Terdengar suara pintu terbuka.
"Sudah pulang? Nian Nian, kamu sudah belajar seharian. Apa kamu lelah? Kamu ingin minum sesuatu? Ibu akan membuatkannya untukmu."
Jun Ci mendengar suara Fu Cuihua dari luar kamarnya, lalu diikuti suara Zhang Nian yang terdengar jengkel, "Bagaimana mungkin aku tidak lelah? Semuanya begitu melelahkan. Menyebalkan, sebentar lagi aku akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi."
Jun Ci membuka mata dari kondisi setengah tidur. Cahaya redup melintas di pupil matanya.
Tiga bulan lagi, para siswa di SMA tempat Zhang Nian bersekolah akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Tekanan belajar di sekolah Jun Ci tidak begitu besar, karena hanya SMA biasa. Namun, hal itu tidak berlaku di sekolah Zhang Nian. Anehnya, Zhang Nian, yang pada dasarnya tidak terlalu pandai, justru bersekolah di SMA nomor satu di daerah itu.
Pihak sekolahnya menekan para siswa untuk belajar dengan sangat giat. Selain itu, Zhang Nian juga dikelilingi para siswa yang lebih baik darinya. Bahkan dia bisa saja tergeser hingga ke posisi paling bawah jika tidak memperhatikan pelajaran walau sedikit saja.
Karena mendapat banyak tekanan seperti itu, biasanya Zhang Nian membawa emosi dan kejengkelan yang dia rasakan sekolah sampai ke rumah, kemudian dia akan melampiaskannya ke Jun Ci.
"Ibu sudah memasakkan makanan enak. Kamu pasti lapar, kan? Duduk dan makanlah. Ibu akan memanggil ayahmu."
"Mengapa Ibu yang memasak? Apa yang dilakukan sampah itu?"
Dari nada suaranya, sepertinya Zhang Nian sangat tidak senang. Selain itu, di matanya, Jun Ci tidak lebih dari sekedar sampah.
Detik berikutnya, terdengar langkah kaki yang berat mendekati pintu kamar Jun Ci.
"Jangan, Nian Nian." Sepertinya Fu Cuihua berusaha menghentikan Zhang Nian. "Jun Ci dipukuli oleh ayahmu kemarin. Dia baru saja bangun, dan sudah pasti tubuhnya tidak dalam keadaan baik. Biarkan dia beristirahat sebentar. Jika terjadi sesuatu yang buruk padanya, ayahmu pasti akan terkena masalah besar!"
"Cih." Zhang Nian mencibir dengan jijik. "Mengapa dia tidak dipukul sampai mati saja?"
Suara langkah kaki itu menjauh dari kamar Jun Ci.
Jun Ci tersenyum dingin dalam kegelapan.
Coba saja kalau kau benar-benar memukulku sampai mati, bajingan kecil. Apakah kau masih bisa bersekolah dengan tenang?
Jun Ci berbalik dan duduk di atas tempat tidur. Dia meletakkan telapak tangannya di satu-satunya tempat di kamar ini yang terkena sinar matahari, kemudian dia menarik kembali tangannya.
Simbol berbentuk U di telapak tangannya tampak lebih cerah, seperti tato pada umumnya.
"Gulu, bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Gulu merasa jauh lebih baik."
Setidaknya Gulu dapat bekerja lebih cepat dengan sedikit energi dari sinar matahari.
"Gulu telah menemukan situs web untuk mengunggah novel yang paling cocok untuk Yang Mulia, yaitu di Luodu Literature Network. Situs web ini didukung oleh pusat kebudayaan Cina. Meski cakupan jaringannya tidak terlalu besar, namun situs web ini memiliki masa depan yang menjanjikan kalau bisa bekerja sama dengan sejumlah aplikasi telepon seluler lainnya. Yang terpenting, kontrol IP-nya (IP adalah kekayaan intelektual. IP adalah hasil dari karya berhak cipta. Sebuah novel orisinal akan memiliki kekayaan intelektual yang menyertai karya orisinal itu.) tidak ketat. Mungkin karena situs web tersebut tidak memiliki pengurusan hak cipta penulis yang besar, jadi siapapun bisa lebih aman dan nyaman mengunggah novel di sana. Saat ini, memanfaatkan situs web yang masih dalam tahap pengembangan adalah yang paling cocok untuk Anda."
Gulu memang paling unggul di bidang analisa.
Jika Jun Ci memang berniat berpindah dari novel ke nilai IP, maka ia harus memegang hak cipta sendiri.
Jarang ada penulis novel yang juga memikirkan IP-nya. Bahkan jika mereka memikirkannya, itu tergantung apakah novel tersebut memiliki nilai atau tidak.
Jun Ci memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam hal ini.
Tidak sulit baginya untuk menulis karya dengan IP yang bagus, karena ada Gulu di sampingnya yang akan selalu membantu.
Tapi, cerita apa yang harus dia tulis?
"Yang Mulia, karya fiksi ilmiah adalah yang paling sesuai dengan karakteristik jaringan sastra yang ada di Luodu. Ceritanya harus keren, dan yang paling disukai pembaca adalah jenis cerita yang memiliki akhir tak terduga."
Jun Ci merasa pusing mendengar perkataan Gulu.
Jalan cerita yang tak terduga...
Sepanjang hidupnya, Putra Mahkota Jun Ci tumbuh dengan sifat yang arogan dan hidup serba tercukupi karena kerajaannya yang kaya. Namun, pada akhirnya dia terlahir kembali dengan kehidupan yang jauh berbeda dengan yang dulu.
Tetapi, bagaimana dia bisa tahu masalah psikologi apa yang sebenarnya terjadi padanya dan membuatnya menjadi seperti ini?
"Jika Yang Mulia tidak keberatan, Anda dapat langsung menulis ulang beberapa hal yang terjadi pada kehidupan Anda sebelumnya menjadi sebuah novel. Tetapi Yang Mulia tidak perlu memakai identitas Anda yang sesungguhnya, karena itu terlalu merendahkan Anda sendiri. Cukup ciptakan tokoh putra dari seorang jenderal agar karya Yang Mulia bisa menembus layar lebar."
Penjelasan Gulu barusan membuat Jun Ci langsung mengerti.
Jalan cerita dengan akhir yang terduga adalah jenis novel yang banyak digemari, namun tidak cocok untuk diterapkan di layar lebar.