"Aku memang mau menunggu Papa." Ruanruan menarik jari tangan Mu Shen kemudian dia membawanya masuk ke dalam vila bersama dengannya.
"Papa pasti lelah bekerja, sudah lapar belum? Ruanruan bisa memijat pundak. Dulu Ruanruan pernah memijat master dan master mengatakan pijatan Ruanruan sangat enak. Papa mau Ruanruan memijat pundak Papa?"
Ruanruan yang sangat senang tidak berhenti menanyakan berbagai hal hingga saat mereka tiba di dalam, dia menjadi sibuk. Mulai dari mengambilkan sepasang sandal Rumah untuk Mu Shen dari dalam lemari kemudian dia juga mengambil miliknya sendiri.
"Ini punya Papa."
Di sebelah sandal rumah berwarna abu-abu gelap terdapat sandal bulu bergambar kelinci berwarna merah muda yang terlihat sangat lucu.
Entah kenapa melihat itu membuat sorot mata Mu Shen menjadi hangat.
Ruanruan kemudian menggunakan sandal rumah miliknya, setelah itu dia berbalik badan dan menarik tangan Mu Shen untuk berjalan masuk bersama dengannya.
"Papa duduklah." Ruanruan mendorong Mu Shen untuk duduk. Mu Shen mengangkat alisnya dan dia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Ruanruan, tapi dia tetap duduk.
Setelah itu dia melihat Ruanruan yang berlari sampai ke mesin dispenser, dan mengambil segelas air, setelah itu anak tersebut memegang gelas itu dengan kedua tangannya sambil berlari kecil ke arahnya.
"Papa minum dulu." Dia memberikan gelas itu kepada Mu Shen dan Ruanruan melihat ke arah Mu Shen dengan sorot mata penuh penantian.
Mu Shen merasa seperti ada yang memukul jantungnya.
Dia tidak pernah mengira ada hari dimana ada seorang anak kecil yang menunggu kepulangannya di depan pintu, kemudian dengan penuh perhatian bertanya apakah dia sudah makan atau belum, lelah atau tidak, dan saat masuk ke dalam rumah, dengan perhatian menyiapkan sandal rumah untuknya bahkan menuangkan air untuknya.
Jelas-jelas itu semua adalah sebuah hal yang sangat sederhana, tapi itu berhasil membuat perasaan Mu Shen begitu tersentuh dan merasa hangat.
Dia menelan air liurnya lalu mengulurkan tangannya dan mengusap kepala kecil Ruanruan dengan lembut.
Dan dengan sedikit canggung berkata, "Anak baik."
Mata Ruanruan yang besar seketika berbinar, kemudian terlihat senyuman bahagia di wajahnya yang berisi itu.
"Papa, ini minumlah!" Suara Ruanruan terdengar semakin ceria.
"Hm."
Setelah Mu Shen meminum air yang diambilkan oleh Ruanruan, makanan mereka juga sudah siap. Ruanruan berlari membantu menata makanan di atas meja, jika saja bukan karena tubuhnya yang pendek maka dia ingin menyajikan makanan untuk Mu Shen.
Saat Ruanruan membawa piring, semua orang mengira dia tidak akan bisa melakukannya, tapi dia melakukannya dengan sangat baik.
Setelah selesai melakukan semua itu, Ruanruan duduk di samping Mu Shen dengan tenang, kemudian dia menyangga dagunya dan melihat Mu Shen makan.
"Hm? Kenapa kamu tidak makan?"
Ruanruan dengan suara manis menjawab, "Ruanruan tadi sudah makan 1 mangkuk mi yang besar, masakan bibi sangat enak, perut Ruanruan bahkan sudah membesar. Kemudian Paman kepala pelayan membawa Ruanruan dan Xiao Baibai berjalan-jalan untuk membantu mencerna makanan, kemudian kami bertemu dengan Kak Jincheng. Papa, Ruanruan sudah memiliki teman baru. Besok Ruanruan tidak akan makan lebih awal, Ruanruan akan menunggu Papa pulang agar bisa makan bersama."
Mu Shen tidak tahu siapa 'Kak Jincheng' yang dimaksud oleh Ruanruan sehingga dia hanya menjawab, "Hm."
Kemudian dia berkata, "Tidak perlu menungguku, kalau kamu lapar maka minta Bibi Liu untuk menyiapkan makanan untukmu."
"Tapi Ruanruan ingin makan bersama Papa." Setelah Ruanruan mengatakan itu, seorang pelayan perempuan membawakan segelas susu untuk Ruanruan. Ruanruan memegang gelas susu itu dengan kedua tangannya lalu meminumnya sambil menggoyang-goyangkan kedua kaki kecilnya.
Setelah Mu Shen selesai makan, dia langsung melihat mulut Ruanruan yang belepotan dengan susu hingga membuatnya seperti memiliki kumis berwarna putih.
Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk ke arah mulut Ruanruan kemudian memberikan tisu kepada Ruanruan, "Bersihkan mulutmu."
Ruanruan menerima tisu dari Mu Shen kemudian mengelap mulutnya sampai bersih.
Setelah selesai makan, mereka berdua duduk di sofa dan menonton televisi. Ruanruan dan Mu Shen menonton kartun kemudian Mu Shen melihat handphonenya sebentar, setelah itu dia melihat foto yang dikirim oleh kepala pelayan di lingkaran pertemanannya.
'Dia memberi Kepala pelayan stroberi dan permen susu?!'
Dia membaca tulisan kekanak-kanakan kepala pelayan dan sorot matanya berubah menjadi dingin, setelah itu dia melihat ke arah Ruanruan yang duduk di sampingnya.
Ruanruan merasakan sorot mata Mu Shen, dia menolehkan kepalanya lalu melihat ke arah Mu Shen, "Papa kenapa?"
"Tidak apa-apa!"
'Itu kan hanya permen dan stroberi, aku tidak kekurangan apapun!'
Walaupun dia berpikir seperti itu, tapi hal itu terus mengganggu pikirannya saat dia bekerja.
Hingga akhirnya Ruanruan mendekat ke arahnya dan dia dapat mencium aroma bubuk susu dari tubuh Ruanruan, kemudian Ruanruan menggunakan kedua tangan kecilnya untuk memijat pundak Mu Shen.
Mu Shen menikmati pijatan Ruanruan hingga dia hampir saja bersandar ke belakang karena begitu menikmatinya, 'Tangannya yang kecil ternyata cukup bertenaga juga.'
"Papa lelah ya? Ruanruan bantu pijat pundak Papa ya. Dulu saat master lelah Ruanruan juga melakukan ini, kemudian saat malam hari master tidur dengan sangat nyenyak."
Tubuh Mu Shen yang sebelumnya begitu tegang perlahan menjadi lebih santai.
Saat dia mendengar Ruanruan yang selalu bicara tentang 'masternya', Mu Shen tiba-tiba merasa sedikit tidak senang.
'Master, master, memang apa hebatnya dia? Aku Papanya!'
Tapi karena Ruanruan memijat pundaknya, dia akhirnya tidak memikirkan kenapa dirinya tidak diberi stroberi ataupun permen seperti kepala pelayan.
"Sudah cukup, kamu duduk saja menonton televisi."
"Hm, hm, Ruanruan mengerti." Ruanruan menganggukkan kepalanya tapi dia masih memijat pundak Mu Shen untuk beberapa saat, baru setelah itu dia kembali duduk dengan baik di samping Mu Shen.
Sekarang sudah malam, Mu Shen bekerja sebentar setelah itu dia tidak fokus dan melihat keadaan Ruanruan. Dia melihat Ruanruan yang masih fokus menonton televisi dengan serius, kemudian dia melihat ke layar televisi dan melihat ada orang dan binatang yang sedang melompat-lompat. Dia menjadi tidak mengerti kenapa anak kecil bisa menyukai kartun seperti ini.
Sampai pukul 8 malam, kepala pelayan membawakan sebuah piring yang penuh dengan buah stroberi.
Saat Ruanruan melihat buah stroberi, dia tidak menonton kartun lagi. Dia menarik tangan Mu Shen dengan senang lalu berkata, "Papa, Papa, 2 stroberi yang paling besar itu untuk Papa, Ruanruan sengaja menyimpannya untuk Papa."
Mu Shen melihat 2 buah stroberi yang besar dan terlihat indah di atas piring, kemudian dia membandingkan dengan buah stroberi milik kepala pelayan yang dia lihat dari sebuah foto di dalam handphonenya tadi. Dia pun langsung merasa bangga karena Ruanruan secara khusus menyimpan 2 buah stroberi yang paling bagus dan paling besar untuk dirinya.
Ruanruan berlari untuk mengambil 2 buah stroberi itu kemudian memberikannya kepada Mu Shen.
"Papa makan ini, ini sangat enak." Ruanruan tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit, tapi setelah mengatakan itu dia sendiri jadi membayangkan rasa buah stroberi yang enak itu dan hampir saja meneteskan air liurnya.
Mu Shen yang melihat sikap Ruanruan itu merasa ingin tertawa.
Tapi dia dengan tenang menggunakan 2 jarinya untuk mengambil stroberi besar dari tangan Ruanruan dan Ruanruan melihat Mu Shen menggigit buah stroberi itu.
"Papa, enak kan?" Ruanruan langsung bertanya.
Mu Shen menganggukkan kepalanya.
"Ruanruan awalnya ingin memberikan 1 ini untuk master, tapi sayang sekali master tidak bisa memakannya sekarang, jadi Ruanruan memberikan semuanya untuk papa."
"Hm…"
Raut wajah Mu Shen seketika berubah, dia mengulurkan tangannya menutup mulutnya sendiri.
Ruanruan sangat terkejut melihat Mu Shen.
"Papa kenapa?!" Ruanruan dengan khawatir berusaha membuka tangan Mu Shen.
"Tidak apa-apa, hanya tanpa sengaja lidahku tergigit!"
Mu Shen tertegun dan mengatakan itu begitu saja.
Ruanruan, "..."
Di matanya Mu Shen tidak terlihat baik-baik saja...
"Tuan muda, Anda baik-baik saja?" Kepala pelayan juga terkejut melihat itu.
"Tidak apa-apa." Mu Shen melambaikan tangannya. Dia menekan lidahnya ke samping mulutnya, 'Sebenarnya siapa masternya itu?!'
Setelah berkumur dengan air, Mu Shen menghabiskan semua stroberi yang ada di atas piring!
'Semua ini punyaku, tidak ada yang merupakan milik master, master itu!' Pikri Mu Shen.