Written by : Siska Friestiani
Dear, Husband. I Love You : 2021
Publish Web Novel : 25 Maret 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
"Kalau gitu, jangan lo lepas"
Suara itu menyela diantara percakapan Ify dengan kedua orang tuanya. Ify terkejut, Ify sangat mengenal suara bariton itu.
Ify membalikkan tubuhnya, memastikan jika tebakannya tidak salah. Dan memang benar, itu Rio, suaminya. Berdiri tepat dibelakangnya dengan kemeja kantor yang sudah terlepas jas dan dasinya. Menatap Ify dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Pertahanin gue disisi lo, Ify. Tetap cintai gue, jangan pernah berubah. Dan yakinin gue kalau lo adalah hal terbaik yang dikirimkan untuk gue" ucap Rio sambil melangkah mendekati Ify lalu ikut berjongkok di samping Ify.
"Hallo Ayah, Bunda" sapa Rio menyapa pusara kedua orang tua Ify. Mertuanya.
"Maaf, Rio baru pertama kali ini berkunjung menjenguk kalian"
Ify mengusap air matanya. Masih bingung kenapa Rio tiba-tiba ada disini.
"Maafin Rio Ayah, Bunda. Rio udah bikin Ify menderita selama ini. Rio juga udah bikin gadis kesayangan kalian menangis. Maafin Rio, karena selama Ify berusaha menjadi istri yang baik untuk Rio, Rio malah menjadi suami yang terus menyakiti Ify. Rio benar-benar minta maaf"
Rio menunduk setelahnya. Terlalu malu menunjukkan wajahnya di hadapan kedua mertuanya. Ify, sudah begitu banyak ia sakiti dengan sengaja.
Sedangkan Ify, perempuan itu begitu speechless mendengar ucapan Rio di makam kedua orang tuanya. Tubuhnya kembali bergetar, terus berusaha meyakinkan diri jika disampingnya sekarang benar-benar Rio. Suaminya.
"Kasih Rio kesempatan kedua. Rio janji, Rio akan berusaha membahagiakan Ify. Rio janji akan menjaga Ify sebaik Bunda dan Ayah menjaga Ify selama ini. Rio janji Bunda, Rio akan lakukan yang terbaik untuk gadis kesayang kalian"
"Ayah, bantu Rio menjadi superhero yang selama ini Ayah lakukan ke Ify. Rio butuh kalian untuk menjalankan semuanya"
Rio mengakhiri ucapannya. Lalu menundukkan kepala dengan mata terpejam. Berdoa dengan setulus hati untuk kedua mertuanya, dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini.
'Maafin Rio, maafin Rio sudah menyakiti Ify hingga sedemikian rupa. Jangan ambil Ify dari Rio, Rio mohon. Kasih Rio kesempatan untuk membahagiakan putri kalian' ucap Rio dalam hati. Memohon dengan tulus. Memohon pengampunan dari kedua orang tua Ify.
Lalu setelahnya, Rio membuka matanya. Menatap Ify yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya.
Perempuan ini, istrinya yang sudah puluhan kali ia sakiti. Istrinya yang selalu sabar menghadapinya tanpa mengeluh sama sekali. Lalu kenapa selama ini ia menutup mata dan menorehkan luka di hati istrinya?
"Maafin aku" ucap Rio dengan nada penuh penyesalan. Hazelnya menyorot manik coklat milik istrinya yang sudah memerah karena kebanyakan menangis.
"Alyssa, istriku..." Lirih Rio sembari meraih Ify kedalam pelukannya "Maafin suamimu ini ya" tangis Ify pecah begitu ia berada dalam dekapan Rio. Terisak hebat, dengan napas tersengal.
Ify masih tidak percaya Rio kini memeluknya dan meminta maaf dengan begitu tulus padanya. Benarkah ini Rio? Bisakah Ify mempercayai ini semua? Bisakah Ify berharap jika yang terjadi sekarang akan memperbaiki hubungannya dengan Rio kedepannya?
"Kasih aku kesempatan Ify, kasih aku kesempatan sekali lagi untuk membahagiakan kamu, kasih aku kesempatan untuk menggantikan peran Ayah yang akan mengusap rambutmu ketika kamu sulit tidur. Kasih kesempatan aku untuk membuktikan kepada mereka kalau aku suami yang dapat putrinya andalkan"
Rio mengusap puncak kepala Ify, mendekap Ify semakin erat di pelukannya.
"Bantu aku ya, tegur aku jika aku salah. Ingatkan aku jika sikapku nanti menyakitimu. Tapi aku mohon, jangan lepaskan aku ketika aku nanti mulai bergantung dengan adanya kamu disisiku"
"Maafin aku, Alyssa. Sekarang kita mulai semuanya dari awal ya?"
Ify hanya bisa mengangguk dipelukan Rio. Ia masih tidak bisa berkata-kata. Semuanya terlalu mengejutkan untuknya.
*siskahaling*
"Felling better?" tanya Rio yang kini membantu Ify merapikan penampilannya yang kacau sehabis menangis. Ify
mengangguk sebagai jawaban. Mereka berdua sudah dalam perjalanan pulang. Duduk di kursi penumpang bagian belakang. Rio memangku Ify di pangkuannya. Memudahkan Rio untuk mengusap wajah Ify yang basah karena air mata.
"Mana tangan kamu" pinta Rio. Ify mengulurkan tangannya walaupun terlihat bingung.
"Tangan ini..." ucap Rio lalu membawa telapak tangan Ify ke pipinya. Rio dapat merasakan telapak tangan Ify yang terasa dingin sekaligus lembut.
"Jangan pernah sekalipun kamu lepaskan dari genggaman aku ya?"
"Iya" jawab Ify malu-malu. Menunduk menyembunyikan pipinya yang memerah.
Rio terkekeh. Gemas melihat tingkah istrinya. Bagaimana mungkin Rio baru tau jika Ify bisa terlihat semanis ini? Bodoh sekali dia!
Namun senyum Ify tiba-tiba menghilang. Digantikan wajah muram yang mengundang perhatian Rio.
"Ada apa, hmm?" tanya Rio lembut, tangannya ikut mengusap puncak kepala istrinya.
"Shil- Shilla. Gimana?" tanya Ify dengan nada takut. Takut Rio murka kembali padanya. Tapi bagaimanapun ia harus tau kejelasan hubungan mereka kedepannya.
Rio menghela nafas, lalu tersenyum menatap Ify "Aku akan coba jelasin baik-baik sama Shilla. Aku akan jelaskan kalau aku mau memulai hidup yang baru sama kamu"
"Tapi, kamu masih mencintai Shilla, Yo" Ify kembali berkata lirih. Rio menggeleng tidak setuju.
"Aku dulu memang mencintai Shilla, Fy. Tapi sekarang nggak tau kenapa, kamu pelan-pelan mulai berhasil menggantikan posisi Shilla di hati aku"
Rio membenarkan posisi Ify di pangkuannya. Sebelum akhirnya melanjutkan "Aku nggak tau kapan awalnya rasa ini ada, tapi yang aku tau aku nggak suka waktu melihat kamu tersenyum sama Gabriel waktu itu. Aku ikut merasakan sakitnya saat kamu terbaring lemah di rumah sakit dua hari yang lalu. Jadi menurutmu aku kenapa?"
Ify tersenyum mendengar penjelasan Rio, senyum yang menular hingga Rio ikut tersenyum melihatnya.
"Tanya apapun yang membuat kamu masih ragu sama aku, Fy. Aku akan berusaha meyakinkan kamu, sampai kamu yakin kalau aku serius sama ucapan aku"
"Aku percaya" ucap Ify menatap Rio masih dengan senyum manisnya "Aku percaya sama suami aku" lanjut Ify yang dihadiahi pelukan hangat oleh Rio.
"Fy?" panggil Rio.
"Hmm?" jawab Ify dengan mata terpejam. Menikmati detak jantung Rio yang membuatnya mengantuk.
"Aku cium kening kamu boleh?" tanya Rio.
"Kenapa nanya gitu" Ify semakin menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Ify malu.
"Ya aku kan mau minta izin--"
"Rioooo. Aku maluuu" pekik Ify teredam karena pelukan Rio yang semakin mengerat.
Rio tertawa. Tertawa lepas karena tingkah menggemaskan istrinya. Ya, Ify istrinya. Istri sahnya. Perempuan yang Tuhan pilih untuk menemaninya. Dan Rio, akan menjaga miliknya sekuat yang ia bisa.
"Chupp"
Satu kecupan Rio berikan di dahi Ify. Matanya terpejam, menikmati detakan jantungnya yang semakin berdebar kencang.
Hati Rio terasa lega. Lega setelah akhirnya ia memutuskan untuk hidup bersama Ify. Ketika ia sadar Ify sudah tidak berada di kantornya tadi, Rio langsung menghubungi Ray untuk menanyakan keberadaan Ify. Dan begitu tau Ify mengunjungi makan kedua orang tuanya, Rio langusung menyusul. Setiap langkah ia Rio ambil, Rio memantapkan hatinya bahwa Ify memang takdirnya. Dan kini, Rio tidak menyesali keputusannya. Karena setelah ia memutuskan pilihan besarnya ini, hati Rio terasa lega luar biasa.
'Jangan lelah sayang. Terus temani aku seburuk apapun keadaan kita kedepannya nanti'
***