"aku mau di jodohin"
"Jen...nie"
"Bagus... Kita bisa omongin semuanya sekarang"
"Ikut Mama"
"Apa sih Ma"
"Jennie ikut Mama"
"Ini kan yang Mama mau? Jodohin aku sama dia, trus Mama dapet duitnya"
"Jennie kamu gak ngerti"
"Apalagi Ma? Aku udah mau"
"Ikut Mama, Salsa bantuin tante"
"Iya tante"
"JENNIE... KAMU TETAP DISINI"
"Gak Jen ikut Mama"
"Apalagi ma Mama mau uang kan dari mereka?"
"Jennie... Mama gak sepicik itu"
"Lucu juga ya Ma, kak Raisa meninggal gara-gara ini juga, eh belum selesai ternyata Mama jual aku juga
"Jennie Mama gak pernah ngajarin kamu buat bicara kurang ajar kek gitu ya"
"Mama ngajarin aku apa Ma? Bahkan Mama gak pernah ngajarin aku apa-apa, Mama selalu gak punya waktu untuk aku"
"Jennie Mama cari uang nak"
"Uang, uang dan uang aja di otak mama, Mama pikirin aku gak sih Ma?"
"Jennie kamu...
"Yaudah aku mau kok dijual sama mama, biar keluarga ini kaya raya"
"BAGUS SAYANG, ayo sini deket nenek"
"ENGGAK MA, CUKUP MAMA JADIIN ANAK-ANAK AKU BONEKA MAMA, MASIH KURANG MA? AKU KERJA MATI-MATIAN BUAT PENUHIN SEMUA GAYA HIDUP DAN JUDI MAMA?, SAMPE MAMA MAU JUAL ANAK AKU UNTUK UANG"
DEG !!!
"Ma...maa..."
"Bukan Mama Jen, demi Allah sayang bukan Mama"
"Jen lo perlu bicara sama Mama lo"
"JENNIE"
"maaf Nek, menurut Salsa, Jennie perlu denger semua penjelasan tante Rita"
"Kita pulang Yah"
"Saya kasih kalian waktu, jika seminggu lagi tidak ada jawaban, saya pastikan kau membusuk dipenjara"
"Erik, ini semua bisa aku atasi kasih aku waktu lebih"
"Tidak ada waktu lagi"
"Ayok Ayah, permisi nek saya harap anda tidak menuruti ayah saya, jangan karena uang anda kehilangan cucu anda lagi"
Wanita tua itu terduduk menatap kosong pintu utama itu, jantung yang berdetak tidak karuan dan rasa takut yang luar biasa tiba-tiba menyeruak direlung hatinya, apa dia harus mengalah dengan ini semua, atau tetap egois untuk hidupnya.
"Jen..."
"Jelasin Ma"
"Maafin Mama gak bisa jaga kakak kamu"
"Maksud Mama"
"Kita udah lama jauh Jen, mama takut..."
"MA !!"
"nenek kamu penjudi sayang, papa kamu juga main wanita, semua hutang mereka ditumpukan pada kalian, jika mereka tidak bisa bayar hutangnya kalian akan dinikahkan dengan masing-masing anak bos erik"
"Makkk...sud...d Ma..maa"
"Iya... Hubungan Mama dengan Papa sudah lama berakhir bahkan surat cerai sudah Mama tanda tangani, tapi Papa kamu berubah fikiran saat tau syarat dari bos Erik. Mereka licik Jen, Mama mutusin kerja banting tulang untuk bayar utang mereka supaya kamu dan Raisa tidak jadi korban, tapi Raisa salah paham Jen, dan Mama gak bisa jelasin itu semua, Mama nuntut kamu untuk kuliah diluar negeri untuk menjauhkan kamu dari mereka, Mama minta maaf"
Kenyataan baru ini sungguh menampar dirinya, 2 tahun sudah dia gunakan untuk membenci Mamanya, namun ternyata ia salah, Papanya lah dalang dari kekacauan ini, entahlah Raisa pasti lega di atas sana, mama gak salah, itu yang sebenarnya.
"Ini bukti transferan Mama tiap satu minggu sekali sama Papa kamu"
"Mama tansfer ke Papa?"
"Di rumah dia baik banget sama kamu, tapi kamu tau itu cara dia buat bawa kamu supaya mau nikah sama anak bos Erik"
"Ma..."
"Ali mencintai Raisa makanya dia tidak menolak perjodohan itu"
"Maafin aku Ma..."
"Mama mohon pergi dari rumah ini Jen, sampai Mama bisa lunasin hutang2 Papa"
"Ma aku gak bisa ninggalin Mama"
"Mama bisa selesaikan ini sendirian sayang, Mama janji"
"Tapi cucu Mama butuh Mama"
DEG !!!
"Cu..cu?"
"Ma..."
"Jennie maksud kamu"
"Maaf Ma"
"Jen lihat Mama, maksud kamu apa?"
"Ma..."
"JENNIE...."
"jennie hamil Ma.."
PLAK !!!
Apa kata yang lebih tepat untuk menggambarkan kekecewaan, luka seperti apa lagi yang coba dia torehkan, bahkan yang teriris dulu belum mengatup sempurna, yang lain sudah kembali menganga.
"Mama memang gak ada waktu buat ngajarin kamu jadi anak baik-baik, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya ngasih tubuh kamu SAMA ORANG LAIN JEN"
"Maaf Ma...."
"Yaallah sayang, kenapa kamu hukum Mama seperti ini"
"Maaf Ma maaf"
"Demi Allah Jennie, Mama..."
"Maa... Maafin Jennie HIKSSSS.... Maaf Ma maaf"
Seperti kaset rusak, permintaan maaf selalu menggema tiada henti, dia tau semuanya memang tidak akan bisa balik lagi, tapi dia harap masih ada sedikit celah untuk kembali.
"Mama yang salah Jen, Mama yang salah, hiksss yaAllah ampuni hamba"
"Gak ma Mama gak salah"
Hiks...
Hiks...
Hiks...
"Mama terima kamu dan cucu Mama, mari hidup kembali dari awal"
"Makasi Ma.. makasi"
"Siapa?"
"Bani ma"
"Suruh dia temui Mama ya sayang"
"Bani mutusin aku Ma"
"Loh kenapa?"
"Dia gak siap punya anak"
"Jen... "
"Aku kuat kok Ma"
"Mama percaya"
Semuanya kembali, pelukan dan kasih sayang uang sudah lama hilang, perlahan menghangat kembali, walaupun banyak luka yang tidak mampu menjauhkan diri, tapi tuhan selalu punya cara untuk memperbaiki.
"Sal, tante titip Jennie ya"
"Iya tante"
"Sal Jennie kan lagi ham..."
"MAMA..."
"Kenapa Jen?"
"Oh gak papa, yuk Sal, Mama nanti hubungin Salsa aja, aku takut handphone aku dilacak"
"Iya sayang, maafin Mama ya, Mama bakal cari rumah baru buat kita, jauh dari mereka"
"Ma... Mama hati-hati ya di rumah"
"Iya sayang"
"Kita balik ya Tan, permisi Tante"
"Jaga diri ya Jen... Maafin Mama yang gak bisa jagain kamu lebih lama lagi"
"Maa Mama ngomong apa sih"
"Yaudah dari pada ngaur sana kamu ke rumah salsa dulu"
"Yaudah bye Ma"
"Maafin mama jen, mungkin hari ini hari terakhir Mama hidup di dekat kamu, setelah kepergian kamu dari rumah ini itu artinya kepergian untuk Mama juga selama-lamanya" - bantinnya.
DOR !!!
DOR !!!
Tanpa mereka sadari, tembakan pistol tanpa suara tepat mengenai ulu hatinya, Rita terkapar bersimbah darah, kematian sudah di depan mata.
"Kemana anak sialan itu pergi Rita"
"Masss... Jaa..ngaan sa..kittii Jen..nie"
"Dia sumber uangku jadi kau tidak ada hak untuk melarangku, seharusnya aku sudah mebunuhmu dari lama, kau selalu menghalangi jalanku mendapatkan anak itu"
"Mass.. jen..nie aaak aanaaakku.. mas.. kamu gak berhak atas dia"
"Aku tau, tapi Jennie sumber uangku HAHAAAAAAA, mati kau"
DOR !
"Kasih tau dimana anak itu brengsek"
"Mass aakku mo..honn"
"Brengsek"
"Mati kau"
DOR !
DOR !
DOR !
"Jen...nie Ma..ma mmmoh..on jaa..ngan kemm. Uuhhuuuk ba..li ke rum..ah i..ni la..gii"
*****
TING !
"kenapa Jen?"
"Mama chat gue"
"Mama lo bilang apa?"
"Jangan balik ke rumah itu lagi"
"Yaudah lo di rumah gue dulu aja ya"
"Perasaan gue gak enak sal"