Sayangnya, hal yang membuat Di Yanfeng kecewa adalah wajah Lin Qianyi tetap terlihat tenang dan sama sekali tidak menunjukkan rasa keterkejutan, bahkan bingung.
Akan tetapi setelah menyadari hal ini, Di Yanfeng pun merasa heran namun juga senang. Lagi pula, sangat sedikit orang yang setelah mendengar kabar bahwa kakaknya adalah penerus keluarga Di, orang itu pasti akan sangat terkejut.
Namun berbeda dengan kakak iparnya ini, ia masih tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hal itu membuat Di Yanfeng sangat kagum dengan kakak iparnya ini.
Sayangnya, reaksi diam Lin Qianyi ini bukan karena dirinya tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya bingung menerima semua kenyataan ini.
Apalagi, Lin Qianyi baru saja yakin bahwa suaminya bukan memiliki karakter dingin seperti Tuan Keempat. Namun sekarang, Di Yanfeng telah memberitahunya bahwa suaminya sendiri adalah tuan keempat yang dingin itu?!
Ya Tuhan! Bukankah dunia sedang mempermainkannya!!
Akan tetapi bila dipikirkan dengan benar, seharusnya tidak masalah juga bila suaminya memiliki sikap seperti itu. Andai sikapnya memang seperti itu, bukankah berarti Lin Qianyi dapat tertidur dengan sangat aman, ya?
Memikirkan ini, Lin Qianyi seolah lebih bersemangat dan memandang Di Yanfeng dengan tatapan yang lebih ramah.
Bisa dikatakan, jalan saraf otak Lin Qianyi memang sangat berbeda dengan orang lain!
"Suamiku memang sangat hebat dan kamu sebagai adiknya….juga harus menunjukkan kehebatanmu. Lagi pula, kamu juga kelihatan cukup berbakat." Jawab Lin Qianyi.
Suasana hati Lin Qianyi sangat baik dan tangannya seketika menepuk pundak Di Yanfeng. Ia pun berkata lagi, "Aku hanya mau bertanya, apakah kamu pernah menjadi paparazi?"
Saat mendengar pujian Lin Qianyi tadi, mulut Di Yanfeng langsung tersenyum bangga. Namun senyuman penuh kebanggaan itu segera hilang saat mendengarkan perkataannya. Bibirnya pun seketika mengerut dan tampak kesal. Di Yanfeng langsung menatap Lin Qianyi dengan penuh kemarahan.
"Kakak Ipar, aku ini salah satu pria yang terlahir begitu tampan. Siapapun yang melihatku pasti menyukaiku. Jadi, dari mananya aku mirip seperti paparazi?" Tanya Di Yanfeng dengan nada sewot.
Di Yanfeng yang suka memuji dirinya sendiri pun hanya melihat Lin Qianyi dan menunggu jawaban darinya.
Lin Qianyi berpura-pura memandangnya sekilas dan menganggukkan kepala. Ia pun menatap ke arah Di Yanfeng yang penuh harapan dan berkata dengan jawaban yang membuatnya bisa memuntahkan darah.
"Mirip... sangat mirip! Pertama kali bertemu denganmu, aku sudah mengetahui bahwa kamu memiliki bakat menjadi seorang paparazi. Kamu memiliki kemampuan yang dibutuhkan menjadi paparazi lebih dari orang lain. Selamat... selamat, ya!"
Lin Qianyi berkata seperti itu dengan nada penuh pujian. Akhirnya, ia menepuk pundak adik iparnya itu layaknya memberikan dukungan kepadanya.
Tetapi kalau dilihat dengan jelas dari tatapan mata Lin Qianyi, gadis ini memberikan pandangan agak nakal.
Lin Qianyi yang kelihatannya sangat serius, tetapi dalam hati sedang tertawa karena sama sekali tidak menyangka bahwa Di Yanfeng ternyata dapat dengan mudah diperdaya dan menjadikannya sebagai bahan bercandaan.
Perkataan Lin Qianyi itu sungguh membuat Di Yanfeng tidak bisa melawan sama sekali!
Di Yanfeng mendengar nada suaranya yang begitu pasti, langsung berubah menjadi suram. Wajahnya seakan ingin menangis dan mengadu akan perbuatan kakak iparnya ini.
Tiba-tiba Di Yanfeng langsung merasakan tatapan yang sangat dingin. Ya, tatapan itu tidak lain adalah tatapan dari kakaknya sendiri. Tatapannya terasa tajam dan membuatnya merinding.
Di Yanfeng tidak mengerti maksud dari tatapan itu dan baru menoleh ke arah kakaknya. Ia pun melihat kakaknya sedang menatapnya seakan memiliki keinginan untuk membunuh. Hal ini langsung membuatnya merasa terkejut.
Apa yang salah dari Di Yanfeng? Apalagi, kakaknya sampai menatap dengan tatapan yang begitu mengerikan seperti itu?
Di Yanfeng seketika menundukkan kepala dan melihat tangan putih kakak iparnya itu berada di pundaknya.
Menyadari itu, Di Yanfeng langsung menutup matanya dan melihat ke arah kakaknya lagi. Ia pun baru mengerti bahwa kakaknya sedang cemburu!
Oh... oh... oh!!! Kenapa bisa begini! Lagi pula Di Yanfeng merupakan adiknya sendiri, bukan orang lain. Selain itu, tangan kakak ipar sendiri yang menyentuhnya, bukan dirinya yang meminta seperti itu.
Mengapa hanya memelototinya dan bukan melarang kakak iparnya saja?!!
Di Yanfeng merasa bahwa dirinya sedang sial sekali. Kedua orang yang ada di sini selalu menyiksanya, apakah masih ingin membiarkannya hidup?! Sebenarnya, ia masih ingin meminta kakak iparnya agar bisa membantunya. Namun, tidak disangka bila mulut kakak iparnya ini ternyata juga begitu beracun!