Chereads / Akhir Deritaku / Chapter 49 - 49. Rencana Tuan Besar

Chapter 49 - 49. Rencana Tuan Besar

Devan pulang tepat pukul dua belas malam, dengan langkah lebar menuju kamar utama, namun tidak menemukan Mila.

"Sayang kamu dimana?" setelah mengelilingi kamar hingga balkon, namun sosok yang di carinya tidak di temukan.

"Dewi!!! dimana nyonya??" Devan menatap wajah Dewi dengan tatapan tajam.

"Nyonya....anu Tuan" dengan perasaan ragu, Dewi menunjuk ke arah kolam renang. Devan mengikuti arah pandang Dewi yang mengarah kolam renang. tanpa pikir lagi Devan mendekati Mila yang tengah duduk di kursi pinggir kolam.

"Sayang sudah malam, kenapa tidak masuk, udara malam tidak baik untuk kesehatan, apa lagi dengan kondisi kamu yang tengah hami" Devan berlutut di depan Mila.

"Sayang ada apa?" Mila menatap Devan yang kini berada tepat didepannya.

"Dari mana kamu Dev?"

"Aku. sayang maafkan aku..."

"Pergi menemui Jenni? bukankah kamu berjanji tidak akan lama?" Mila menatap Devan dengan pandangan datar.

"Sayang maafkan aku..." Mila bangun dari duduknya dan meninggalkan Devan yang masih berlutut. Devan hanya bisa memandang punggung Mila yang semakin jauh dari pandangan. ' Maaf sayang ini tidak akan lama, tunggu sebentar lagi. aku pastikan keadaan ini akan cepat berakhir' devan mengambil ponsel yang berada di dalam kantong celananya. Setelah tersambung terdengar suara serak di ujung sana.

"Apa sekarang menjadi kebiasaanmu membangunkan orang yang tidur Dev!!!"

"Aku tidak butuh ocehanmu, sekarang temui aku di markas!!"

"Sekarang Dev! kamu tau aku sedang tidur?"

"Aku tunggu jika dalam waktu tiga puluh menit kamu tidak sampai maka, izin praktekmu akan aku cabut!!" Devan mematikan ponselnya.dan keluar dengan langkah lebar. Tanpa Devan sadari apa yang dia lakukan tidak luput dari pandangan Mila.

'Kamu pergi lagi Dev, seseorang telah mengancam anak kita. tapi kamu sibuk dengan urusan lain, apa yang harus aku lakukan sekarang' Devan medekati tempat tidur. berlahan duduk di pinggir tempat tidur memandang wajah cantik Mila namun kini terlihat raut ketakutan dan cemas.

"Sayang tunggu sebentar lagi, aku berjanji setelah ini tidak ada lagi yang menganggu kita, jaga anakku didalam kandunganmu. kalianlah kekuatanku, aku pergi dulu" air mata Mila menetes dari sudut matanya dan itu tidak lepas dari pandangan Devan. sakit itu yang di rasakan Devan saat ini, wanita yang di cintainya mengeluarkan air mata karena dirinya. Devan mencium kening Mila dan beralih ke mata hidung, pipi dan beralih ke bibir Mila, sedikit melumatnya dan melepas ciumannya dan kini beralih di perut Mila.

"Sayang jaga mamah untuk papah ya, jangan nakal di dalam. papah sayang kalian" usai mencium perut Mila, Devan keluar dari kamar, berlahan Mila membuka matanya melihat Devan pergi. 'Aku mencintaimu Dev, tapi disini sangat sakit' tangan Mila menyentuh dadanya yang terasa sesak, mengingat sang suami menemui calon tunangannya.

"Andy apa semua sudah siap!!?"

"Sudah Tuan"

"Bagus kita ke markas"

"Baik Tuan" Tiga puluh menit mereka sampai di sebuah bangunan seperti gudang tak terpakai. namun jika di lihat dengan seksama di dalam bangunan itu terlihat seperti istana, bergaya Eropa. berapa pengawal bersiaga di titik tertentu.

"Dev sesuatu terjadi pada Mila?" melihat Devan datang Aditya dengan cepat menanyakan kondisi Mila.

"Dia istriku. kenapa kamu menanyakannya apa kamu bosan hidup!!?"

"Maksud dari kita di sini apa? bukankan kita sudah berhasil menggagalkan rencana mereka?"

"Andy kamu sudah menyelidiki siapa yang telah mengirim foto ke ponsel istriku?"

"Sepertinya dia bukan orang sembarang, aku sudah melacaknya tapi sayang nomernya tidak aktif"

"Brengsek. sekarang kamu putar rekaman suara orang yang mengancam Mila?" Andy menyalakan sebuah alat kecil dan suara lelaki yang mengancam Mila terdengar.

"Apa kamu yakin, sudah mengacaknya??"

"Sudah. suara itu terakhir kali di sebuah danau tidak jauh dari taman, aku sudah kesana namun hasilnya nihil"

"Andy atur orang-orangmu, perketat penjagaan di rumah dan di luar rumah. terutama jika Mila berada di luar"

"Baik Tuan"

"Aditya aku minta kamu cek seluruh ponsel pekerja di rumah, aku tidak ingin salah satu dari mereka adalah penghianat. aku tidak bisa jika sesuatu terjadi pada istri dan anakku"

"Kamu jangan khawatir, aku sudah mengecek ponsel mereka"

"Apa kalian sudah mendapatkan bukti yang aku minta?"

"Sedikit lagi Dev kita bisa mendapatkan bukti itu"

"Baiklah sekarang kita menyusun rencana dan aku pastikan tidak ada kata kegagalan!"

"Baik Dev"

Di tempat lain lebih tepatnya di mansion mewah, seseorang tengah mendengar laporan dari salah satu anak buahnya.

"Apa kamu yakin dia orangnya?"

"Saya yakin Tuan, wanita itu istri Devan"

"Apa kamu sudah melakukan tugasmu dengan benar"

"Semua sesuai keinginan Tuan besar, tidak ada jejak sedikitpun. aku yakin mereka tidak bisa menemukannya"

"Bagus, ikuti terus gadis itu. aku tidak ingin dia menjadi penghalang kebahagiaan cucuku"

"Baik Tuan"

"Sekarang pergilah, lakukan tugasmu dan jangan ada kesalahan apapun!"

"Baik Tuan" Setelah memberikan laporannya seorang pengawal pergi dari ruang kerja Tuan besar.

"Apa yang aku lakukan ini sudah benar, kenapa rasanya sangat sakit, tidak ini tidak mungkin dia hanya mirip dengan anak dan menantuku, dia bukan cucuku sudah jelas jika Jenni cucuku. aku akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia"

"Kakek sayang..."

"Ada apa sayang, kakek disini"

"Aku sayang kakek muacchh.."

"Katakan ada apa, ciuman dan pelukan ini pasti untuk merayu kakek? apa benar yang kakek katakan sayang?"

"Kakek yang terbaik, kek bolehkan Jenni pergi kerumah Ayah aku merindukan mereka?"

"Pergilah tapi ingat pulang tepat waktu"

"Siap Tuan besar" bergaya seperti sedang orang yang memberi penghormatan saat sang bendera berkibar.

"Tunggu Jenni, apa kamu akan pergi sekarang?"

"Tentu kakek"

"Apa kamu yakin, bahkan sekarang dini hari dan kamu akan keluar rumah?"

"Jenni pergi dengan sopir kek, daaa kakek" tanpa menghiraukan ucapan sang kakek, Jenni meninggalkan mansion.

"Anak itu benar-benar keras kepala"

Sesampainya Jenni di rumah. orang tuanya telah menunggunya di ruang tamu, kehidupan mereka kini kembali seperti semula rumah yang mewah perusahaan yang pernah lepas kini berada di tangannya.

"Sayang kamu sudah datang?"

"Ayah ada kabar baik" tanpa menjawab pertanyaan sang ayah Jenni menceritakan apa yang di lakukan kakeknya pada sang Ayah.

"Jadi Tuan besar akan menyingkirkan Mila?"

"Benar Ayah, aku benar-benar bahagia kakek memanjakanku, dan apa Ayah tau, kalau aku menemui Mila, dan aku berhasil membuatnya pingsan hahaha"

"Apa kamu bilang Mila pingsan?"

"Iya Ayah, itu yang aku dengar dari orang kepercayaan kakek jika Mila pingsan dan dia.."

"Dan, dia apa sayang?"

"Mila tengah hamil anak Devan ternyata mereka sudah menikah Ayah"

"Jangan pedulikan itu sayang, yang terpenting saat ini kalian akan bertunangan, dan acara akan di laksanakan secara live, orang tidak akan mengenali Mila sebagai istri Devan tapi orang akan mengenalimu sebagai tunangannya.orang terkaya di negeri ini"

"Apa yang di katakan Ayah benar hahaaa, Mila akan di pandang sebagai perusak dan aku sebagai tunangan yang di akui orang, dan terlebih kakek yang akan melakukan apapun untuk menyingkirkan Mila" mereka saling tertawa, namun di balik tembok seseorang berdiri dengan cemasnya.

'Tidak ini tidak bisa di biarkan, mana mungkin Tuan besar melakukan ini,aku harus menemuinya sebelum terlambat'