ify lakukan untuk mencoba menenangkan hatinya. Ify memberanikan diri mengangkat kepalanya. Matanya langsung tertuju ke Rio yang dari tadi ternyata juga memperhatikannya. Ify menghapus air matanya lalu tersenyum lembut menatap Rio

seolah berkata 'Aku nggak papa, Mario'. Dan entah kenapa hati Rio terasa nyeri saat melihat senyum itu. Senyum yang menunjukkan kemirisan.

"Aku ke dalam dulu, Yo" lirih Ify dan melangkah pergi ke kamar. Lebih baik ia berdiam diri dikamar dari pada harus melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin melarang Rio membawa wanita lain ke rumah mereka. Lebih tepatnya Ify tidak mau Rio semakin marah padanya jika ia melarang-melarang Rio. Rio sendiri tidak bisa bicara apa-apa, hanya matanya saja yang menatap punggung Ify yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.

*siskahaling*

Ify langsung menumpahkan semua rasa sesak yang sudah ia tahan dari tadi. Ify menangis sepuas hatinya. Sampai kapan ia harus seperti ini? Tidak dianggap oleh suami sendiri. Ia mungkin masih bisa bertahan. Namun hatinya apa masih bisa bertahan jika setiap hari harus menahan sesak dan sakit secara bersamaan?

Ify meraih foto Rio yang terletak di meja rias dan setelah itu memilih duduk di sofa yang setiap hari menjadi tempat tidurnya. Ify menatap lembut foto Rio yang terbingkai apik ditangannya. Memuji semua yang dimiliki laki-laki yang sudah menyandang status sebagai suaminya. Mulai dari manik hazel yang begitu Ify sukai walaupun hanya tatapan tajam dan marah yang selalu ia dapatkan. Lesung pipi yang semakin menambah ketampanan suaminya ketika tersenyum. Rambut hitam yang selalu Ify usap diam-diam ketika Rio tertidur. Rahang kokoh yang membingkai indah wajah suaminya, bahkan senyum manis yang mampu memporak-porandakan hatinya. Walaupun sekali saja Ify tak pernah mendapat senyum manis suaminya.

"Do'ain aku Yo, semoga aku masih bisa bertahan untuk terus di samping kamu" ucap Ify dengan senyum manisnya sembari membelai lembut foto Rio yang terpajang indah di bingkai berukuran 5R itu.

"Kalau suatu saat aku lelah, aku izin untuk istirahat sebentar ya. Karena aku hanya perempuan biasa Yo. Yang suatu saat pasti bisa merasakan lelah" tambah Ify.

"Aku pasti masih bisa bertahan kalau cuma dapat cacian sama bentakan kamu tiap hari. Tapi aku gak akan bisa tahan kalau harus lihat kamu dekat-dekat sama wanita lain" Ify masih terus mengeluarkan uneg-unegnya. Berharap foto itu dapat menjawab dan mendengar semua perkataannya.

"Aku egois ya? Mungkin aku egois, Yo. Tapi aku memang gak rela lihat kamu dekat sama wanita lain. Apa aku memang begitu menjijikkan sampai kamu melirik aku saja gak mau?"

"Aku cinta kamu Mario" hingga akhirnya Ify terlelap dengan sendirinya karena terlalu lelah.

***