Satu jam sebelumnya di Mansion mewah milik Nenek Devan.
" Nyonyah besar ada telpon "
" Siapa ?"
" Dia tidak menyebutkan namanya nyonyah "
" Kenapa tidak kamu tanyakan namanya ?"
" Dia hanya bertanya Kamila, nyonyah "
" Aapaa!!!!.... Kamila ?"
" Benar nyonyah.."
" Pergilah aku akan menghubunginya "
" Baik nyonyah.."
' Apa mungkin dia? bukankah dia sudah...' dengan perasaan tak karuan Nyonyah Kamila mengambil gagang telepon.
" Siapa disana ?"
" Kamila apa kabarmu ?"
" K..kau!!! benarkah ini kau..?"
" Benar Kamila ini aku Herman Hartanto, jangan berfikir jika aku sudah mati "
" Kamu benar Herman, aku pikir jika kamu mati "
" Kamila kamu tau kenapa aku menghubungimu ?"
" Tidak..!?"
" Perjanjian kita dulu apa kamu masih ingat ?"
" Tentu aku ingat !"
" Aku ingin secepatnya di laksanakan, cucuku sudah aku temukan "
" Dimana kamu menemukannya Herman ?"
" Tempat yang tak terduga, nanti akan aku ceritakan tapi sebelum itu aku ingin bertemu dengan calon cucu menantuku, seperti apa wajahnya apakah setampan aku saat aku muda ?*
" Datanglah kemari...?
" Aku ingin secepatnya mereka meningkah "
" Herman ada yang ingin aku katakan padamu "
" Katakan Kamila apa yang ingin kamu katakan "
" Aku akan katakan jika aq bertemu denganmu nanti "
" Baiklah Kamila sampai jumpa, akan aku atur pertemuan kita "
Usai mengakhiri panggilan, Nyonyah Kamila semakin tidak karuan, dia berharap jika perjanjian yang dulu tidak merusak kebahagiaan Devan dan Mila.
Devan memandang kekasih hatinya yang terlelap di atas tempat tidur miliknya, rasa yang semakin hari semakin dalam untuk Mila, membuatnya ingin terus bersamanya. namun mendengar dari pengawal yang dia tugaskan di Mansion Nenek memberitaukan masalah yang tengah dihadapi sang Nenek saat ini.
' Apapun yang terjadi kamulah istriku. wanita yang paling aku cintai, meski seribu wanita datang padaku sekalipun tak akan bisa menggantikan dirimu di hatiku, kamu wanita satu-satunya yang ada dalam hatiku, aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini sayang ' Devan membelai wajah Mila dengan ibu jarinya, gerakannya membuat Mila yang terlelap terganggu.
Berlahan Mila membuka matanya.
" Bagaiman tidurnya sayang " berlahan Devan mengecup bibir Mila.
" Jam berapa sekarang Dev ?"
" Jam empat tiga puluh, kenapa sayang ?" mendengar jam empat tiga puluh Mila dengan cepat terbangun.
" Dev kenapa tidak kamu bangunkan aku, kalau begini aku tidak enak dengan Lusi dia bekerja sendiri "
" Sayang siapa bilang kamu aku izinkan untuk bekerja, kamu adalah calon istri dari pemilik perusahaan ini dan aku menentang keras kamu berkerja !!!"
" Dev... ayolah "
" Tidak Mila, sebaiknya sekarang kamu mandi aku akan mengajakmu sesuatu tempat " Mila berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. setelah tiga puluh menit Mila selesai dengan ritual mandinya. saat keluar dari kamar mandi di atas tempat tidur terdapat dua Paper bag ukuran besar dan satu lagi ukuran sedang. Mila membuka Paper bag yang berisikan dress panjang selutut berwarna hijau muda berlengan panjang.
Bagian rok yang lebar, sedangkan di bagian leher yang tertutup melihat nama desain dari butik ternama. membuat Mila menggelarkan kepala, kebiasaan kekasihnya yang selalu membuatnya tersenyum. Mila kembali membuka Paper bag yang berukuran sedang terdapat sebuah kotak, saat di buka terdapat sepatu dengan warna senada dan sangat pas di kakinya yang putih mulus.
Mila keluar dari kamar dan melihat Devan yang tengah berdiri menatap bangunan sekitar, mendengar langkah sepatu Devan melihat kebelakang, Devan menatap Mila dari atas sampai ke bawah tak berkedip bentuk tubuhnya yang tinggi semampai kulitnya yang putih mulus kakinya yang jenjang semakin menambah kecantikan alami Mila. berlahan Devan mendekati Mila tangan besarnya menarik pinggang Mila membuat mereka tanpa jarak, Devan menelusuri wajah Mila, tangan kanannya membelai lembut pipi Mila hingga terhenti di bibir merah Mila, berlahan wajah Devan mendekat dan mencium bibir Mila semakin lama Devan melumat bibir Mila dengan rakus dan dalam. Mila yang menerima Serang dari Devan berlahan membalas ciuman mereka saling bertukar Saliva permainan bibir Devan semakin lama semakin memabukkan. Devan melepas ciuman dengan perasaan terpaksa, melihat Mila yang kehabisan oksigen.
" Kita pergi sekarang, aku takut tidak bisa menahan diri lagi " mendengar ucapan Devan membuat Mila ingin menggoda sang kekasih. seberapa kuat menahan keinginannya.berlahan Mila membuka kancing kemeja yang di kenakan kekasihnya dengan gerakan lembut jari lentik Mila meraba dada Devan.
Devan dengan sekuat tenaga menahan desiran di sekujur tubuhnya. sesuatu di bawah sana telah mengeras dengan sempurna. dengan sisa tenaga Devan menahan pergelangan tangan Mila.
" Sayang jangan memaksaku untuk melakukannya sekarang. aku tidak ingin merusakmu sayang " Devan pergi kekamar mandi dan menuntasksn hasratnya. akibat perbuatan sang kekasih kini ia bersolo karir. Mila yang melihat kekasihnya hanya tertawa, Mila semakin bangga pada sang kekasih yang memilih bersolo ria tanpa harus merusak dirinya.
Setelah menunggu tiga puluh menit akhirnya Devan keluar dari kamar mandi. melihat sang kekasih yang duduk di sofa dengan santai membuatnya kesal, namun dirinya telah berjanji tidak akan melakukan sebelum mereka menikah.
" Sayang ayo kita pergi " Mila berdiri menyambut uluran tangan Devan. mereka keluar dari ruang kerja menuju lift khusus. semua karyawan menatap penampilan Mila saat ini yang terlihat sangat cantik dan elegan. sampai di lobby sebuah mobil Lamborghini Aventador telah terparkir indah di depan, Sang asisten telah berdiri disamping mobil, saat mereka telah sampai di depan mobil Andy dengan sigap membuka pintu untuk mereka. setelah mereka berada dalam mobil Andy yang duduk di belakang kemudi melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang mengingat kondisi jalan yang macet dan jam pulang kantor menambah kemacetan jalan.
" Sayang apa kamu ingin makan sesuatu ?"
" Tidak Dev..."
" Ada apa. kenapa tiba-tiba kamu murung ?"
" Entahlah Dev perasaanku tiba-tiba tidak enak "
" Jangan di pikirkan, mungkin itu hanya perasaanmu saja "
" Semoga saja Dev..." dengan menarik tubuh Mila kedalam dekapannya. perasaan khawatir kini merasuki hatinya.
Mereka saling diam dengan pikiran masing-masing. hingga sampai di sebuah butik terkenal. Devan mengajak Mila keluar dari mobil dan membawa Mila kedalam butik.
" Selamat siang Dev, wahh...cantiknya calon istrimu Dev "
" Tante gaun yang aku pesan sudah siap kan ?"
" Sudah ayo masuk keruangan Tante " mereka memasuki ruangan yang kerja Siska di dalam terdapat beberapa gaun mewah dan menyerahkan pada Devan.
" Sayang pilihlah gaun yang kamu suka "
" Apa kamu menyiapkan gaun khusus untukku Dev..?"
" Iya sayang "
" Aku akan ambil gaun yang kamu siapkan untukku Dev "
" Jadi kamu tidak memilih salah satu gaun ini ?"
" Tidak Dev.."
" Baiklah sekarang kamu coba gaunnya " Mila mengikuti Siska ke ruang ganti hanya.
" Kamu sangat cantik Mila "
" Terima kasih, tapi aku tidak secantik itu " Siska memakaikan gaun pengantin pada Mila, Siska di buat terpesona dengan kecantikan alami yang dimiliki Mila.
" Waahhh...benar-benar luar biasa cantiknya, sungguh Devan bersyukur memiliki istri secantik kamu Mila "
" Aku yang beruntung memiliki calon suami seperti Devan "
" Ayo..kita keluar, aku ingin melihat reaksinya saat melihatmu memakai gaun ini " Siska keluar dari ruangan ganti, melihat Devan yang memakai Jas berwarna hitam sangat pas di tubuhnya. membuat ketampanan Devan semakin terlihat.
" Dev..kamu benar-benar tampan, Tante yakin Mila akan terpesona melihatmu "
" Mila sudah selesai ?"
" Sudah. apa kamu sudah siap melihat calon istrimu ?" Tanya Siska.
" Hhmm..."
" Baiklah akan Tante buka tirainya " Siska membuka Tirai yang tertutup. Devan menelan ludahnya dengan susah payah melihat leher jenjang Mila yang terekspos hingga ke bagian tulang selangka. Mila yang melihat Devan dengan setelan Jas di padukan dengan dasi kupu-kupu menambah ketampanan seorang Devan. saat Devan akan mendekati Mila Siska membawa Mila ke dalam.