"Yang Mulia, tadi Anda salah bicara. Kalimat yang digunakan orang di bumi ini untuk mengungkap terima kasih bukan seperti yang Anda katakan tadi. Perkataan Anda tadi berarti bahwa Anda akan mengingatnya kembali sebagai imbalan atas sejumlah uang tersebut."
Jun Ci pun terdiam.
Kemudian dia berdeham dan menyadari kesalahannya. "Itu tidak penting. Yang terpenting, sekarang aku punya sedikit uang. Gulu, tolong bantu periksakan apakah ada rumah murah yang bisa disewa di dekat-dekat sini. Berdasarkan harga rumah di daerah sini, kurasa aku bisa menyewa rumah kecil. Aku akan berusaha untuk beradaptasi dan tinggal dengan nyaman."
Tidak ada pilihan lain lagi. Bagaimanapun juga, kini Jun Ci sangat miskin.
Ini benar-benar…
Fakta yang menyedihkan.
"Tapi Yang Mulia, bukankah Anda bisa merasa tertekan dan sesak kalau tinggal di ruangan yang tingginya tidak sampai 3 meter?"
"Gulu, mari kita beradaptasi dengan kenyataan yang ada."
Sudah pasti Jun Ci akan merasa sangat tertekan dan sesak. Tapi sekarang dia miskin, jadi mau bagaimana lagi?
Dia sekarang sungguh miskin dalam segala aspek.
Kemiskinan yang dapat merubah kebiasaan hidup mewahnya dulu.
"Gulu telah menemukan tempat yang memenuhi kriteria Yang Mulia. Jaraknya sekitar 300 meter dari lokasi Anda sekarang. Saya perlihatkan petunjuk arah untuk Yang Mulia."
"Rumah kecil dengan satu kamar, kamar mandi, dan dapur. Kondisinya relatif bersih dan rapi. Pemiliknya adalah pasangan suami istri yang sangat tua dan juga baik. Rumah itu baru kosong kemarin. Sewa bulanannya 300 yuan. Biaya air dan listrik ditanggung penyewa. Ini sudah harga sewa yang paling murah di daerah sini. Selain itu, lingkungannya cukup tenang dan cocok untuk Yang Mulia berkreasi menulis novel."
Untungnya, di sisinya, Jun Ci memiliki Gulu yang lebih hebat dari apapun. Gulu bagaikan berkah di tengah-tengah kesialan hidupnya.
Jun Ci menghela napas penuh syukur.
"Terima kasih atas pujiannya Yang Mulia."
Gulu menemukan gelombang itu di otak Jun Ci dan berterima kasih dengan tulus.
"Sama-sama, Gulu."
Menurut peta 360 derajat yang ditunjukkan Gulu, Jun Ci dapat tiba di rumah sewa itu dalam dua menit.
….
Di luar ada sebuah toserba.
Toserba tersebut tersebar di seluruh kota ini.
Ukuran toserba itu sangat kecil. Bahkan, dari sudut toko di dekat dinding, para pengunjung sudah dapat melihat seluruh isi toko dan menemukan sebuah halaman kecil.
Penjaga toko tersebut adalah seorang wanita tua. Saat ini dia sedang berdiri di depan kasir. Dari senyumannya, tampak dia adalah orang yang sangat baik. "Pria muda, apakah kamu mau berbelanja?"
Penampilan Jun Ci saat ini mirip dengan laki-laki, jadi wajar saja jika orang lain langsung menganggapnya sebagai laki-laki.
Tentu saja, Jun Ci tidak akan menyanggahnya. Dia langsung mengutarakan tujuannya, "Nenek, apakah Nenek punya rumah kosong yang disewakan? Saya datang ke sini untuk menyewa rumah."
Di dunia ini hanya ada dua jenis orang yang dihormati Jun Ci.
Yang pertama adalah ibunya satu-satunya.
Dan yang kedua adalah para orang tua.
Para orang tua sudah sepatutnya untuk dihormati.
Oleh karena itu, Jun Ci berbicara dengan bahasa yang lebih sopan.
Nenek itu mendengar suara Jun Ci yang begitu menenangkan. Tetapi, dia terkejut begitu menyadari pertanyaan yang dilontarkan Jun Ci. "Bagaimana kamu tahu? Penyewa kamar sebelumnya baru pindah kemarin, dan suamiku belum memasang pemberitahuan kalau ada kamar kosong."
"Saya mendengarnya dari orang lain, jadi saya langsung datang kemari untuk menanyakannya."
Jun Ci tersenyum puas karena dirinya berhasil menemukan alasan yang cukup tepat.
Wanita tua itu memandang Jun Ci. Dia melihat Jun Ci memegang setumpuk buku dan membawa tas di tangannya.
Meskipun saat ini tubuh Jun Ci terlihat tegap dan bahkan tampak kuat, tapi nenek itu masih dapat melihat kesulitan yang tersembunyi di baliknya.
Nenek berhati lembut itu berujar dengan suara yang lebih halus, "Kamu ingin menyewanya? Kalau begitu, masuklah untuk melihat-lihat. Kemarilah, akan kutunjukkan tempatnya."
Hati Jun Ci pun lega mendengar nada bicara yang penuh cinta dari nenek ini. Seketika, dia teringat akan ibunya yang malang.
Tapi, dia segera menyingkirkan pikiran itu.
Bagaimanapun juga, dia sudah tidak akan bisa bertemu ibunya lagi.
Dia sekarang hidup sebagai Jun Ci, siswa SMA yang hidup di zaman modern. Jadi, dia harus hidup dalam kondisi yang lebih baik.
Kehidupannya sekarang tidak boleh lebih buruk dibandingkan saat berada di keluarga kerajaan.
Jika tidak, dia hanya akan mendapat penyesalan yang dalam atas reputasinya sebagai putra mahkota satu-satunya di keluarga kerajaan!