Written by : Siska Friestiani
Dear, Husband. I Love You : 2021
Publish Web Novel : 05 Maret 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
Ify masih mondar-mandir di ruang keluarga. Ify takut karena sampai jam sepuluh malam Rio belum juga pulang. Apa pekerjaan di kantor benar-benar padat? Atau Rio bersama Shilla, kekasih Rio sebelum menikah dengannya. Tapi sampai sekarang pun Rio masih tetap menganggap Shilla kekasihnya walaupun ia menyandang status sebagai istri.
Dari halaman depan terdengar suara mobil Rio. Yah, Ify yakin itu suara mobil Rio karena ia sudah sangat hafal suara mobil itu. Dengan langkah riang Ify melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu untuk Rio.
"Rioooo" kaget Ify saat menemukan Rio jatuh di teras rumah. Refleks Ify langsung membantu Rio berdiri. Dengan sekuat tenaga Ify membawa Rio ke kamar. Apalagi Rio ternyata dalam keadaan mabuk. Membuat Ify semakin sulit untuk membawa tubuh besar Rio ke kamar.
"Ify, lo kenapa gak pergi aja sih dari hidup gue" mabuk Rio. Ify sendiri sudah menahan rasa sesak di dadanya. Lihat. Bahkan dalam keadaan seperti ini pun Rio menginginkan Ify pergi dari hidupnya. Namun Ify sudah mulai terbiasa dengan kata-kata pedas itu. Toh sudah menjadi makanan Ify sehari-hari bukan?
Ify menidurkan Rio di ranjang kamar mereka. Iya kamar mereka. Walaupun Ify tidur di sofa dan Rio tidur di ranjang empuk yang nyaman. Bau alkohol langsung menyengat di indra penciuman Ify saat mencoba menidurkan Rio dan memperbaiki posisi tidur Rio agar lebih nyaman.
"kyaaa-" Ify memekik kaget saat Rio tiba-tiba menarik tangannya dan membuat Ify jatuh menindih tubuh Rio. Dan detik itu juga Rio langsung menyambar bibir mungil Ify. Ify terkejut untuk yang kesekian kalinya dengan apa yang Rio lakukan saat ini. Bahkan ciuman Rio terlihat lembut dan memabukkan. Sedikit pun tidak terlihat hanya nafsu belaka. Jujur Ify sendiri terbuai dengan ciuman Rio saat ini. Perlahan ciuman Rio turun ke leher jenjang Ify. Memberikan tanda kepemilikan disana.
"Yo..." desah Ify saat Rio semakin gencar memberi tanda kiss mark di sana. Ify yang mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya langsung berusaha melepaskan rengkuhan tangan Rio dari tubuhnya. Akhirnya dengan sekuat tenaga Ify berhasil melepaskan rengkuhan Rio di tubuhnya. Bukan, bukan Ify tidak mau, tapi Ify akan memberikan nanti jika Rio sudah bisa mencintainya. Dan Ify yakin suatu saat pasti akan terjadi. Rio benar-benar mencintainya.
Ify melangkah menuju lemari dan mengambil piyama Rio. Karena kemeja yang Rio kenakan sudah basah. Ify dengan sabar membuka satu persatu kancing kemeja Rio lalu membersihkan tubuh Rio terlebih dahulu setelah itu memasang piyama tidur Rio. Hanya bajunya saja. Karena Ify masih punya otak dan etika walaupun Rio berstatus suaminya.
Ify diam sejenak menatap wajah polos Rio jika sedang tidur seperti ini. Wajahnya damai bagai tanpa beban. Sangat berbeda dengan Rio yang ia kenal selama ini.
"Aku sayang kamu, Mario" ucap Ify tersenyum. Tangannya dengan lembut mengusap puncak kepala Rio sayang
"Apapun yang terjadi nanti, aku akan berusaha untuk selalu ada di samping kamu" hanya saat-saat seperti inilah Ify bisa dengan puas menatap wajah tampan suaminya. Yang setiap malam memang Ify diam-diam suka melihat Rio saat tidur seperti ini.
"I Love You" lirih Ify lalu memilih duduk di kursi sambil menggenggam tangan Rio.
*siskahaling*
Rio mengerjapkan matanya, sedikit terganggu dengan silau matahari yang menyelinap masuk melalui celah gorden yang terbuka. Setelah beberapa menit menetralkan pengelihatannya, Rio mencoba bangun dari posisi berbaringnya. Namun belum sampai Rio duduk kepalanya terasa amat sangat pusing dan membuat Rio kembali berbaring. Rio memejamkan mata dan mengurut kepalanya sendiri dengan tangan kanannya. Berharap rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang.
Suara derit pintu membuat Rio mengalihkan perhatian ke arah pintu. Dan dapat ia lihat disana sosok perempuan yang sudah enam bulan ini hidup bersamanya. Walaupun ia sendiri tidak pernah menginginkan perempuan itu yang menjadi istrinya. Kalau saja bukan karena permintaan kedua orang tuanya, Rio tidak akan melakukan pernikahan ini.
Rio melihat saja Ify yang dengan langkah riang mendekatinya dan tak lupa juga senyum manis yang selalu terpasang di wajahnya. Rio sendiri heran bagaimana perempuan ini bisa bertahan dan tetap tersenyum saat ia membentak dan memarahi bahkan mencacinya. Namun lihatlah sekarang. Wajah Ify tetap terus menunjukkan keceriaan seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
"Pagi, Yo udah bangun?" pertanyaan retoris. Ify tersenyum dan meletakkan nampan yang tadi ia bawa di meja nakas. Berisikan semangkok sup hangat dan segelas susu. Lalu Ify menarik kursi dan mendekatkan dengan tempat tidur Rio. Lalu mendaratkan bokongnya untuk duduk di kursi.
Rio hanya diam. Tak sedikitpun menjawab sapaan selamat pagi dari orang yang berstatus istrinya tersebut. Rio sudah cukup muak dengan melihatnya setiap hari. Tidak ingin semakin muak dengan melihat wajahnya saat ini.
Ify hanya bisa tersenyum kecut mendapatkan respon yang selalu seperti ini setiap harinya. Namun Ify tidak sedikit pun marah dengan Rio yang sikapnya tak ada baik-baiknya sedikitpun padanya.
"Oh iya, ini aku buatin sup sama susu buat kamu. Kamu makan ya." Pinta Ify menyodorkan semangkuk sup kepada sang suami. Kali ini ia meminta bukan untuk Rio agar sekali-sekali memakan masakannya. Tapi kali ini Ify hanya berharap Rio makan agar tubuhnya dapat membaik. Karena Ify dapat melihat wajah pucat suaminya pagi ini.
"Gue gak butuh itu!" cuek Rio yang malah asik dengan ponselnya. Membuat Ify menghela nafas berat. Harus bagaimana lagi Ify membujuk Rio. Dia hanya ingin Rio tidak sakit. Hanya itu.
"Aku mohon, setidaknya biar rasa pusing sama kadar alkoholnya bisa hilang dengan kamu makan sup dan
minum susu ini" Ify tak menyerah begitu saja, ia melakukan ini tulus untuk suaminya. Tanpa meminta balasan apa pun. Karena yang ia inginkan hanyalah kesehatan Rio.
"Lo gak budeg kan? Udah berapa kali gue bilang gue gak butuh" bentak Rio kesal, bahkan kini menatap Ify tajam. Ify hanya bisa menunduk takut jika Rio sudah membentaknya seperti ini.
"Ta- tapi setidaknya--"
"Prangggg"
Belum sempat Ify menyelasikan kata-katanya. Ify di buat terkejut saat Rio secara kasar menepis mangkuk sup yang ada di tangannya. Ify shock. Bahkan sangat shock. Apa ia melakukan kesalahan lagi hingga Rio sangat marah. Dan Ify hanya bisa menunduk, meremas-remas ujung bajunya, menahan rasa sakit di hatinya, dan menahan air matanya. Diliriknya sedikit sup yang sudah berserakan di lantai.
Rio? Jangan kalian tanya. Bahkan dengan tak berdosanya pergi begitu saja meninggalkan Ify. Rio melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Mungkin Rio ingin membersihkan tubuhnya dan menyegarkan otaknya yang sudah di buat kesal oleh istrinya pagi ini. Mungkin.
Ify melangkah gontai mendekati pecahan mangkuk yang isinya sudah berserakan dilantai untuk membersihkannya. Matanya memerah karena menahan air mata yang ingin turun. Kapan ini akan berakhir Tuhan.
"Awww" lirih Ify saat salah satu pecahan beling itu mengenai jari telunjuknya. Ify meringis menahan perih di jari telunjuknya, tapi rasa perih di jari telunjuknya itu tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan rasa perih di hatinya.
***