Chereads / Sutradaraku Ganteng / Chapter 13 - Mengambil Beasiswa Sendiri

Chapter 13 - Mengambil Beasiswa Sendiri

Bertindak sok-sok an tanpa memikirkan konsekuensinya...

Jun Ci telah meninggalkan rumah Keluarga Zhang tanpa beban, akan tetapi dia tidak tahu harus pergi ke mana. Dia hanya berdiri diam di lingkungan perumahan itu untuk sementara waktu.

Keluarga Zhang tinggal di kota tua yang telah dibangun selama lebih dari 20 tahun. Lingkungan sekitar rumah mereka dikelilingi oleh para orang tua yang ditinggalkan, entah itu yang ditinggalkan oleh suaminya maupun sebaliknya.

Ini juga merupakan pertama kalinya Jun Ci lahir ke dunia ini, jadi dia juga baru mendapat informasi tentang peradaban dunia ini.

Tapi sekarang ….

Huft...

Jun Ci menghela napas pelan dan berkomunikasi dengan Gulu di kepalanya, "Gulu, sepertinya aku benar-benar harus tidur di jalan."

"Yang Mulia, Anda tidak perlu tidur di jalan."

Gulu segera menanggapi Jun Ci yang memberinya secercah harapan. "Gulu baru tahu kalau beasiswa untuk Jun Ci ini sudah keluar. Berdasarkan aturan biasanya, kepala sekolah akan memberi tahu Keluarga Zhang besok.  Sebelum Keluarga Zhang menerimanya, Yang Mulia dapat segera pergi ke Kepala Sekolah untuk mengambil beasiswanya. Meskipun tidak banyak, tapi 1000 yuan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Yang Mulia untuk sementara waktu."

"Gulu akan selalu menemukan jalan keluar untuk Yang Mulia selama hidup di tubuh ini. Gulu tidak akan membiarkan Yang Mulia hidup sengsara!"

Mata Jun Ci berbinar cerah. "Gulu, kamu benar-benar bintang keberuntunganku!"

Jika Gulu tidak mengingatkannya, Jun Ci tidak ingat kalau dirinya memiliki beasiswa tunjangan hidup.

Keluarga Zhang pasti akan mengambilnya lebih dulu tanpa sepengetahuan Jun Ci.

"Sudah tugas Gulu untuk selalu membantu Yang Mulia dalam keadaan apapun."

"Baiklah, aku akan pergi menemui kepala sekolah sekarang juga."

Jun Ci menerima ingatan-ingatan dari pemilik asli tubuh yang ia tempati sekarang, siswa SMA yang selama ini telah hidup menyedihkan. Tentu saja dia tahu semua hal yang terjadi sebelumnya.

Jun Ci menimba ilmu di sekolah yang tidak hanya membebaskan biaya pendidikan, tetapi juga memberi uang tunjangan biaya hidup untuk muridnya yang membutuhkan.

Pemilik asli tubuh ini sudah cukup berusaha keras hingga dia bisa mendapatkan kesempatan tunjangan beasiswa setiap tiga bulan sekali. Kebetulan sekali, waktu pencairan dananya tidak lama lagi. Jun Ci kini memiliki kesempatan untuk bernapas lega setelah terlahir kembali, berkat Jun Ci si siswa SMA.

Memikirkan hal ini sungguh sangat menyedihkan.

Walaupun ada Gulu yang bisa selalu membantu Jun Ci dengan teknologi supernya, Jun Ci tetap saja tidak mungkin melakukan hal-hal yang dilarang. Sebagai putra mahkota, dia memiliki prinsip hidup dan martabat yang tinggi.

Dulu, Kepala Sekolah selalu memberitahu Keluarga Zhang untuk mengambil uang tunjangan Jun Ci begitu beasiswanya telah cair, karena Jun Ci tidak memiliki ponsel. Jadi, jika ingin mendapatkan uang itu lebih dulu, sekarang dia harus pergi ke rumah Kepala Sekolah.

Untungnya, rumah Kepala Sekolah tidak jauh dari sini.

Setelah mengambil keputusan, akhirnya Jun Ci meninggalkan kawasan perumahan Keluaga Zhang dengan berjalan kaki.

Tidak ada pilihan lain lagi, karena sekarang dia tidak punya uang sepeser pun untuk membayar ongkos bus.

Putra mahkota yang sangat menyedihkan dan tidak dapat menemukan satu yuan pun di sekujur tubuhnya.

Jika ayahnya di Zaman Kekaisaran dulu melihat hal ini, Jun Ci merasa bahwa dia mungkin akan ditertawakan dan dihujat. Ayahnya pasti akan berkata, 'Kau memang pantas mendapatkan hukuman itu!'.

Ini adalah karma sungguhan untuk segala perbuatan Jun Ci di Zaman Antarbintang.

Kepala sekolah adalah guru matematika yang baik dan jujur. Dia pasti akan langsung memberikan uang beasiswa Jun Ci begitu Jun Ci memintanya.

Rumah Kepala Sekolah juga berada di daerah pemukiman tua di kota kecil ini, tepatnya terletak di ujung seberang rumah Keluarga Zhang. Jun Ci hanya perlu berjalan kaki melewati beberapa blok untuk tiba di sana.

Selama melewati jalan itu, Jun Ci tampak tidak terlalu mencolok karena ia mengenakan masker.

Satu-satunya hal yang mempesona dari wajahnya hanyalah sepasang mata cemerlang yang membuat pikiran orang lain yang melihatnya bergejolak tanpa sebab. Namun, hal itu sudah tidak berarti lagi begitu memandang bintik-bintik hitam di sebelah matanya.

Para pejalan kaki yang melihat wajah Jun Ci terdiam dan membeku sejenak, tapi mereka langsung tersadar kembali beberapa detik kemudian. Rasanya seperti disiram air dingin.

Mereka merasa penasaran dan menoleh untuk melihat Jun Ci sekali lagi, kemudian kembali berjalan tanpa peduli lagi.

Setelah terlahir kembali di tubuh ini, Jun Ci menggantungkan masa depannya dalam menulis novel. Dia sudah merencanakan semuanya dan berusaha dengan keras. Bahkan saat ini dia sedang menulis novelnya dengan kecepatan kilat sambil berjalan.

Begitu tiba di rumah kepala sekolah, dia sudah menulis 8.000 kata. Dengan kecepatan seperti ini, otaknya bagaikan mengepul.

Padahal dia hanya berjalan selama 20 menit! Orang yang mengetahui hal ini pasti akan tercengang.

'Tok tok tok!'

Jun Ci naik ke atas dan mengetuk pintu rumah Kepala Sekolah. Pintu itu didesain anti maling. Setelah Jun Ci mengetuk pintu beberapa kali, pintu pun terbuka.

Guru Wang menjulurkan kepalanya dari dalam.

Dia tampak cukup terkejut. "Jun Ci?"