Di Mansion mewah seorang lelaki tampan dengan tubuh atletis telah bersiap untuk memulai dengan sesuatu yang telah ia rencanakan. setelah semuanya bersiap dirinya baru keluar dari ruang pribadinya.
"Wahh. apakah ini putraku?" sang Ayah yang melihat putranya telah bersiap hanya bisa menggodanya.
"Cukup menggodaku Ayah!!"
"Baiklah selamat berjuang, bagaimana dengan kekasihmu itu?"
"Kami hanya mencari kesenangan "terang sang pemuda.
"Apa kamu akan kekantor Nak?"
"Tentu aku akan memimpin perusahaan yang aku tinggalkan kemarin, dan sekarang waktunya mengambil milikku "
"Meskipun dia jadi milik orang!!?"
"Jika itu harus, akan aku lakukan Ayah "
"Rebutlah yang menjadi milikmu "
"Itu pasti Ayah. aku pergi dulu Ayah sampai nanti "
"Pergilah Nak, Ayah mendukungmu " Usai berpamitan dengan sang Ayah ia keluar dari Mansion menuju sebuah mobil yang terparkir indah di depannya.sebuah mobil Mercedes Maybech Exelero miliknya. seorang sopir membukakan pintu mobilnya untuknya.
"Selamat pagi Tuan muda " sapa sang sopir padanya.
"Pagi, kekantor pusat sekarang "
"Baik Tuan "
'Aku akan mengambilmu darinya Mila, aku sangat mencintaimu, aku tidak akan melepasmu lagi '
Di kediaman pribadi Devan. Mila yang terbangun dengan menyanggul rambutnya dengan asal, menuju dapur dia ingin memasak sarapan untuk sang suami. meskipun ada pelayan namun Mila tidak ingin merepotkan mereka.
"Selamat pagi nyonya " Dewi yang baru datang dari paviliun dengan penampilan yang rapih.
"Pagi Dewi " Mila yang bosen mengingatkan mereka untuk tidak memanggilnya nyonya memilih diam.
"Bi Sumi masak apa pagi ini ?" Mila yang berada di pintu dapur melihat Bi Sumi tengah meracik sayuran.
"Selamat pagi nyonya, Bibi membuat capcay, sama ayam goreng dan ini ada nasi goreng "
"Ya sudah Bi, biar Mila yang bikin nasi gorengnya bibi lanjutkan goreng ayamnya. "
"Baik nyonya " setelah satu jam berkutik di dapur Mila akhirnya selesai. mila menyiapkan sarapan pagi di atas meja untuk sang suami. setelah tertata rapih di atas meja Mila bergegas kembali kekamar. Mila meliat Devan yang tidak ada di kamar, mencari ke balkon namun tak ada juga, terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi membuat Mila tersenyum ternyata sang suami tengah mandi. Mila menyiapkan baju yang akan di pakai Devan.
"Sayang bisakah hari ini aku tidak kekantor ?" Devan memeluk tubuh Mila dari belakang.
"Tidak.!! aku tau apa yang ada dalam pikiranmu Dev " Mila menolak keras keinginan Devan yang tidak ingin kekantor.
karena dia tau apa yang di inginkan suaminya.
"Baiklah nanti malam, aku minta tambah boleh "
"Boleh sekarang pergilah kekantor " Devan mencium bibir Mila sesaat dan mengambil pakaian yang telah di siapkan sang istri. sedangkan Mila kekamar mandi, setelah selesai mereka keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Dev mau sarapan apa, ada roti gandum, nasi goreng dan ada nasi putih, mana yang kamu mau ?"
"Nasi goreng aja sayang " Devan meminta nasi goreng untuk sarapan pagi, di sela makannya Mila meminta izin pada Devan untuk bertemu dengan sahabatnya.
"Dev aku ingin bertemu dengan Lusi, apa kamu mengizinkan aku pergi?"
"Tentu aku mengizinkanmu, biar Dewi yang menemanimu "
"Dev aku hanya bertemu sebentar tidak akan lama jadi tidak perlu pergi dengan Dewi " tolak Mila.
"Tidak ada penolakan sayang, atau kamu tidak aku izinkan pergi menemui temanmu " Mila hanya diam mengiyakan kemauan Devan.
"Sayang aku pergi dulu " Devan berdiri mengecup kening Mila.
"Hati-hati sayang " Devan mendekati mil dan mengecup bibirnya.
"Sayang apa kamu tau setiap kali kamu panggil aku sayang juniorku langsung berdiri, dia bahagia saat kamu panggil sayang" bisik Devan pada Mila.
"Kalau begitu aku tidak akan memanggilmu dengan panggilan sayang karena aku tidak ingin berbaring di kamar dalam waktu lama " Mendengar perkataan Mila Devan tersenyum dan kembali mencium bibir Mila kali ini dengan lumayan yang dalam.
"Pergilah Dev sudah siang " Mila mendorong tubuh Devan untuk melepas ciumannya.
Siang ini Mila menemui temannya di salah satu restoran yang tak jauh dari kantor tempat Lusi bekerja. Mila yang di temani Dewi memasuki restoran yang mulai ramai, Karena sebentar lagi jam makan siang. Mila memilih tempat duduk yang tidak jauh dari taman. tak berapa lama terlihat Lusi yang datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Apa kebiasaanmu tidak hilang Lusi?" tanya Mila.
"Susah Mila eehh. Bu bos "
"Jangan mulai lagi deh "
"Mila bagaimana rumah tanggamu dengan bos Devan ?"
"Seperti yang kamu liat, kenapa wajahmu berubah Lusi?" Mila memperhatikan raut wajah Lusi yang berubah.
"Tidak ada Mila, apa kamu sudah pesan makanan aku sangat lapar Mila?" Lusi mengalihkan perhatian Mila.
"iya aku sudah memesannya" tak berapa lama pesanan mereka datang. Mila yang merasa sikap Lusi seperti menyembunyikan sesuatu. namun Mila tidak ingin menanyakannya pada Lusi. mereka makan dalam diam dengan pikiran masing-masing. Lusi yang merasa kasian pada Mila meskipun Tuan Devan menolak gadis yang datang kekantor namun wanita itu yang mengaku sebagai tunangan Tuan Devan membuatnya sangat marah.
"Lusi bagaiman pekerjaanmu?"
"Baik Mila, terima kasih atas bantuanmu yang membuatku menjadi sekertaris Tuan Devan "
"Kenapa harus berterima kasih padaku Lusi, itu semua berkat kerjamu yang bagus "
" itu pendapatmu Mila. lain dengan pendapat orang yang melihatnya. seorang OB naik jabatan menjadi seorang sekertaris."
"Jangan pikirkan orang lain Lusi, pikirkan masa depanmu. carilah suami "
"Milaaa..."
"Hahahaha...kenapa harus teriak Lusi "
" Mila aku pergi dulu ya, jam istirahat sudah habis "
"Baiklah, sampai ketemu lagi " Mila berdiri dan memberikn pelukan pada sang sahabat.
" Apa kamu tidak ingin menemui suamimu Mila"
"Tidak Lusi,aku tidak ingin menganggunya "
"Mila aku pergi dulu ya " Setelah kepergian Lusi Mila yang menghabiskan minuman, tanpa sengaja melihat ponsel Lusi yang tertinggal di meja.
"Kebiasaan selalu saja teledor " Mila berdiri meninggalkan restoran setelah membayar makanan. Dewi yang berada di sampingnya hanya melihat mengikuti Mila.
"Dewi aku akan kekantor mengantar ponsel temanku yang kebetulan bekerja di Perusahaan Devan, kamu pulanglah nanti aku pulang bareng Devan "
"Tapi nyonya nanti Tuan..?"
"Tidak akan marah karena aku kesana, pulanglah "
"Saya akan mengantar nyonyah sampai di ruang tuan Devan setelah itu saya akan pulang "
"Terserah kamu saja " Mila melangkahkan kakinya menuju lift, sepanjang jalan menuju ruangan Devan semua karyawan memandangnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Sesampainya di lantai dimana Lusi bekerja, yang tak lain sekertaris Devan. Mila mendekati ruangan Devan namun ruang sekertaris kosong, Mila menuju ruang kerja Devan, saat ingin mengetuk pintu namun di urungkannya. Mila ingin memberikan kejutan pada Devan dengan kedatangannya tiba-tiba.
Mila mendorong pintu yang tertutup dan melihat pemandangan yang membuatnya tidak percaya.
"Dev..apa yang kamu lakukan ?" dengan suara yang hampir hilang, dan air mata yang mengalir deras.
"Sayang ini tidak yang seperti kamu lihat aku bersumpah.." Devan yang terkejut dengan kehadiran Mila yang tiba-tiba datang kekantor, dan melihat dirinya yang di goda oleh Jenni, dan lebih parahnya posisi Jenni di atas pangkuannya.
"Oohh..ternyata gadis murahan itu ada di sini ciihhh menjijikan"
"Jenni kamu ??" Mila tidak percaya wanita yang bersama Devan adalah Jenni sang adik.