Written by : Siska Friestiani
Dear Husband I Love You : 2021
Publish Web Novel : 09 Maret 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
Rio terpaku, menatap Ify yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Rio tidak bisa lupa bagaimana rasa khawatir yang ia rasakan saat mengetahui Ify pingsan didalam dekapannya ketika mereka menuju rumah sakit. Perempuan ini... Istri yang tidak pernah ia anggap ini, kenapa sekarang mulai membuatnya gusar?
Rio menghela nafas. Kembali teringat perkataan dokter yang mengatakan kalau Maag Ify kambuh. Perempuan bodoh! Rio kembali kesal. Memikirkan Ify yang memilih tidak memakan makanan yang dibawa karena menganggap itu adalah miliknya. Aishhh, bodoh sekali istrinya itu.
Alyssa Saufika Naraya. Perempuan yang harus ia nikahi atas permintaan kedua orang tuanya. Perempuan yang setiap hari memenuhi kebutuhannya, menyiapkan segala keperluannya, namun tidak Rio acuhkan. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda untuk Rio. Perlahan, ia merasa hal berbeda dengan perempuan itu. Rio tidak tau kenapa.
Sampai akhirnya, Rio tertidur di kursinya karena terlalu lelah. Dengan tangan yang menggenggam lembut tangan Ify. Nyaman, dan Rio suka dengan sensasi nyaman yang ia rasakan ketika jemari mereka saling bertaut.
*Siskahaling*
Ify terbangun, dengan wajah kebingungan. Seingatnya ia berada di ruangan Rio menunggu suaminya selesai bekerja. Tapi sekarang, begitu ia terbangun, ia sudah berada di ruangan asing dengan bau obat-obatan yang cukup menyengat. Ify menghela nafas, ia dirumah sakit. Ify benci rumah sakit!
Ify mencoba bangun dari tidurnya. Cukup sulit karena tubuhnya masih terasa lemas. Setelahnya, Ify menyandarkan tubuhnya di ranjang inap. Begini lebih baik, ia lelah jika harus terus berbaring.
"Bodoh!" Ify terkejut, ada orang lain di ruang inapnya. Lebih terkejut lagi begitu tau Rio lah orangnya. Laki-laki itu sedang menatapnya. Duduk bersila di sofa dengan tangan yang terlipat di dada. Tidak heran fasilitas di kamarnya lengkap. Rio memesan kamar VVIP untuknya.
Hening! Tidak ada yang membuka suara. Rio masih menatap Ify intens dengan manik hazelnya. Sedangkan Ify menunduk takut.
'Rio pasti marah' batinnya.
"Selamat pagi" sapaan ramah itu menyelamatkan suasana mencekam yang Ify rasakan. Seorang perawat masuk, mendorong Food Trolley membawa makanan dan obat untuk Ify.
"Sudah lebih baik, Mrs?" tanya perawat itu ramah. Ify hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Sarapan dan obat anda Mrs. Amora. Obatnya diminum sebelum makan ya Mrs" perawat itu meletakan satu persatu makanan dan obat untuk Ify. Lalu setelahnya memeriksa infus, memastikan masih terpasang dengan benar.
"Mr. Amora. Dokter Alvin menunggu anda di ruangannya. Ada beberapa hal yang ingin dokter Alvin sampaikan" ucap perawat itu pada Rio sebelum akhirnya permisi meninggalkan ruang inap Ify.
Suasana kembali hening setelah perawat keluar dari ruang inap. Ify menunduk, meremas ujung baju pasien yang ia kenakan. Gugup.
Suara kursi ditarik memecah keheningan. Takut-takut Ify melirik melalui ekor matanya. Rio, laki-laki itu sudah duduk disamping ranjangnya.
"Minum" ucap Rio menyodorkan tiga buah obat dengan warna dan ukuran berbeda. Ify meringis menatap obat dan Rio secara bergantian.
"Alyssa" geram Rio saat Ify tak berniat meminum obat yang ia sodorkan.
"Lo minum sendiri, atau gue bantuin pakai mulut gue" detik itu juga, Ify mengambil tiga butir obat dari tangan Rio lalu menenggaknya sekaligus.
"Uhukkk..." Ify terbatuk. Tangannya refleks memukul dadanya yang terasa nyeri. Menelan tiga butir obat sekaligus bukanlah keahliannya. Tadi begitu mendengar ancaman Rio, Ify refleks menelan semuanya.
"Gadis bodoh!" geram Rio melihat tingkah istrinya. Tangannya ikut menepuk lembut punggung Ify. Membantu meredakan efek tersedak.
"Lebih baik?" tanya Rio sembari meraih gelas kosong dari tangan Ify lalu meletakkannya di nakas.
Ify mengangguk, tenggorokannya masih perih untuk bersuara.
"Sekarang, makan sarapanmu" Rio kembali menyodorkan mangkuk bubur kepada Ify. Dengan ragu Ify menerimanya.
Bukan apa-apa, hanya saja hari ini Rio sangat berbeda. Lebih lembut dan perhatian padanya. Apakah ia sedang bermimpi?
Rio jengah ditatap seperti itu oleh Ify. Tatapan seolah-olah ia telah melakukan sesuatu yang mustahil. Gemas karena Ify tidak juga memakan buburnya, Rio mengambil alih mangkuk tersebut.
"Makan!" Rio menyuapkan sesendok bubur kepada Ify. Tapi Ify masih tetap diam.
"Ify! Berhenti memasang wajah bodoh seperti itu" Rio menaikkan nada suaranya. Ify tersentak, lalu memakan suapan bubur dari Rio.
"Kenapa?" tanya Rio karena Ify masih saja menatapnya. Ify menggeleng lalu kembali menunduk.
Rio menghela nafas. Ada yang aneh dengan Ify. Perempuan itu tidak seceria biasanya.
Hening, hanya suara dentingan sendok dan mangkuk yang terdengar. Keduanya kembali bungkam.
"Udah" lirih Ify serak, begitu Rio menyodorkan kembali suapannya "Buburnya nggak enak, rasanya pait" Rio mengangguk mengerti. Tidak apa-apa, setidaknya perut Ify tidak kosong walaupun perempuan itu hanya makan tiga suap saja.
"Istirahat" ucap Rio sembari membantu Ify berbaring lalu membenarkan letak selimutnya.
"Gue keruangan dokter dulu" tambahnya. Lalu kemudian beranjak keluar dari ruang inap Ify.
Ify mengerjap-ngerjapkan matanya. Masih tak percaya yang tadi bersamanya adalah Rio, suaminya. Ify menepuk pipinya berulang kali, semakin lama semakin keras.
"Ahh.." lirih Ify saat pipinya terasa sakit dan panas. Berarti ia sedang tidak bermimpi.
Senyum Ify semakin mengembang. Lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya memerah malu. Perlakuan Rio tadi benar-benar membuatnya semakin mencintai suaminya itu.
*Siskahaling*
"Kondisinya sudah stabil. Lo bisa bawa pulang istri lo hari ini setelah infusnya habis" ucap Alvin sambil membaca rekam medis hasil pemeriksaan Ify.
Rio hanya mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Alvin, sahabatnya sekaligus dokter yang memeriksa Ify.
"Pastikan untuk menjaga pola makan istri lo. Gue nggak menjamin kejadian seperti ini nggak terulang lagi kalau lo masih nggak menjaga pola makannya" tambah Alvin kemudian.
"Ada luka di lambungnya" Alvin menjeda ucapannya. Mendengar itu Rio jadi cemas.
"Kita baru mengetahui setelah melakukan pemeriksaan malam itu"
"Apa berbahaya?" Rio bertanya dengan nada cemas yang kentara.
"Tentu" jawab Alvin "Kalau lo nggak menjaga pola makan dan jenis makanan yang Ify makan tentu berbahaya" Alvin melanjutkan.
"Jauhkan Ify dari makanan pedas dan asam. Karena itu pemicu luka di lambungnya semakin parah"
Rio mengangguk. Alvin tersenyum melihat sang sahabat.
"Lo memang nggak menyukai pernikahan ini, Yo. Tapi bagaimana pun Ify adalah tanggung jawab lo sekarang" ucap Alvin bijak. Lalu menyerahkan amplop coklat dan selembar kertas kepada Rio.
"Itu hasil pemeriksaan Ify dan resep obat yang harus lo tebus" Rio menerimanya
"Setelah infus Ify habis, lo bisa bawa istri lo pulang"
"Thanks" ujar Rio lalu beranjak meninggalkan ruangan Alvin dengan pikiran yang berkecamuk.
***