Awalnya, Jun Ci tidak mau melakukannya.
Sebenarnya dia adalah orang yang mengutamakan perdamaian. Dia tak suka kekerasan.
Tetapi, orang yang ada di depannya ini sungguh tak tahu malu. Mungkin karena dia tumbuh dengan wajah yang sangat jelek.
Oleh karena itu, Jun Ci tidak bisa menahan diri lagi.
Tatapan mata Jun Ci yang tampak dingin dan arogan menyapu semua orang di sekitarnya. Tatapan yang seolah dapat membuat orang lain tidak punya jalan keluar untuk melarikan diri. Kemudian dia menyunggingkan senyuman penuh arti. "Siapa yang ingin bergabung dengan dia? Siapa lagi yang berani meminta uang beasiswaku? Mari kita selesaikan masalah ini hari ini juga. Aku tidak pernah tawar menawar dengan kalian sebelumnya. Sekarang adalah saatku untuk menghadapi kalian!"
Bagaimanapun juga, ini adalah perubahan yang terlalu mendadak. Jun Ci harus memberi mereka peringatan supaya tidak bertindak semena-mena pada dirinya lagi.
Dulu dia memang bisa menahan diri, tapi bukan berarti dia tidak bisa melawan sama sekali!
Suara Jun Ci yang tak tertandingi, terdengar malas-malasan dan penuh kesombongan mencapai telinga semua orang di sekitarnya. Semua orang gemetar ketakutan saat mendapatkan tatapan dingin Jun Ci.
Tidak ada yang pernah terpikir akan hal ini. Bagaimana bisa Jun Ci tiba-tiba memukul Yang Chengpeng seperti itu?
Sekarang setelah dipikir-pikir, Jun Ci dulu memang sering ditindas, akan tetapi dia tidak pernah dipalak.
Hal itu karena dulu Zhang Changmin selalu mengambil semua uang tunjangan beasiswa Jun Ci dan tidak pernah memberinya sepeser pun. Oleh sebab itu, tidak ada yang bisa dirampas oleh Yang Chengpeng.
Sekarang tiba-tiba Yang Chengpeng mengatakan kalau dirinya ingin meminta uang tunjangan beasiswa Jun Ci. Mungkinkah hal ini yang menyebabkan amarah Jun Ci meluap hingga memukul Yang Chengpeng?
Lagi pula, merampas uang milik orang lain memang tindakan buruk, meski hal itu sangat umum terjadi di sekolah ini.
Tidak ada siswa di sekitar sana yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Jun Ci mengatupkan bibirnya. Dengan ekspresi dingin, dia menatap Yang Chengpeng, yang terduduk di lantai. "Dasar orang tak berguna. Aku tidak memiliki anak sampah sepertimu. Sekali lagi kau berani melakukannya, maka akan kupatahkan lenganmu!"
Semua guru kembali ke kantor tepat setelah belajar mandiri di pagi hari, jadi tidak akan ada guru yang menghentikan mereka.
Hal ini juga yang dimanfaatkan Yang Chengpeng untuk memalak Jun Ci. Namun, hasilnya malah berubah menjadi tragedi untuk dirinya sendiri.
Yang Chengpeng memandang Jun Ci dengan tatapan arogan. Dia masih tidak mau mengakui kekalahannya. Tentu saja Jun Ci dapat merasakan hal itu, namun dia hanya sedikit menurunkan pandangannya dengan acuh.
Saat ini, jantung Yang Chengpeng berdetak sangat keras.
Yang Chengpeng tidak bisa menggambarkan tatapan itu. Tatapan yang begitu mengerikan dan suram, seperti tatapan orang yang hampir sekarat.
Tatapan yang begitu arogan dan mengawasi semua di sekitarnya.
Yang Chengping merasa tidak nyaman menatap mata Jun Ci.
Sekarang Yang Chengpeng benar-benar takut dihancurkan Jun Ci, baik secara mental maupun fisik.
Dia bahkan tidak berani menatap Jun Ci secara langsung!
"Ma... maafkan aku."
Yang Chengpeng berbicara dengan terbata-bata dan gemetar saking takutnya.
Sebenarnya dia tidak mau meminta maaf, tapi dia merasa bahwa akan terjadi hal yang lebih buruk lagi jika dirinya tidak meminta ampun pada Jun Ci.
Ini adalah sejenis ketakutan dari jiwanya sendiri.
"Sial."
Jun Ci mendengus dan menarik kembali kaki panjangnya yang telah menginjak Yang Chengpeng. Semua siswa yang menonton keributan ini tampak linglung dan kosong seolah tak berjiwa.
Jun Ci kembali ke dalam kelas dengan wajah acuh.
"Huft."
Semua siswa kembali ke posisi duduk masing-masing.
Mereka duduk dengan tegak dan tegang. Rasanya seperti ada seorang pria besar yang tiba-tiba masuk ke kelas mereka.
Ini sungguh konyol sekali.
"Akting Yang Mulia benar-benar berhasil."
Gulu memuji dengan tulus dalam benak Jun Ci.
Jun Ci hampir saja tidak bisa menahan tawanya saat mendengar ucapan Gulu.
Tetapi dia menahannya, karena kalau dirinya sampai tertawa, citra dirinya yang dingin akan langsung runtuh.
Beberapa orang di sekitar sudah mulai berbisik-bisik membicarakan Jun Ci.
"Ya Tuhan, tendangannya barusan sangat keren sekali."
"Benar-benar tidak kuduga. Bagaimana bisa seorang Jun Ci menjadi begitu keren dalam waktu sesingkat ini?"
"Apa sebenarnya dia memang pandai berkelahi? Kalian lihat, Yang Chengpeng sampai sekarang belum bangun karena tendangan Jun Ci."
Di satu sisi, Yang Chengpeng sedang dibantu teman-temannya untuk berdiri.
Dia marah besar. "Kenapa kalian tadi tidak membantuku?"
Teman-teman sekelas Yang Chengpeng dan beberapa anak laki-laki di gengnya saling melirik satu sama lain. Mereka semua terlihat ketakutan. "Tidak tahu. Kau lihat sendiri, kan? Tadi mata anak itu tampak begitu menakutkan. Kalau kita melawannya, kurasa kemungkinan besar kita semua akan berakhir terkapar di lantai sepertimu."
Siapa juga yang berani melawan Jun Ci dalam situasi seperti tadi?!
'Cuih!'
Yang Chengpeng meludah ke tanah dan menatap kelas Jun Ci dengan tatapan penuh kebencian.
"Akan kubuat dia bercucuran darah!"