Chereads / Mr. Sinclair and Miss Arrogant / Chapter 32 - Aku Jatuh Cinta Padamu, Edward

Chapter 32 - Aku Jatuh Cinta Padamu, Edward

Satu minggu setelah melakukan pertemuan dengan Kimmy, hidup Febiana semakin tidak karuan. Ketakutan dan kecurigaannya terhadap Edward sudah tiada terkira, sementara perasaan lain justru masih hadir. Ia menyadari ada rasa yang berbeda dan datang sejak saat ia menghabiskan beberapa waktu bersama pria itu.

Hati Febiana semakin sakit dan perih ketika menyadari perasaan itu adalah sebuah rasa suka atau ... jatuh cinta. Ia terus membayangkan bagaimana Edward melindunginya dari pria hidung belang, rasa bosan, serta kegelisahan. Meski setiap kali dihampiri olehnya, ia selalu tidak percaya dan waswas.

Satu minggu berlalu, akhirnya Febiana memutuskan untuk mangkir dari pertemuan khusus dengan Edward, saat Mr. Hector belum juga kembali dari Jerman. Alih-alih merancang serangan baru, ia justru menghindari pria itu. Namun ... sebuah takdir gila kembali mempertemukan dirinya dengan Edward, serta orang tuanya serta orang tua pria itu.

Benar! Febiana tengah dikelilingi oleh mereka yang sedang tertawa dan berbincang penuh kehangatan. Tanpa terkecuali Edward yang membuatnya selalu diguyur perasaan tak menentu. Benci, curiga, kesal, marah, tetapi kini ia justru jatuh cinta padanya? Tak bisa disangkal lagi, selama ia memikirkan desiran aneh yang selalu ia anggap hanya karena heran, nyatanya justru letupan asmara dan kini justru menghancurkannya.

"Jadi, kita bisa mulai menentukan tanggal pernikahannya, 'kan?" celetuk Edwin meredam candaan yang berganti ke topik utama dalam pertemuan.

Wajah Febiana kebas. Tak terima, ia tidak mau. Sekalipun mulai menyadari perasaan itu, dirinya bukan alat! Ia tidak mau menikah dengan Edward, ia enggan dijadikan budak perusahaan dan ... ia tidak mau semakin sakit setelah nantinya Edward memperlakukannya bagaikan binatang. Cukup sudah bagi hatinya menahan rasa cinta, dan justru sudah terbalas air tuba.

Sementara di sisi lain, Javier dan Belinda tersenyum, tampak berunding. Edward hanya diam, ibarat kata sedang pasrah, tetapi di mata Febiana ia tengah menikmati keberhasilan atas rencananya.

"Bolehkah secepat ini?" tanya Javier memberikan bahan diskusi baru. Kemudian, ia beralih menatap Edward dan Febiana secara bergiliran. "Bagaimana dengan kedua anak kita?"

Febiana berdiri seketika, seiring gerak tangannya yang lantas menggebrak meja. "Saya menolak!" Matanya membulat lebar dan sarat akan kemarahan. "Saya tidak mau menikah dengan anak Anda, apalagi atas nama bisnis!"

Edwin serta Madam Trisia tercengang dan panik. "Febiana!" seru keduanya secara bersamaan.

Namun seruan dari kedua orang tuanya itu diabaikan begitu saja oleh Febiana. Wanita cantik itu lantas mendorong kursi dengan keras dan mengambil langkah cepat meninggalkan pertemuan yang masih berlangsung. Sebab rasa muak di dalam hatinya sudah tidak dapat ditepis lagi, dan membludak ketika perjodohan itu sudah meranah ke tanggal pernikahan.

Febiana tidak bisa mempercayai siapa pun sekarang, orang tuanya saja mampu mengkhianatinya. Jika ia menerima dan mempercayai Edward, tentu saja pria yang masih berstatus sebagai musuhnya itu akan bersikap lebih kejam.

"Febi!" Suara Edward memekik keras, seiring derap kakinya yang kencang menyusul Febiana yang hampir sampai di keberadaan mobilnya.

Dan suara 'brak' terdengar pasca Edward menendang paksa pintu mobil yang dibuka oleh Febiana, dan saat ini menjadi tertutup kembali. Mata mereka saling bertaut. Tersirat pendar cinta dan luka yang hadir secara bersamaan. Tak hanya Febiana yang terluka, tetapi juga Edward. Pria itu merasa sakit sejak wanita yang mampu membangkitkan jiwa asmaranya justru begitu membencinya, tak mempercayainya, dan barusan menolak perjodohan dengan lantang tanpa keraguan.

"Pergi!" ucap Febiana. "Pergi dari hadapanku!"

Ucapan Febiana tidak diindahkan oleh Edward, sementara pria itu justru meraih lengannya dan kembali membawa paksa dirinya. Febiana tak tinggal diam, meronta serta meminta dilepaskan. Ia tidak mau jatuh ke dalam pelukan Edward, karena jika hal itu terjadi akan menjadi sebuah penghinaan besar bagi dirinya. Namun, tenaganya selalu kalah dari tenaga Edward dan membuatnya hanya bisa pasrah di saat Edward mendorongnya untuk masuk ke dalam mobil pria itu.

Kendaraan beroda empat yang mahal milik Edward Sinclair, melesat menerabas jalan raya yang cukup lengang. Ia tidak peduli atas apa pun yang saat ini Febiana pikirkan, kendati hal itu adalah sebuah kebencian yang diberikan padanya. Edward tidak mau membuat Febiana terluka itu saja, sehingga ia membutuhkan waktu bicara dan membersihkan kesalahpahaman yang ada, sebab ia sudah menduga bahwa wanita berpikir dirinya-lah yang merencanakan adanya perjodohan.

Beberapa menit kemudian, mobil itu terhenti di sebuah rumah kayu yang sama seperti sebelumnya. Dan lagi-lagi Edward memaksa Febiana untuk turun dan lantas mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. Edward mendudukkan Febiana di sebuah kursi kayu, lalu ia sendiri bersimpuh di hadapan wanita itu.

"Kumohon jangan terluka," ucap Edward merampas kedua jemari Febiana serta mengenggamnya.

Febiana menggertakkan gigi. "Tidak terluka? Aku? Setelah semua yang kamu lakukan padaku, Edward? Bukankah seharusnya cukup sampai di jebakan cinta untuk membalas tindakanku? Tapi, kenapa harus sampai sejahat ini? Kupikir ... kupikir semua sudah impas, Edward!"

"Aku benar-benar tidak merencanakan perjodohan itu, Febiana. Aku bahkan tidak mengetahui pertemuan keluarga kita sejak pertama kali, hingga saat ini. Aku hanya diminta datang tanpa—"

"Bohong! Bohong, jangan membersihkan namamu lagi, aku tak akan percaya padamu, Edward!" tukas Febiana sembari berusaha melepaskan jemarinya dari genggaman Edward, tetapi sayang itu tidak berhasil. "Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini, Edward? Dan kenapa harus kamu?! Setelah kamu bersikap sok baik, lalu menjebakku dalam situasi seperti ini? Aku bukan binatang, Edward! Aku sudah berhenti menyerangmu, tapi kenapa kamu tidak berhenti? Kenapa?!"

"Aku tidak menjebak kamu, Nona!" tandas Edward tegas. "Aku menyukaimu, benar-benar menyukaimu! Sangat menyukaimu! Aku jatuh cinta padamu! Dan kamu pikir aku tak terluka ketika aku menyukai wanita yang sangat membenciku? Setiap detik, setiap saat di mana kita bertemu, kamu selalu berkata bahwa kamu membenciku, permusuhan kita dan—"

"Tidak! Kamu tidak menyukaiku, atas nama Febiana. Kamu mengincar perusahaanku, kamu ... ah, tapi kenapa harus kamu? Aku ... bagaimana bisa?"

Dahi Edward mengernyit. "Apa maksudmu?"

Derai air mata menodai pipi Febiana. Rasa sakit menghunjam hati, dada, serta seluruh jiwanya. Ia bagaikan wanita sebatang kara yang terlunta-lunta. Ia tidak punya siapa pun untuk dipercayai, lantas apa yang bisa ia lakukan saat ini? Padahal, selama satu minggu, ia sudah berusaha menghindari Edward, tetapi malam ini ia harus bertemu pria itu dalam keadaan kurang baik.

Melihat Febiana tak berdaya, serta menumpahkan segala kesedihannya dalam bentuk air mata, hati Edward terenyuh. Tak peduli perihal izin, ia lantas bangkit dan duduk di samping wanita itu, lalu merengkuh Febiana di dalam dekapannya. Ia tidak tahu mengapa, tetapi mungkin ada alasan selain kebencian Febiana terhadapnya, yang membuat wanita itu menjadi tidak baik-baik saja.

"Kenapa harus kamu, Edward? Setelah kedua orang tuaku mengkhianatiku, setelah perjuanganku mempertahankan Big Golden dalam waktu satu tahun ini. Setelah aku bertahan dalam belenggu tekanan yang setiap kali menyesakkan. Dan ... aku ... diriku akan kalian jadikan sebagai alat bisnis? Aku manusia biasa, Edward, cangkangku memang kuat dan angkuh. Tapi, aku tetap wanita yang rapuh, aku lelah!" ungkap Febiana diselingi isak tangisnya.

Edward sesak mendengar cerita Febiana, meski belum mengerti secara sepenuhnya. Ia tahu betul dikhianati, saat Kimmy meninggalkannya tujuh tahun yang lalu. Dan kini ia tidak mau membuat wanita dalam dekapannya itu merasakan kesakitan yang mendalam, cukup dirinya saja.

"Aku menyukaimu, Febiana. Sungguh, aku jatuh cinta padamu. Kamu ... kamu wanita pertama yang bisa membangkitkan jiwa asmaraku yang sempat mati, kamu datang dengan segala keangkuhan tapi justru membuatku terkesan. Tapi, perjodohan ini dan segala hal yang membuat kamu terluka, bukan aku, tapi yah, mungkin keluargaku. Aku ... bersedia membatalkan rencana mereka. Aku tak akan menikahimu, Nona," ucap Edward.

Febiana mengusap pipinya yang basah, kemudian bangkit dari dekapan Edward. Ia menggeleng, lalu berkata, "Kamu tidak menyukaiku sebagai Febiana. Jika kamu benar-benar tak merencanakan perjodohan itu, maka kamu hanya melihatku sebagai Kimmy saja."

"A-apa?" Mata Edward membulat. "Bagaimana bisa kamu mengetahui nama itu?"

Febiana menelan saliva. "Wanita itu, wanita dalam pigura. Nama Kimmy yang terlontar dua kali di bibirmu, ketika di hadapanku. Aku menemuinya, hendak mencari kelemahanmu Tapi sayang, Kimmy sama sepertiku. Dia berharga diri tinggi, angkuh, dan tidak punya rasa takut. Ya, mantan kekasihmu yang nyaris mirip denganku, kamu ... melihatku sepertinya. Kamu tidak benar-benar menyukaiku, Edward!"

"Tidak! Tidak begitu," tandas Edward. "Well, awalnya kupikir begitu. Karena Kimmy, tapi sekarang tidak, Febi. Aku benar-benar menyukaimu atas nama dirimu, sungguh!"

"Aku tidak percaya ...."

Edward menggertakkan gigi. "Tidak percaya, benci, dan musuh! Selalu itu! Febi?!" Ia meraih jemari Febiana lagi. "Tatap mataku, apa kamu benar-benar membenciku?"

Sesaat, mata Febiana menatap netra biru milik Edward. Sementara air mata baru kembali meluruh di pipinya. Ia tidak mampu lagi menahan gejolak di dadanya. "Tidak ...," ucapnya lirih. "Aku tidak membencimu, aku justru mengagumimu, Edward. Aku mencari informasi tentang dirimu, karena itu kamu. Seorang CEO yang sukses, karena aku ingin seperti kamu, berhasil. Lalu, sejak saat kamu datang, kamu melindungiku, tertawa sembari bersih-bersih bersama, mempercayakan tempat rahasia padaku, mendekapku, aku ... aku telah jatuh cinta padamu, Edward."

Lesatan bintang seperti mendarat di hati Edward, senangnya bukan main. Namun, juga kaget dan tak menyangka. Febiana telah mengakui perasaan padanya. Wanita itu jatuh cinta padanya. Rasa sakit atas kebencian Febiana berubah menjadi secercah rona bahagia.

Sementara Febiana tertunduk pasrah. Tak apa, meski malu sekalipun. Ia hanya sudah tidak kuasa mempertahankan harga dirinya terlalu lama. Ia lelah atas segalanya, bahkan jika Edward benar-benar menjebaknya, biar saja. Mungkin ia harus merelakan jabatannya dan pergi dari semua orang jahat itu, tanpa terkecuali orang tuanya sendiri.

"Aku semakin sakit karena itu kamu, Edward. Kenapa harus kamu yang aku sukai, di saat keadaan kita seperti ini? Aku jatuh cinta padamu, tapi aku tidak mau menikah denganmu. Entah, aku marah! Aku serasa dijual oleh orang tuaku, dan kamu pembelinya. Aku seorang CEO, tapi tak punya wewenang karena jabatanku hanya sebatas jabatan boneka saja. Aku muak!" ungkap Febiana.

Edward menarik lengan Febiana lembut dan kembali merengkuhnya. "Tidak, Dear. Sungguh, aku bukan pembelimu. Terima kasih atas perasaanmu. Tapi, kumohon jangan lagi curiga dan membenciku. Aku yang pertama kali menyukaimu, atas nama dirimu, bukan Kimmy, bukan bisnis. Aku akan membuat siapa pun yang melukaimu menjadi menderita, bahkan jika itu adalah diriku sendiri. Perjodohan kita tak akan terjadi, suatu saat aku yang akan meminangmu secara terhormat!"

Entah. Febiana hanya bisa mendengar saat ini. Namun Edward tidak. Pria itu melepas rengkuhannya, kemudian mengusap wajah Febiana yang masih kebas penuh air mata. Ia mengecup mata, hidung, dan terakhir jatuh di bibir Febiana. Jiwa asmara mereka bangkit dan menghanyutkan keduanya dalam keromantisan yang indah berhias kepiluan.

***