Written by : Siska Friestiani
Dear Husband I Love You : 2021
Publish Web Novel : 10 Maret 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
Perawat baru saja selesai melepas infus Ify, sekaligus pengecekan terakhir kondisi Ify sebelum di perbolehkan pulang. Rio sudah berada disana menemani Ify. Sedangkan Jo mendapat perintah dari Rio untuk menebus obat Ify di apotek rumah sakit.
"Hati-hati!" Rio menangkap tubuh lemas Ify yang limbung. Ify mengerjapkan mata mencoba menormalkan pandangannya yang sempat berputar. Berbaring terlalu lama ternyata cukup berefek untuk tubuhnya.
Rio yang tidak tega akhirnya membopong Ify, membawanya ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Ify menggigit bibirnya menahan senyum. Rio benar-benar membuat jantungnya terus berdebar sejak tadi.
"Gue tunggu di luar" ucap Rio lalu beranjak dari kamar mandi, meninggalkan Ify untuk berganti pakaian.
Lima belas menit Ify selesai berkemas. Kini mereka sudah berada di Limousine mewah milik Rio. Rio sendiri yang menyetir. Jo menjaga di belakang dengan mobil lainnya.
Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Hanya suara mesin mobil yang terdengar.
Empat puluh menit kemudian, mereka sampai. Martha bahkan sudah menunggu di depan rumah menyambut kepulangan Ify. Perempuan paruh baya itu cukup terkejut begitu mengetahui kabar Ify masuk rumah sakit, padahal sebelumnya ia dan Ify sempat mengobrol via telepon.
"Bibi Martha!" pekik Ify senang. Ia sudah sangat merindukan perempuan paruh baya itu.
"Perhatikan langkahmu, Ify" Rio langsung meraih pinggang Ify dan merapatkan tubuh mungil istrinya itu dengan tubuhnya. Sial! Perempuan ini selalu saja membuatnya merasa cemas.
"Ceroboh!" hardik Rio kesal. Ia tidak suka, ia tidak suka jika jantungnya harus terus maraton melihat kecerobohan perempuan bodoh ini. Lagi pula, kenapa sekarang ia begitu mengkhawatirkan Ify?
"Maaf" lirih Ify merasa bersalah. Lagi-lagi ia membuat Rio marah.
Martha tersenyum melihat keduanya. Lalu membalas pelukan Ify begitu gadis itu memeluknya penuh kerinduan. Ia juga merindukan gadis periang ini.
"Bibi" sapa Rio lalu meraup perempuan paruh baya itu kepelukannya. Martha terkekeh. "Kenapa? Kamu juga merindukan perempuan tua ini?" goda Martha yang dibalas dengusan kesal oleh Rio.
Rio melepas pelukannya pada Martha, lalu menatap Ify datar. Tanpa ekspresi.
"Masuk, diluar mendung. Gue nggak mau lo sakit dan semakin merepotkan" ucap Rio dingin lalu langsung beranjak dari sana.
Ify menunduk dalam. Ternyata Rio kerepotan selama mengurusnya di rumah sakit. Dan yang Rio lakukan hanya sebatas tanggung jawabnya sebagai suami. Bukan didasarkan rasa cinta padanya.
Ify menghela napas, tidak apa-apa. Ify seharusnya bersyukur Rio Masih mau bertanggung jawab atas dirinya.
"Jangan sedih nak, Tuan hanya bingung, ia tidak bisa menunjukkan ekspresi sayangnya kepadamu secara gamblang" ucap Martha.
Ify menggeleng "Nggak, Bi. Rio cuma melakukan tanggung jawabnya saja sama Ify. Rio nggak sayang ke Ify"
Martha tersenyum, lalu mengusap kepala Ify sayang "Percaya sama Bibi nak, Bibi sudah ikut merawat Tuan Rio sejak beliau lahir bersama Nyonya Manda"
"Sekarang ayo masuk. Kamu nggak mau bikin Tuan tambah marah kan?" ucap Martha lalu menghela Ify untuk masuk kedalam rumah.
***
Rio menyusul Martha ke dapur setelah memastikan Ify istirahat di kamarnya. Perempuan itu keras kepala, bahkan Ify berniat membantu Martha di dapur untuk memasak. Shit! Rio kesal dengan sifat Ify yang satu itu.
"Tuan?" Martha mengernyit heran. Tumben Rio ke dapur. Laki-laki itu bahkan tidak pernah lagi makan di rumah semenjak menikah karena memang Ify yang selalu memasak.
"Bibi memanggil Ify tanpa embel-embel Nyonya. Sedangkan aku Bibi panggil Tuan?" Dengus Rio tak suka. Rio sudah berulang kali mengingatkan Martha untuk tidak memanggilnya Tuan. Namun perempuan paruh baya itu selalu menjawab,
"Tuan akan selalu menjadi Tuan kecil Bibi yang menggemaskan. Bibi sudah terbiasa dengan panggilan itu. Bibi tidak akan merubahnya" jelas Martha, Rio mendengus.
"Terserah Bibi saja" pasrahnya.
"Aku ingin memasak" ucap Rio setelahnya. Martha terkejut mendengar ucapan Rio.
"Tuan ingin memasak? Tidak perlu, selama Ify sakit biar Bibi yang memasak"
Rio menggeleng "Justru itu, aku tidak ingin perempuan menyusahkan itu semakin sakit. Aku harus memastikan tidak ada pedas dan asam di makanannya" Rio mengernyit bingung ketika mulai melihat bahan-bahan masakan di atas meja dapur.
Martha tersenyum, jadi Tuannya ini sudah mulai mencintai istrinya? Walaupun masih bermulut kasar dan pedas. Tapi tingkahnya bahkan begitu manis dengan istrinya.
"Ini apa, Bi?" tanya Rio mengangkat salah satu bahan rempah.
"Itu jahe" jawab Martha
"Apa rasanya pedas?" tanya Rio polos. Martha terkekeh.
"Tentu, jika terlalu banyak di konsumsi, membuat tubuh menjadi panas" jelas Martha.
Rio cemberut "Buang, perempuan menyusahkan itu tidak boleh mengonsumsi ini" ucap Rio yang langsung membuang jahe itu kelantai.
Martha menggeleng gemas lalu mengambil kembali jahe yang Rio buang.
"Tidak apa-apa Tuan, ini rempah yang di tambahkan di masakan. Tidak akan menimbulkan rasa pedas atau asam di masakan"
Rio mendengus "Tapi perempuan menyusahkan itu--"
"Ify Tuan, Ify istri Tuan, bukan perempuan menyusahkan" Martha tersenyum menjelaskan.
Rio berdecak kesal "Dia memang menyusahkan dan juga bodoh"
"Ayo masak, sebentar lagi malam. Ify harus segera makan dan meninum obatnya kan?" Ingat Martha lalu Rio mengangguk setuju.
'Ify harus lihat ini, Nak. Suamimu ini sangat menggemaskan' bisik Martha dalam hati.
***
"Makan" ucap Rio dingin saat Ify hanya melihat saja makanannya.
Apa-apaan ini? Kenapa semua makanannya tidak ada yang menggugah selera?
Dan juga, Ify masih tidak percaya kalau yang duduk dimeja makan sekarang adalah Rio. Ini baru kali pertamanya Rio duduk dimeja makan bersamanya. Biasanya laki-laki itu hanya mau duduk semeja makan dengan dirinya jika sedang makan dirumah Manda, mertuanya.
Martha terkekeh, ia tahu apa yang Ify pikirkan.
"Dimakan, Nak. Tuan sangat repot tadi memasaknya untuk mu"
Ify terkejut, Rio memasak? Rio menggeram menatap Martha kesal, sedangkan Martha hanya terkekeh saja.
"Mana mungkin aku memasak. Ke dapur saja tidak pernah" elak Rio.
"Benarkah? Lalu yang mengeluh untuk membuang jahe dan semua cabai di meja dapur tadi bukan Tuan?" Martha kembali menggoda Rio.
"Makan saja makananmu Bibi" jengkel Rio lalu berdiri dari kursinya.
"Habiskan makananmu" ucap Rio dingin lalu beranjak dari sana.
"Lihat, Nak. Suamimu menggemaskan bukan?" kekeh Martha lalu kembali menyuapkan makanannya. Membiarkan saja Ify yang kebingungan seperti orang bodoh karena tidak tau apa-apa.
Tapi satu hal yang Ify tau. Rio berbeda. Sejak di rumah sakit bahkan saat dirumah pun sikapnya mulai berbeda. Entahlah, Ify tidak ingin berharap terlalu banyak, tapi semoga ini awal ia dan Rio bisa memulai hidup sedikit lebih baik.
***