Oh.
Ternyata masih berani melakukan balas dendam?
Sepertinya tadi Jun Ci memukulnya terlalu ringan!
Jun Ci menghela napas dingin. Dia memandang segerombolan berandalan di depannya dengan acuh tak acuh. "Apa Yang Chengpeng yang menyuruh kalian kesini?"
Tak seperti yang mereka duga, nada bicara Jun Ci terdengar malas-malasan dan benar-benar acuh tak acuh.
Suara yang dapat membuat orang yang mendengarnya semakin tersulut emosi.
Para gangster itu tertawa.
Meski sekarang mereka sedang tidak membawa senjata tajam, tapi mereka semua sudah sering berkelahi hanya menggunakan tangan kosong. Terlebih lagi, jumlah mereka ada 10 orang lebih.
Masalahnya, apakah tubuh kurus Jun Ci ini bisa menanggung pukulan dari setengah gerombolan preman itu?
Bisa-bisanya dia masih berani bersikap angkuh seperti itu?
"Kami tidak bisa dibandingkan dengan sampah Yang Chengpeng!"
Seseorang yang tampak seperti ketua komplotan itu melangkah maju beberapa langkah dan menatap Jun Ci dengan sorot mata beringas.
Dia berlagak seperti bos besar yang dingin dan tidak mau repot-repot untuk berbicara.
Begitu dia melambaikan tangannya, orang-orang di sekitarnya segera mendekati Jun Ci.
Beberapa orang yang lewat di jalan itu melihat kejadian ini, namun mereka semua hanya bersembunyi di kejauhan dan menonton perkelahian itu.
Beberapa orang yang tidak takut darah justru mengeluarkan ponsel mereka dan mulai merekam perseteruan Jun Ci dan preman-preman itu.
Beginilah yang biasa terjadi. Sekolah bukan selalu tempat untuk pembangunan masa depan anak. Nyatanya, sebagian besar sekolah justru menjadi tempat para berandal yang suka menindas yang lemah, dan orang lain hanya melihatnya seolah itu adalah sebuah pertunjukkan yang epik.
Situasi seperti inilah yang sering terjadi.
Orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini.
Sekalipun mereka tahu bahwa memukul dan membunuh orang adalah perbuatan yang melanggar hukum, tapi mereka selalu takut untuk ikut campur dengan urusan para gangster. Karena begitu sesuatu terjadi, anggota keluarga mereka bisa-bisa juga terseret dalam masalah mereka. Niat tulus untuk menolong justru akan menjadi bencana untuk diri sendiri hingga keluarga.
Oleh karena itu, tidak banyak orang yang berani ikut campur dengan masalah seperti ini.
Dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, hal seperti inilah yang selalu terjadi.
Jun Ci melihat para berandal itu berjalan ke arahnya. Bahkan sebelum mereka dekat dengan posisinya, Jun Ci mencium bau yang menjijikkan dari mereka.
Sebentar lagi sudah masuk musim panas. Apa orang-orang ini tidak tahu cara mandi dan mencuci baju dengan benar?
Jun Ci tidak tahan dengan bau mereka. Bagi Jun Ci, kebersihan hampir sama pentingnya dengan kesempurnaan wajahnya.
Sebelum seorang berandal berhasil mendekatinya, Jun Ci langsung memberinya tendangan.
Tendangan itu cukup membuat seseorang kehilangan kekuatan bertarungnya untuk sementara waktu, seperti yang terjadi pada Yang Chengpeng di sekolah tadi pagi.
Begitu melihat siluet kaki yang menendang itu, mereka semua memandang lurus dan fokus ke arah Jun Ci.
Tetapi, para gengster ini tidak dapat dibandingkan dengan para bawahan Yang Chengpeng. Mereka merespons dengan cepat dan bergegas maju bersama.
Mereka hanya ingin membalaskan dendam Yang Chengpeng atas pukulan yang diterimanya.
Ada sorot cahaya dingin di mata Jun Ci. Namun, dia tetap tampak begitu tenang.
Tubuh Jun Ci yang kurus tidak layak dibandingkan dengan para geng berandal ini, tetapi tubuhnya sangat lentur dan gesit.
Hanya dalam waktu singkat, mereka semua terlempar jauh tanpa ada yang bisa mendekat.
Jelas-jelas sosok Jun Ci tampak kurus, tapi ternyata tinjunya penuh dengan energi yang ganas.
Waktu berlalu dengan cepat, dan pemandangan di tempat itu seperti proses pembuatan film. Semua orang di sekitar terkapar di tanah hanya dalam waktu hampir satu menit.
Jeritan kesakitan para gangster menjadi pengiring yang sempurna untuk akhir pertarungan.
Semua pejalan kaki yang merekam adegan ini di kejauhan tampak tercengang. Bahkan, beberapa orang yang awalnya hanya menonton pertunjukan itu langsung mengeluarkan ponsel mereka untuk merekamnya.
"Demi apapun, pemuda itu sungguh keren sekali."
"Apakah mereka sedang melakukan syuting film aksi? Oh, Ya Tuhan!"
"Mana mungkin syuting film?! Sekelompok orang itu semuanya terkapar di tanah dan terlihat sulit bangun. Pasti mereka benar-benar dipukul dengan sangat kuat."
"Ini adalah pertama kalinya aku melihat seseorang yang bertarung begitu hebatnya!!"
"Ya, pemuda itu sungguh sangat lihai!"
Ada juga seorang bibi yang menjerit dari kejauhan sambil memegangi wajahnya, seolah-olah dia telah jatuh dalam pesona anak muda itu.
Para paman yang menyaksikan juga tampak tercengang. Wajah mereka tiba-tiba bercucuran keringat.
Jun Ci telah mengalahkan banyak gangster tanpa membutuhkan waktu lama.
Mata Jun Ci seketika menatap orang yang mulai berbicara.
Sekarang, si ketua gangster melihat sorot mata Jun Ci yang suram dan kejam terarah padanya. Keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya tanpa bisa dia hindari.
Tidak peduli betapa bodoh dia, harusnya sekarang dia sudah tahu bahwa kemampuan bertarung Jun Ci sungguh di luar batas kewajaran manusia!