Tahun ini, Jun Ci masuk kelas 3 SMA, dan dia berhasil masuk ke dalam kelas nomor satu.
Kelas 3-1 sebenarnya tidak bisa disebut sebagai kelas favorit yang berisi siswa-siswa terpintar di angkatannya.
Nilai sekolah Jun Ci juga tidak terlalu buruk.
Guru Wang tidak pernah memperlakukan Jun Ci dengan buruk. Akan tetapi, Jun Ci sering diganggu dan diintimidasi oleh siswa lain karena penampilannya yang buruk.
Dengan tubuh setinggi 172 sentimeter, Jun Ci termasuk cukup tinggi untuk ukuran standar umum seorang wanita.
Namun, Jun Ci termasuk pendek untuk standar tinggi badan seorang laki-laki.
Siswa yang bertubuh tinggi dan kurus biasanya tidak banyak bicara.
Biasanya siswa seperti inilah yang menjadi target utama untuk ditindas oleh para remaja yang suka mencari masalah.
Bahkan, para gadis tampak jijik saat melihatnya.
Tidak akan ada siswa lain yang mau membantu, bahkan biasanya merasa jijik dan tidak sudi bergaul dengan siswa yang diintimidasi. Hal seperti ini sudah biasa terjadi di lingkungan sekolah.
Tetapi, tentu saja mereka semua tidak tahu bahwa sebenarnya Jun Ci adalah perempuan.
Hari ini, para siswa kelas 3-1 merasa bahwa ada yang aneh.
Mereka mulai merasakan hal itu sejak Jun Ci berjalan masuk ke dalam kelas.
Siswa yang biasanya memiliki penampilan buruk, baik dari segi wajah maupun postur tubuh, saat ini justru berdiri dengan punggung tegap. Bahkan, gerak tubuhnya tampak begitu malas dan santai.
Seragam sekolah Jun Ci tampak agak longgar di tubuh kurusnya.
Tapi, entah kenapa tubuhnya seakan memancarkan aura yang agung.
Ini adalah semacam perasaan yang tidak bisa disebutkan dengan kata-kata, sangat membingungkan, dan seketika membuat orang lain merasa minder.
Bintik hitam di antara dahi dan matanya masih tampak sangat mencolok meski sebagian besar wajahnya ditutupi masker.
Dan yang anehnya lagi, hari ini, sepasang matanya tampak bersinar begitu terang dan menatap lurus ke depan. Padahal biasanya kepalanya selalu tertunduk, dan matanya selalu melihat kebawah.
Jika mengabaikan bintik-bintik hitam di wajah Jun Ci, sepasang matanya yang sangat cerah itu tampak sangat indah dan menarik perhatian.
Bahkan, jika dilihat dalam waktu yang lama, sepasang mata Jun Ci yang indah itu seolah mampu membuat orang yang melihatnya terhanyut dalam pesonanya, dan akhirnya melupakan bintik-bintik hitam yang memenuhi wajahnya.
Beberapa helai rambutnya tampak tidak rapi dan jatuh di dahinya. Hal ini justru membuatnya tampak lebih segar seperti anak muda pada umumnya.
Jika kepribadian seseorang tiba-tiba mengalami perubahan besar, maka seluruh penampilannya juga bisa mengalami perubahan satu tingkat lebih baik.
Inilah yang terjadi pada Jun Ci sekarang.
Sekarang sifat pengecutnya sudah menghilang. Dulu, dia selalu menundukkan kepala dan tidak berani memandang orang lain. Kini, orang-orang bisa melihat sepasang mata indah Jun Ci, yang dapat membuat mereka sulit mengalihkan pandangan. Hal yang tak pernah mereka sadari sebelumnya.
Begitu bintik-bintik di wajahnya berhasil dihilangkan, penampilannya pasti akan berubah drastis. Tak akan ada yang pernah membayangkan ini.
"Tidakkah kau merasa… bahwa Jun Ci hari ini berubah?"
Teman-teman sekelas Jun Ci saling berbisik. Tiba-tiba mereka merasa bahwa Jun Ci menjadi sedikit lebih menarik.
Namun, kalau dilihat baik-baik, sebenarnya tidak ada perubahan yang signifikan.
Perubahan ini bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan dengan kata-kata, karena perubahan ini terletak pada aura tubuhnya.
Jun Ci duduk sendirian di baris terakhir. Melalui transmisi dari Gulu, dia bisa mendengar orang-orang di sekitarnya yang sedang membicarakan dirinya. Gulu mentransmisikan informasi secara langsung, jadi Jun Ci bisa mendengarnya saat itu juga tanpa jeda. Meskipun demikian, Jun Ci tidak peduli dengan apapun yang dibicarakan orang-orang.
Jun Ci sudah cukup sering mendengar orang-orang lain membicarakan hal buruk tentang dirinya di belakangnya.
Dan sepertinya ini akan terus berlanjut di masa depan. Tidak akan berubah.
Sebagian besar teman sekelas Jun Ci adalah siswa yang berprestasi dalam bidang akademis. Mereka harus mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Hanya beberapa dari mereka yang masih sempat membicarakan Jun Ci.
Selama kegiatan belajar mandiri di pagi ini, tidak ada hal aneh yang terjadi pada Jun Ci, selain tatapan menyelidik dari teman-temannya sekelasnya.
Tetapi, menurut Jun Ci, kondisi aktivitas belajar mengajar di sini sangat buruk dan masih terbelakang. Sebagai seseorang yang dulu hidup sebagai putra mahkota, Jun Ci pasti mengenyam pendidikan dengan sistem yang lebih baik. Tak heran jika dia terus mengeluhkan hal ini.
Jam pertama belajar mandiri telah selesai. Jun Ci sedang duduk di kelas dan belum sempat keluar. Tiba-tiba, terdengar suara laki-laki yang sombong dari luar pintu. "Hei, kau yang bermarga Jun, keluarlah! Anakmu ini ada urusan denganmu!"
Terdengar banyak tawa saat orang itu selesai bicara.
Teman-teman yang masih di dalam kelas langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Jun Ci.
Kebanyakan dari mereka seolah sedang menonton pertunjukan. Hanya satu atau dua orang yang memberi tatapan simpati pada Jun Ci dan menghela napas karena merasa kasihan.
Alis Jun Ci terangkat.
Sepertinya pembuat onar telah datang...
Sejak Jun Ci terlahir kembali di dunia ini, Gulu telah menerima pengetahuan tentang budaya di bumi ini secara bertahap. Dia juga telah meneliti beberapa di antaranya. Di kepala Jun Ci, tiba-tiba Gulu berkata, "Yang Mulia, sudah waktunya bagi Anda untuk berakting kuat!"
Jun Ci hanya terdiam.