Tiga hari setelah Mila menjadi istri Devan, kehidupannya yang biasa dengan bekerja keras. kini hanya berdiam diri di kediaman Devan.
"Nyonyah apa Anda menginginkan sesuatu?" salah satu pelayan yang bernama Dewi. menghampiri Mila yang berada di taman bunga di dekat kolam renang.
"Tidak. terima kasih Dewi "
"Dewi katakan kenapa, kamu selalu mengawasi semua gerak-gerikku?" Mila menghentikan aktivitasnya dan kini memandang Dewi yang berada di depannya.
"Maaf nyonyah, saya hanya seorang pelayan yang di tugaskan langsung dari Tuan Devan untuk menjaga nyonyah ?"ucap Dewi dengan perasaan yang tidak enak kepada nyonyah Mila karena dirinya berbohong.
"Termasuk di dalam rumah seperti ini!?"
"Maaf nyonyah saya hanya melakukan perintah Tuan Devan." Dewi menundukkan kepalanya.
"Satu jam lagi antarkan aku ke supermarket "Ucapnya dengan cetus.
"Baik nyonyah " Dewi yang tau jika nyonyah sedang merajuk hanya diam dan mengikuti kemauan sang majikan.
Setelah bersiap Mila keluar dari kamar terlihat Dewi sudah berdiri di depan pintu kamar. Dewi menundukkan kepalanya saat berdiri di depannya.
"Apa kamu akan bersikap seperti ini padaku setiap kali bertemu. aku tidak suka jika kalian menundukan kepala kalian didepanku, tapi perkataanku selalu kalian abaikan."
"Maafkan Saya Nyonyah "Mila hanya menggelengkan kepalanya dengan jenggah. Mila melewati Dewi dan berjalan di menuruni tangga. terlihat seorang pelayan senior yang tak lain
Bibi Sumi berdiri di ujung tangga, dengan tersenyum lembut menyapa sang nyonyah.
"Selamat siang nyonyah, Anda akan pergi?" tanya sang pelayan senior,
"Iya Bi tidak lama hanya ke supermarket sebentar,apa Bibi ada yang mau di beli, biar sekalian Mila beli " Mila memandang Bibi Sumi yang dengan tatapan lembut.
"Tidak ada nyonyah, jika Anda akan pergi hati-hati " Bi Sumi menundukan kepalanya sebagai tanda menghormati.
"Bi Sumi apa Bibi sama seperti mereka yang akan menundukan kepala di depanku. saya tidak suka di perlakukan seolah-olah saya ini adalah nyonyah besar. ingat saya sama seperti kalian bersikaplah sewajarnya pada saya. apa kalian paham!!?" Suara mila sedikit meninggi.
"Maafkan kami nyonyah, baiklah akan kami lakukan "
"Terima kasih Bi Sumi " senyum manis Mila terukir menambah kecantikannya.
Bi Sumi memandang kepergian sang majikan dengan senyum terukir. "Sangat beruntung tuan Devan memiliki istri seperti nyonyah, baik hati dan tidak suka jika di perlakukan seperti nyonyah pada umumnya, benar-benar gadis baik dan sederhana."
"Benar Bi, tidak ada wanita yang seperti itu. jika sudah menikah dengan Tuan pasti mereka akan berkuasa dan seenaknya pada kita " Wati yang tak lain pengawal pribadi Mila sangat menyukai sifat sang nyonyah, yang menurutnya sangat baik.
"Kenapa tidak ikut bersama nyonyah Wati ?" Bi Sumi yang heran melihat Wati berada dirumah sedangkan nyonyah pergi.
"Saya tidak di tugaskan untuk mengikuti nyonyah secara langsung Bi karena sudah ada Dewi yang mengikutinya dan berapa bodyguard dan ada juga pengawal bayangan. jadi Bi Sumi tidak perlu khawatir " mendengar penjelasan dari Wati membuat Bi Sumi merasa lega, dia tidak ingin sesuatu terjadi pada sang nyonyah.
Mila yang berada di supermarket benar-benar merasa jenggah melihat berapa bodyguard yang selalu mengikutinya dan keberadaan Dewi yang berada di dekatnya, seolah dirinya adalah barang berharga yang tidak boleh hilang atau rusak.
Setelah sampai di parkiran supermarket Mila bergegas turun dari mobil, Dewi dengan sigap membukakan pintu untuk sang majikan.
"Dewi katakan pada mereka, untuk tidak ikut masuk kedalam, biarkan mereka menunggu di sini, aku tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang di sini "
"Baik nyonyah akan saya katakan pada mereka "dengan sigap Dewi pergi menemui para bodyguard agar mengawasi nyonyah dari jarak jauh agar tidak terlihat dari nyonyah. setelah mendapat anggukan kepala dari para bodyguard, dewi mendekati Mila yang berdiri menunggu.
"Silahkan nyonyah belanja tanpa terganggu kehadiran mereka"
"terima kasih Dewi" Mila menepuk pundak Dewi dengan lembut. Dewi tersenyum memandang Mila dengan lembut.
Mila memilih berapa sayuran segar dan daging saat sedang mencari minuman segar, tanpa sengaja trolinya menabrak seseorang yang sedang mencari makanan ringan yang tak jauh dari Mila berdiri.
"Maaf Tuan saya tidak sengaja ?"
"Tidak apa-apa Nak, saya yang seharusnya minta maaf " sesaat mereka saling pandang, iris mata pria paruh baya menyipit saat memandang wajah cantik yang berada di depannya, senyumnya mengingatkan seseorang yang sangat dia sayangi.
"Apa ada yang terluka Tuan " Mila bertanya saat dilihat pria didepan hanya diam.
"Tidak Nak, saya tidak apa-apa. siapa namamu Nak ?" pria paruh baya yang penasaran dengan nama wanita muda di depan. namun sebelum mendapat jawaban seorang wanita berlari dengan tergesa-gesa mendatangi Mereka.
"Maaf nyonyah saya lama, sekarang kita harus pulang. Tuan sudah menunggu Anda di rumah " Dewi yang baru tiba dari kamar mandi dengan cepat mendekati Mila terlihat sedang berbicara dengan orang asing, terlebih Dewi melihat berapa pengawal bayangan millik pria itu yang tengah mengawasinya.
"Baiklah kita pulang, Tuan sekali lagi maaf. kami pulang dulu permisi " Mila kembali mendorong troli bersama Dewi. entah perasaan yang sensitif atau apa namun Mila merasa begitu dekat dengan pria itu.
Pria paruh baya yang tidak lain adalah Herman merasa pernah melihat senyum Mila dan wajahnya tidak asing baginya, wajah yang teramat dia rindukan. namun menepisnya.
"Mungkin ini hanya kebetulan gadis itu mirip dengan putraku, tapi senyum itu sangat mirip dengan menantu kesayanganku. wajah mereka seperti benar berada di gadis muda itu "
"Maaf Tuan apa mungkin dia cucu Anda yang ?"
"Tidak cucuku sudah aku temukan, meski aku meragukannya tapi dia tetaplah cucuku "
"Apa Anda tidak akan melakukan tes DNA terlebih dulu"
"Aku sudah melakukannya, dan hasilnya positif " meski sedikit ragu dengan jawabannya namun tidak mungkin, dia sendiri yang melakukan tes itu tanpa mereka mengetahuinya.
Di kantor Devan yang merasa emosi dengan kelakuan Jenni yang terus datang di kantornya dengan dalih suruhan Nenek membuatnya moodnya hilang. saat hatinya di penuhi emosi tiba-tiba Dewi menghubunginya jika dirinya dan Mila akan ke supermarket. terlebih laporan terakhirnya yang membuat Devan dengan cepat pergi dari kantor.
"Devan kamu mau kemana?" Jenni yang melihat Devan pergi dengan tergesa-gesa membuatnya penasaran kemana gerangan perginya sang tunangan.
"Bukan urusanmu!!"
"Jelas jadi urusanku. karena kamu tunanganku calon suamiku dan aku harus tau kemana tunangannya pergi ?" cecar Jenni dengan kesal karena di abaikan oleh Devan.
"Tunangan. siapa tunangamu!! dan kapan kita tunangan haahh !!!?" di bentak seperti itu membuat tubuh Jenni ketakutan.
"Bukankah kita akan bertunangan dan aku calon istrimu Devan kenapa kamu bersikap keras terhadapku?"
"Karena kamu bukanlah tunanganku ataupun calon istriku camkan itu!!!" Devan keluar dengan membanting pintu dengan keras. pergi dari kantor untuk pulang ke rumah, perasaan takut terjadi sesuatu pada sang istri terlebih bertemu dengan Herman.